UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
desikator yang berisi silika untuk membantu menyerap kelembaban serta sisa pelarut yang masih terkandung di dalam ekstrak.
Ekstrak metanol yang diperoleh sebanyak 126,077 gram dengan persen rendemen 3,94 . Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
Wachidah tahun 2013 yang menggunakan metanol sebagai pelarut dan hanya menghasilkan rendemen sebanyak 4,60. Kecilnya nilai rendemen yang
dihasilkan kemungkinan karena sampel yang digunakan merupakan sampel segar. Selain itu ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi
yaitu metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, perbandingan jumlah sampel terhadap
jumlah pelarut dan jenis pelarut yang digunakan. Salamah et al., 2008.
4.4. Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Metanol
Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan terpenoid
yang terkandung dalam ekstrak metanol buah parijoto sehingga dapat diketahui senyawa yang berpotensi sebagai antikolesterol.
Tabel 4. Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Metanol
Metabolit Sekunder
Hasil Uji Kesimpulan
Pustaka Pengamatan
Alkaloid Adanya endapan jingga
dengan penambahan pereaksi Dragendrof,
endapan kuning dengan pereaksi Mayer
Tidak terbentuk endapan jingga dengan pereaksi
Dragendrof dan tidak terbentuk endapan kuning
dengan pereaksi Mayer -
Saponin Ada busa yang bertahan
± 10 menit setinggi 1-10 cm dan busa tidak hilang
setelah penambahan 1 tetes HCl 2N Depkes RI,
1995 Terbentuk busa setinggi 3
cm yang stabil dan tidak hilang setelah penambahan
HCl +
Steroid dan
terpenoid Triterpenoid: Cincin
kecoklatan atau violet Ciulei, 1984
Tidak terbentuk cincin kecoklatan atau violet
-
Steroid: Cincin biru kehijauan Ciulei, 1984
Tidak terbentuk cincin biru kehijauan
-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Flavonoid Terbentuknya warna pink atau merah magenta
setelah 3 menit Mojab, dkk., 2003
Terbentuk warna merah magenta
+
Tanin Terbentuk warna biru tua
atau hijau kehitaman Robinson, 1991
Terbentuk warna hijau kehitaman
+
Keterangan : + = mengandung senyawa yang dimaksud
- = tidak mengandung senyawa yang dimaksud
Dari hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa buah parijoto mengandung flavonoid, tanin, saponin dan tidak mengandung alkaloid, steroid
dan terpenoid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Leliana, 2013. Skrining fitokimia yang dilakukan merupakan jenis analisis kualitatif yang
hanya mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa tanpa menentukan kadarnya Harvey 2000.
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Untuk mengetahui kandungan flavonoid maka dilakukan uji
wilstater sianidin, dimana uji positif apabila terbentuk warna merah pada lapisan amil alkohol. Dan hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa buah parijoto
memiliki kandungan senyawa flavonoid. Uji positif saponin dilakukan dengan menggunakan uji Forth. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat membentuk busa apabila dikocok dalam air Kristanti dkk., 2008. Timbulnya busa pada uji saponin
menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya Marliana dkk.,
2005. Dari hasil penapisan fitokimia diketahui bahwa buah parijoto memilliki kandungan senyawa saponin.
Uji positif tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru kehitaman tanin terhidrolisis atau biru kehijauan tanin terkondensasi saat direaksikan
dengan FeCl
3
Robinson, 1991. Dari hasil penapisan fitokimia kandungan tanin terdapat perubahan warna menjadi biru kehitaman sehingga dapat disimpulkan
bahwa kandungan tanin yang terdapat dalam buah parijoto merupakan tanin