Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial Karakteristik Sikap

20

c. Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan kebudayaanya,kebutuhan jiwanya, pemanfaatan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan, pemerintahan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnyna maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan pembatasan sesuai dengan kemampuan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan para siswa, melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan sesuai kebutuhan dan tuntunan masyarakat. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Gejala-gejala yang diluar jendela kelas dan diluar halaman sekolah seperti persampahan, kemacetan lalulintas, pengangguran, dll merupakan materi IPS yang dapat merangsang pikiran para siswa. Gejala-gejala tersebut ditinjau dari berbagai dimensi atau segi ekonomi, segi sikap, mental, berhubungan antar manusia dan lain-lain. Mereka dilatih untuk melakukan diagnosa terhadap masalah sosial lainnya juga dilatih untuk menyusun Alternative pemecahanya. Melalui proses yang dikemukakan di atas, guru dan siswa telah memberikan fungsi yang praktis kepada masyarakat sebagai sumber materi IPS. Dengan demikian baik guru maupun murid tidak berhadapan dengan sumber dan materi yang asing bagi mereka, pada diri siswa dapat dibina konsep-konsep IPS yang sesuai dengan kenyataan. 21

d. Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Tujuan utama Ilmu Penetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi didik agar peka terhadap masalah sosial terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat 16 . Menurut Sapriya dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran dan Hasil Evaluasi Belajar IPS mengemukakan bahwa terdapat 5 tujuan pokok pembelajaran IPS: 1. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial. 2. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan memprektekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagainya diharapkan ilmu-ilmu sosial. 3. Membina dan mendorong siswa untuk memahami dan menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual. 4. Membina siswa kearah turut memperngaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan- menyempurnakan nila-nilai yang ada pada dirinya 5. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara. 17 Menurut Etin Solihatin dan Raharjo tujuan dari pendidikan IPS adalah “untuk bekal mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, 16 Syafruddin nurdi, Model Pembelajaran ……………………,h.24 17 Sapriya Dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, Cet. 1, h. 13 22 kemampuan, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi”. 18 Tujuan yang dikemukan oleh Etin tersebut di atas, mengharapkan agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional dalam menanggapi kenyataan atau permasalahan serta perubahan yang tak menentu seperti yang terjadi dalam perkembangan masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia baik yang terjadi pada masa lampau, masa kini atau pun masa yang akan datang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan tatanegara.

2. Pembelajaran IPS a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya.Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya. Belajar didefinisikan “suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 19 Menurut Gagne belajar adalah “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman “, sedangkan menurut Henry E. Garret “belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. 18 Eti Solihatin, Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pengajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h. 15 19 Drs,Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Tarsito, 1996, cet. Ke-1, h. 2. 23 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotorik. 1 Ciri – ciri Belajar Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu: 1 Perubahan yang terjadi secara sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. 2 Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. 3 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat menetap atau permanen.Ini berarti perubahan yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. 20 2 Tipe – tipe Belajar Dalam buku The Condition of Learning Gagne mengemukakan delapan tipe belajar, yang membentuk suatu 20 Sumardi Surya Brata,op,cit,h.3-8 24 hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: a Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenal dan memberi respon kepada tanda- tanda. b Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban. c Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan. d Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa. e Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya. f Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penguasaan konsep. Dengan menguasai konsep siswa dapat membedakan hal-hal baru yang diperoleh dalam belajar. g Belajar aturan-aturan atau rule learning. Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan. h Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan 21 . 3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga macam, yaitu: a Faktor internal faktor dari dalam siswa yakni aspek fisiologis kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sendi yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, dan aspek psikologis kondisi rohani yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, dalam kondisi rohani sisdwa terdiri 21 Pupuh Faturrahman,Strategi Belajar Dan Mengajar.Bandung:CV Alfabeta,2005,h,20- 22 25 dari lima faktor, yakni: a tingkat kecerdasan siswa, b sikap siswa, c bakat siswa, d minat siswa, e motibasi siswa. b Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa baik lingkungan sosial maupun non sosial. c Faktor pendekatan belajar Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Jadi karena pengaruh faktor-faktor tersebut di atas, muncul siswa yang berkemampuan tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru mampu mengantisipasi munculnya gejala kegagalan dengan berusaha dan mengatasi faktor yang menghambat pelajaran.Jika guru dapat mengatasi hal tersebut maka tidak mungkin dalam pembelajaran menghasilkan perubahan yang khas yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa. 22

b. Pembelajaran IPS

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial PIPS Merupakan mata pelajaran yang membahas mengkaji kehidupan sosial yang didasarkan pada komponene-komponen mata pelajaran IPS, yang sekitarnya tak asing bagi kita semua untuk mengetahui atau memahaminya. Menurut Syafrudin Nurdin yang mengutip terjemahan Nu’man Sumantri mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai: 1 pendidikan Islam yang menekankan pada tumbuh nya nilai- nilai kewarganegaraan, moral ideologi Negara dan agama; 2 pendidikan IPS yang menekakan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial; 3 pendidiakn IPS yang menekankan pada reflective inquiry; 4 pendidikan IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir, 2 dan 3 di atas. 23 Sebagaimana dikutib oleh Udin Winata Putra dari pendapat Sarwono Prawiroharjo, bahwa PIPS dibagi dalam dua arah yaitu: 22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 132. 23 Ikhwan lutfi, Op.cit, h. 59 26 a. PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora, yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan pessekolahan. b. PIPS pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain relevan, untuk tujuan prefesional guru IPS. Udin Winata Saputra, Materi dan Pembelajaran IPS SD. 24 Dari pengertian di atas, bahasan tentang PIPS ini lebih ditekankan pada dunia persekolahan terutama pada Sekolah Menengah Pertama SMP, yang biasa dikenal dengan pelajaran IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial yang di bagai dalam tiga kategori yaitu dikenal dengan istilah ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial. Ketiga istilah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena saling memiliki keterkaitan. Pengertian dari ketiga istilah Ilmu pengetahuan Sosial ini menurut Nursid Sumaatmadja, adalah: a. Ilmu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. b. Studi sosial adalah suatu bidang pengkajian tentang masalah sosial kehidupan manusia di masyarakat, dan mempelajari gejala sosial yang menjadi bagian dari kehidupan. c. Ilmu pengetahuan sosial IPS, adalah mempelajari kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, baik itu cara menggunakan usaha, memenuhi materi, kebutuhan budaya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya alam di bumi, maupun mengatur kesejahteraan dan pemerintahan. Hari Sudradjat berpendapat bahwa “ilmu pengetahuan sosial IPS merupakan bidang studi yang multi disiplin terdiri dari beberapa 24 H.Abdul Azis Wahab, Metode Dan Model-Model Mengajar IPS.Bandung:PT Alfabeta, 2007, cet I, h. 132 27 mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial humaniora, yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat”. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga Negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Apalagi dalam penyajiannya, pelajaran IPS diberikan berdasarkan tingkat jenjang sekolah, jumlah bidang keilmuan yang dilibatkan di dalam IPS berbeda-beda. Di tingkat sekolah dasar terdiri dari geografi, sejarah, di tingkat sekolah lanjutan terdiri dari geografi, sejarah, ekonomi, dan antropologi, di tingkat menengah atas dasar terdiri dari geografi, sosiologi, ekonomi akuntansi, tata Negara dan pendidikan kewarganegaraan, sedangkan di perguruan tinggi hampir seluruh bidang keilmuan sosial dilibatkan pada kerangka IPS. Oleh karena itu peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup berpengetahuan dan kemampuan berfikir yang tinggi, melainkan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan bangsa dan Negara. Kegiatan pembelajaran IPS dapat berjalan dengan baik dan benar, maka guru IPS diharapkan dapat memahami serta menggunakan metode pembelajaran IPS, sehingga sikap siswa lebih terarah dan tertarik pada mata pelajaran IPS.

3. Konsep Sikap a. Pengertian Sikap

Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap atau attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembnagannya. Peranan sikap dalam kehidupan manusia berperan besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka 28 sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya. Pengertian sikap menurut pendapat para ahli psikologi sebagai berikutnya: a. Menurut Louis Thurstone, Rensis Liket dan Charles Osgood pengertian sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Secara lebih spesifik. Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. 25 b. Menurut Gerung Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Akan tetapi berupa kecenderungan tingkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. 26 c. Menurut Jalaluddin Rakhmat Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. 27 d. Menurut Thursthoen dalam Walgito “Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. e. Berkowitz, dalam Azwa Menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksirespon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang like atau tidak senang dislike, 25 Ikhwan Luthfi,dkk,Psikologi Sosial,Jakarta: Rineka Cipta 2009.cet ke-1.h.57 26 H. Sunarto, B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Renika Cipta 1999. Cet ke-1.h.170 27 H.M.Alisuf Sobri,Psikologi Pendidikan , Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.h.39 29 menurut dan melaksanakan atau menjauhi menghindari sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Struktur sikap siswa terhadap konselor guru terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas: 1. Komponen kognitif Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan tentang objek. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap. 2. Komponen afektif Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap sikap. Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang terhadap objek, rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.. komponen ini menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan negatif. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. 3. Komponen konatif Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi, bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Komponen-komponen tersebut di atas merupakan komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen tersebut saling 30 berhubungan dan tergantung satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut apabila seseorang menghadapi suatu objek tertentu, maka melalui komponen kognitifnya akan terjadi persepsi pemahaman terhadap objek sikap. Hasil pemahaman sikap individu mengakui dapat menimbulkan keyakinan-keyakinan tertentu terhadap suatu objek yang dapat berarti atau tidak berarti. Dalam setiap individu akan berkembang komponen afektif yang kemudian akan memberikan emosinya yang mungkin positif dan mungkin negatif. Bila penilaiannya positif akan menimbulkan rasa senang, sedangkan penilaian negatif akan menimbulkan perasaan tidak senang. Akhirnya berdasarkan penilaian tersebut akan mempengaruhi konasinya, melalui inilah akan mendapat diketahui apakah individu ada kecenderungan bertindak dalam bertingkah laku, baik hanya secara lisan maupun bertingkahlaku secara nyata. Katz menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi instrumental Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya. 31 2. Fungsi pertahanan ego Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego. 3. Fungsi ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. 4. Fungsi pengetahuan Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut objek sikap yang bersangkutan. Proses timbulnya atau terbentuknya sikap dapat dilihat pada bagan sikap berikut ini: FaktorInternal : Fisiologis, Psikologis,dan Objek Sikap. FaktorEksterna: Pengalaman,Situasi,Norma-norma, Hambatan,dan Pendorong . Dari uraian defenisi di atas tentang sikap terdapat adanya kesamaan yang dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi berprilaku yang terarahkan kepada suatu hal atau suatu objek yang dapat beerupa benda, ide, orang dan sebagainya. Sikap ini dapat pula bersifat positif, dan dapat pula bersifat negative. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah 32 mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Sikap memiliki komponen-komponen yang terstruktur yang telah didefinisikan oleh para ahli. David O. Sear dkk mengatakan sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan prilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu-fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk beraksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. 28 Definisi sikap di atas merupakan struktur sikap yang terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Kothandapani merumuskan ketiga komponen tersebut sebagai komponen” kognitif kepercayaan, komponen emosional persaan, dan komponen perilaku tindakan.” 29 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang terstruktur yaitu komponen kognitif yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen afektif menyangkut masalaha emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaab yang dimiliki terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. 28 Sears.O. David, Freedman. L. Jonathan, Peplau. Anne.L, Psikologi Sosial, Edisi ke- 2.h.138 29 Ikhwan Luthfi,dkk,Psikologi Sosial,Jakarta,rineka cipta 2009.cet ke-1.h.57 33

b. Karakteristik Sikap

Menurut M. Sherif, faktor psikis yang turut menyusun pribadi orang dan telah dirumuskan kedalam lima buah sifat khas dari sikap yaitu: 1. Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan 2. Sikap dapat berubah-berubah 3. Sikap tidak berdiri sendiri 4. Objek sikap tidak hanya satu hal tertentu saja, tetapi juga dapat merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. 30 Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat dan sebagainya. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang atau sebaliknya, sikap dapat dipelajari sehingga sikap dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat- syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu. Contohnya yaitu seorang yang memiliki penyakit dan dapat sembeh apabila dia memakan daging ular, sedangkan dia tidak menyukai daging ular, tapi untuk cepat sembuh maka dia memakannya.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap