serokonversi mereka 0,5 , lebih rendah dari risiko terkena virus hepatitis B 25 sesudah terpajan dengan cara yang sama P2M, 2000.
5. Tanda dan Gejala
Beberapa penderita
menampakkan gejala
yang menyerupai
mononucleosis infeksiosa dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruam-ruam, pembengkakan kelenjar getah bening
dan rasa tidak enak badan yang berlangsung 3-14 hari. Sebagian besar gejala akan hilang, meskipun kelenjar getah bening menetap membesar. Selama
beberapa tahun, gejala lainnya tidak muncul. Tetapi sejumlah besar virus akan segera ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, sehingga penderita
bisa menularkan penyakitnya. Dalam waktu beberapa bulan setelah terinfeksi, penderita bisa mengalami gejala
–gejala yang ringan secara berulang yang belum benar-benar menunjukan suatu AIDS. Penderita bisa menunjukan
gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu beberapa tahun sebelum terjadinya infeksi atau tumor yang khas untuk AIDS. Gejalanya dapat berupa
pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam yang hilang timbul, perasaan tidak enak badan, lelah, diare berulang, anemia dan
thush Ratna, 2010.
Secara definisi, AIDS dimulai dengan rendahnya jumlah limfosit CD4+ kurang dari 300 selmL darah atau terjadi infeksi oportunistik infeksi
oleh organism yang pada orang dengan system kekebalan tubuh yang baik
tidak menimbulkan penyakit. Juga bisa terjadi kanker, seperti sarcoma
Kaposi dan limfoma non-Hodgkin Ratna, 2010.
Gejala-gejala dari AIDS berasal dari infeksi HIV nya sendiri serta infeksi oportunistik dan kanker. Tetapi hanya sedikit penderita AIDS yang
meninggal karena efek langsung dari infeksi HIV. Biasanya kematian terjadi karena efek kumulatif dari berbagai infeksi oportunistik atau tumor.
Organisme dan penyakit yang dalam keadaan normal hanya menimbulkan pengaruh yang kecil terhadap orang yang sehat, pada penderita AIDS bisa
dengan segera menyebabkan kematian, terutama jika jumlah limfosit CD4+
mencapai 50 sel mL darah Ratna, 2010. 6.
Diagnosa
Pemeriksaan yang relative sederhana dan akurat adalah pemeriksaan darah yang disebut tes ELISA. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi
adanya antibody terhadap HIV, hasil tes secara rutin diperkuat dengan tes yang lebih kuat. Ada suatu periode beberapa minggu atau lebih setelah
terinfeksi HI dimana antibody belum positif. Pada periode ini dilakukan pemeriksaan yang sangat sensitive untuk mendeteksi virus, yaitu antigen P24.
Antigen P24 belakangan ini digunakan untuk menyaring darah yang disumbangkan untuk keperluan tranfusi. Jika hasil tes ELISA menunjukan
adanya infeksi HIV, maka pada contoh darah yang sama dilakukan tes ELISA ulangan untuk memastikannya. Juka hasil tes ELISA yang kedua juga positif
maka langkah berikutnya adalah memperkuat diagnose dengan tes darah yang lebih akurat, yaitu tes apusa Western. Tes ini juga bisa menentukan adanya
antibody terhadap HIV, tetapi lebih spesifik dari pada ELISA. Jika hasil tes
Western positif, maka dapat dipastikan orang tersebut terinfeksi HIV Ratna,
2010.
7. Prognosis