Konsep Penerapan Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said

51 menerus menjadikan dirinya sebagai seorang yang amanah. Amanah ini adalah sifat-sifat yang memang didambakan oleh manusia kepada seorang penjaga amanah. Hal ini dicontohkan secara sederhana: bahwa dalam berdakwah ustadz Lancip mencoba untuk selalu memenuhi undangan baik ceramah, tahlil dan sebagainya, beliau tidak pernah membedakan siapa dan dari mana orang yang mengundangnya, ketika dapat undangan maka dia akan datang. Kemudian juga beliau yang diamanatkan uang dan lainnya untuk kepentingan dakwah Islam dari para donatur, semua itu beliau jalankan dengan baik dalam mengerjakan amanat tersebut. 3. Tabligh Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah SWT yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Rasulullah. Tidak ada yang disembunyikan walaupun apa yang disampaikan itu menyinggung Rasulullah sendiri. Rasulullah SAW adalah manusia mulia yang mempunyai sifat tabligh, ketika Rasulullah SAW mendapatkan wahyu maka dia akan menyampaikan kepada manusia, tanpa mengurangi atau melebihkan wahyu yang Rasulullah dapatkan. Sifat tabligh ini yang menjadi salah satu strategi dakwah yang dilakukan Ustadz Lancip. Artinya ketika Ustadz Lancip mempunyai ilmu, khususnya ilmu agama, maka dia merasa wajib menyampaikan ilmu itu. Menurutnya ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat diamalkan untuk kepentingan umat. Tanpa adanya tablihg mustahil Islam bertahan sampai sekarang. Firman Allah: } §t6tã ’¯uθs?uρ ∩⊇∪ βr çνuy` 4‘yϑôãF{ ∩⊄∪ 52 “Dia Muhammad bermuka masam dan berpaling, kerana telah datang seorang buta kepadanya.” QS Abasa: 1~2 “Lebih dari satu orang ahli tafsir yang menyebutkan bahwa pada suatu hari, Rasulullah saw pernah berbicara dengan beberapa pembesar kaum Quraisy dan beliau berharap mereka mau memeluk islam. Ketika beliau tengah berbicara dan mengajak mereka, tiba-tiba muncul Ibnu Ummi Maktum, di mana dia merupakan salah seorang yang memeluk Islam lebih awal. Maka Ibnu Ummi Maktum bertanya kepada Rasulullah saw, mengenai sesuatu seraya mendesak beliau. Dan Nabi saw sendiri berkeinginan andai saja waktu beliau itu cukup untuk berbicara dengan orang tersebut karena beliau memang sangat berharap dan berkeinginan untuk member petunjuk kepadanya. Dan beliau bermuka masam kepada Ibnu Ummi Maktum seraya berpaling darinya dan menghadap orang lain.” 10 Pendakwah yang baik adalah da’i-da’iyang konsisten dalam berdakwah, apapun ilmu agama yang dia dapatkan maka sampaikanlah. Walaupun kadang yang ingin disampaikan itu hal-hal yang menyingung diri kita sendiri sebagai da’i. karena Rasulullah saja mendapat teguran dari Allah dari ayat di atas. Ketika berdakwah ada perasaan menyinggung hati sebagai da’i, maka hilangkanlah itu. Karena tujuan da’i menyampaikan apa yang benar sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. 4. Fathanah Fathanah artinya cerdas. Mustahil bagi seseorang Rasul itu bersifat bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an dan kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu Hadits, bukankah itu memerlukan kebijaksanaan dan kecerdasan yang luar biasa. Sifat fathanah ini tidak sembarang dipunyai oleh manusia, sifat fathanah adalah sifat yang dimiliki orang-orang pilihan Allah, menurut ustadz Lancip sifat fathanah juga harus contohkan seorang da’i. Ketika ada permasalahan agama, seseorang bisa memecahkan permasalahan 10 M. Abdul Ghofar E.M., Abdurahman Mu’thi, Abu Ihsan Al-Atsari Penerjemah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, Bogor : Pustaka Imam Syafi’i, 2005 h. 398 53 agama dengan cara yang baik dan benar. Tanpa adanya fathanah dalam diri manusia pilihan da’i maka manusia tidak akan bisa menemukan strategi-strategi dakwah yang ampuh dalam melawan perkembangan zaman ini. Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya. Apalagi Nabi mampu mengatur ummatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam 1 negara yang besar yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa. 11

C. Pesan Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said

Ada tiga pesan dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said yang menurutnya penting sekali untuk ditanamkan dalam hati manusia. Yakni: 1. Mengenal Allah dan Rasul-Nya Ajaran pokok dari aqidah Islam adalah Ma’rifatullah dan Ma’rifaturrasul. Oleh karenanya kedua perkara ini wajib diketahui pertama kali. Sebab seseorang belum dikatakan beriman kalau belum mengimani Allah dan Rasul-Nya dengan benar dan semua amal ibadahnya tidak sah. 12 Sebenarnya manusia sudah mengenal Allah dan mengenal Rasulullah yakni dengan kalimat syahadata’in dengan mengucap dua kalimat syahadat. Dalam syahadat pertama ada kalimat asyhaduallaa ilaaha illallaah artinya “aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah” dan asyhaduanna muhammadur rasulullaah atinya “aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”. Namun terkadang manusia mengenal hanya 11 ,http:matengkol.multiply.comjournalitem1174MATAHARI_BULAN…13-02- 2014, 13:43 pm 12 _______ http:saif01.wordpress.com20090712maE28099rifatullah-dan- maE28099 rifaturrasul-mengenal-allah-dan-rasul-nya14-02-2014, 09:13 am 54 secara lisan saja, tidak dengan hati dan perbuatan. Lisan pandai berkata syahadat tapi kadang hati tidak demikian dengan maknanya. “Penghambaan diri kepada Tuhan sendiri-Nya merupakan bahagian pertama dari rukun pertama dalam kepercayaan islam yang terlambang dalam syahadat: laa ilaaha illallah. Menerima cara penghambaan diri ini dari Rasulullah saw merupakan bahagiaannya yang kedua, terlambang dalam syahadat: Muhammadur Rasulullah... 13 ..Penghambaan diri kepada Allah itu terlambang dalam “konsep kepercayaan”… konsep kepercayaan adalah yang timbul dalam pengenalan manusia, karena telah menerima hakekat dari sumber pertamanya, dan yang dipergunakan manusia dalam membentuk pengenalan terhadap hakekat manusia. 14 Ustadz Lancip mengatakan mengenal Allah dan Rasulnya adalah langkah awal kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita ini adalah makhluk ciptaan yang diberi nama manusia. Karena manusia adalah ciptaan maka wajiblah bagi manusia mengenal Sang Pencipta yaitu Allah swt. Ketika kita sudah diciptakan, maka kita adalah hamba-hamba Allah. Manusia sebagai hamba-hamba Allah maka wajib untuk beriman dan beribadah kepada Allah. Keimanan kepada Allah Ta’ala dan tauhid. Tidak ada penyembahan kecuali kepada-Nya, dan tidak permohonan pertolongan kecuali kepada-Nya, dan tidak ada ketaatan kecualiatas perintah-Nya. 15 Makna mengenal Allah adalah semata-mata manusia beriman kepada Allah. Iman atau taqwa dalam arti umum adalah mengerjakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya, dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya. 13 Sayyid Quthub, ma’alim fitthoriq. alih bahasa A. Rahman Zainuddin, Petunjuk Jalan Jakarta: Media Dakwah, 1987, Cet. ke-3, h. 138. 14 Sayyid Quthub, Ma’alim Fitthoriq, alih bahasa A. Rahman Zainuddin, Petunjuk Jalan, h. 143. 15 Yusuf al-Qudrawi, Retorika Islam: Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004, h. 93. 55 Jelaslah pengertian di atas, bahwa ketika mengenal Allah dan Rasul-Nya maka wajiblah bagi manusia mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan- Nya. Mengerjkan perintah-Nya bisa dilakukan dengan menegakkan syariat-syariat Islam, mengerjakan kewajiban-kewajiban seperti yang paling utama adalah mengerjakan sholat dan puasa, karena dengan itu kesungguhan dalam beribadah diuji untuk lebih mengenal Allah secara pribadi. Kemudian mengerjakan kewajiban-kewajiban lainnya dengan sunguh-sungguh pula, niscaya manusia bisa mengenal Allah dengan iman kepadanya. Begitu juga dengan mengenal Rasul sudah jelas dalam kalimat syahadat bahwa “nabi Muhammad adalah utusan Allah”. Rasulullah adalah utusan Allah yang menyampaikan wahyu-wahyu Allah melalui perantara malaikat Jibril. Nabi Muhammad adalah kekasih Allah. Penutup para Nabi dan Rasul. Rasullullah adalah manusia yang diamanatkan untuk mengajak manusia kepada jalan yang “diridha’i Allah”. Karena Rasulullah adalah manusia sempurna ciptaan Allah SWT. Rasulullah adalah seorang pemimpin agama yang memang wajib kita kenal dan kita teladani akhlaknya. 2. Mengingat Hari Akhir Beriman kepada hari kiamat atau hari akhir adalah mempercayai bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan di dunia ini akan ada kehidupan yang kekal yakni di akhirat nanti. Kepercayaan kepada hari kiamat merupakan masalah sam’iyyat, yakni masalah yang kita ketahui dan kita percayai berdasarkan dalil yang ada dalam Al-Quran dan Hadits. Hari akhir yakni hari 56 dimana seluruh kehidupan yang ada di alam semesta ini berakhir, hanya Allah-lah yang Maha Kekal. Berikut dalil yang menjelaskan adanya hari akhir yakni: Surat An-Naml ayat 87: tΠöθtƒuρ ã‡xΖム’Îû Í‘θ÷Á9 tíÌ“xsù tΒ ’Îû ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9 tΒuρ ’Îû ÇÚö‘F{ āωÎ tΒ ux© ª 4 ≅ä.uρ çνöθs?r t̍Åz≡yŠ ∩∇∠∪ “ Dan ingatlah hari ketika ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di bumi, di langit dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang menghadap-Nya dengan merendahkan Diri.” “..Allah Ta’ala menggambarkan tentang keterkejutan manusia pada hari ditiupnya sangkakala. Hal itu sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits yang mana terompet di tiup pada waktu itu. Di dalam hadits sangkakala tersebut dinyatakan bahwa Israfil-lah yang meniupkannya dengan perintah Allah Ta’ala. Tiupan pertama adalah tiupan yang mengejutkan, hingga cukup lama waktunya dan hal itu terjadi diakhir umur dunia ketika hari kiamat terjadi, menimpa manusia-manusia terburuk. Maka saat itu terkejutlah penghuni langit dan bumi. “Kecuali siapa yang dikehendaki Allah” mereka adalah para Syhuhada karena mereka hidup di sisi Rabbmereka dengan mendapat rizki…” 16 Keimanan pada hari akhirat, tempat pembalasan dan keabadian, yang mana setiap jiwa diberikan balasan atas segala sesuatu yang telah diperbuatnya, 17 sebagaimana tersebut dalam firman Allah: yϑsù ö≅yϑ÷ètƒ tΑs÷WÏ 六sŒ \ø‹yz …çνttƒ ∩∠∪ tΒuρ ö≅yϑ÷ètƒ tΑs÷WÏΒ ;六sŒ vx© …çνttƒ ∩∇∪ “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjkan kejahhatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya”. az-zalzalah: 7-8. 16 M. Abdul Ghofar E.M., Abdurahman Mu’thi, Abu Ihsan Al-Atsari, Penerjemah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2004 h. 245 17 Yusuf al-Qudrawi, Retorika Islam: Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah Islam,. h. 93.