Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said
41 Pada dakwah bil lisan ini, dilihat dari kekuatan pengaruhnya dakwah bil
lisan lebih menekankan pengaruh informasi, seorang da’i hanya menyampaikan dakwah kepada mad’u melalui lisan atau perkataan-perkataan. Dakwah jenis
ceramah ini dijadikan sebagai strategi dakwah yang cukup ampuh dalam mengajak mad’u untuk menyimak dakwah. Akan tetapi tidak semua mad’u itu
menangkap dakwah yang disampaikan, kadang ada saja yang bosan malah mengantuk dan lain sebagainya.
Inilah tantangan dakwah saat ini yang memang sangat membutuhkan strategi dakwah yang ampuh dalam mengajak para mad’u untuk menyimak
dakwah yang disampaikan seorang da’i. Seorang da’i dituntut untuk bisa mengemas dakwahnya sebaik mungkin. Bagaimana bisa menarik perhatian para
mad’u agar terus menyimak dakwah yang disampaikan. Bagaimana cara berdakwah dihadapan mad’u yang berbeda-beda, seperti berdakwah dengan
orang-orang intelektual, dengan orang-orang tua, dengan para pemuda, dan dengan anak-anak. Semua itu membutuhkan keterampilan da’i yang handal dan
hafal situasi dan kondisi yang dihadapi ketika berdakwah. Strategi dakwah Ustadz Lancip dikemas dengan memadukan antara materi
dakwah yang diselingi sedikit hiburan dan candaan. Artinya bahwa ketika berdakwah ustadz Lancip tidak lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya.
Mengajak manusia agar menjadi manusia yang lebih baik dan mengajak manusia agar menjadi manusia yang uswatun hasanah ketika berakhlak. Walaupun ada
selingan hiburan maupun candaan sebenarnya itu hanya dijadikan sebagai bahan pencari perhatian mad’u agar tetap fokus dalam menyimak dakwah.
42 Ustadz Lancip membatasi hiburan dan candaan itu, artinya tidak
“kebablasan” dalam menyampikan dakwah dengan menyelipkan hiburan dan candaan dalam materi dakwah tersebut. Karena hiburan adalah hiburan, dan
candaan adalah candaan. Hanya sekedar penghilang rasa penat dan stress. Tidak perlu melibatkan hati untuk sesuatu yang lucu, mata, telinga dan otak saja sudah
cukup. Mengingat sesuatu hal yang lucu akan merangsang mulut untuk tertawa. Karena tidak ada orang tertawa terpingkal-pingkal yang bisa mengingat Allah.
Dalam menyimak dakwah bukan berarti tidak boleh tertawa. Asal masih dalam batas kewajaran, tertawa itu boleh-boleh saja. Tetapi ketika tertawa itu
berlangsung dari awal sampai akhir dalam sebuah kajian ilmu agama, maka nilai dakwahpun akan berubah menjadi sebuah hiburan lawak. Diakui atau tidak
memang begitulah kenyataannya. Tidak menambah Iman. Tidak mengubah perilaku. Karena yang mereka lihat dan mereka dengar tidak lebih dari sekedar
“guyonan” semata. 2.
Strategi dakwah bil Hal Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata.
Kadang inilah yang menjadi kendala seorang da’i dalam berdakwah. Karena adanya seorang da’i yang masih tidak konsisten dengan dakwahnya. Seperti da’i
membicarakan panjang lebar tentang agama, tentang hukum dan syariat Islam. Namun, perkatan yang disampaikan kadang tidak sesuai dengan perbuatannya
sehari-hari. Da’i yang sukses dan baik adalah da’i yang konsisten akan tujuan dakwah dan hanya mengharap ridho Allah semata.
Dalam dakwah bil hal, Ustadz Lancip menganggap strategi dakwah ini menjadi bagian paling penting juga dalam mempengaruhi para mad’u. Seperti
43 turun langsung ke masyarakat untuk malakukan kegiatan-kegiatan sosial, yakni
dengan cara kerja bakti membersihkan lingkungan, mengunjungi tetangga yang terkena musibah, memenuhi undangan warga sekitar dalam acara pengajian,
Ta’ziah, acara pernikahan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat salah satu keberhasilan dakwah Ustadz Lancip dalam mengajak orang-orang untuk berbuat
baik. Dakwah bil hal juga dilaksanakan Ustadz Lancip kepada para pemuda
sekitar Pondok Pesantern Daarul Shafa. Awalnya Ustadz Lancip melihat anak- anak muda sekitar Pondok Pesantren yang hanya nongkrong-nongkrong di pinggir
jalan, main gitar dan menyanyi. Kemudian Ustadz Lancip mencoba mendekati perkumpulan para pemuda itu, menawarkan kepada para pemuda sekitar Pondok
Pesantren Daarul Shafa untuk mengalihkan sesaat bakat mereka. Bakat para pemuda yang ada dicoba untuk bermain musik Islami seperti Marawis ataupun
Hadroh. Awalnya memang banyak yang masih menolak, karena masih banyak
yang merasa malu. Ketika Ustadz Lancip mengundang mereka untuk latihan di Pondok Pesantren Daarul Shafa, memang yang datang tidak banyak namun latihan
tetap berjalan. Kemudian setiap latihan ternyata semakin bertambah para pemuda sekitar yang datang dan ingin latihan. Ustadz Lancip merasa senang dengan
kemauan para pemuda dalam menggali kreativitas yang ada dalam kegiatan- kegiatan yang Islami seperti ini. Para pemuda berlatih sungguh-sungguh, dan
Alhamdulillah mendapatkan hasil yang baik juga. Group Marawis yang dinamakan “Ar-Rabbani” ini akhirnya berdiri dan menjadi group kebanggaan
44 warga sekitar. Karena sering mengikuti parade dan festival marawis, dan juga
sering diundang dalam acara Maulid, Isra’ Mi’raj, pernikahan dan lain sebagainya. Hal itu adalah salah satu hasil dakwah bilhal yang dilakukan ustadz Lancip
dalam menyampaikan dakwah secara perbuatan nyata. Awalnya banyak para pemuda sekitar yang masih belum suka untuk bershalawat. Akhirya dengan
adanya kegiatan marawis ini mereka mau membaca dan mempelajari shalawat Nabi Muhammad SAW. Ustadz Lancip juga membangun kembali pengajian
remaja kelurahan Pondok Petir yang sempat redup beberapa tahun. Ustadz Lancip mengundang anak-anak muda Pondok Petir dalam acara-acara dakwah. Bahkan
menjadikan para pemuda dan pemudi sekitar untuk menjadi panitia penanggung jawab acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Islam dan
sebagainya. Berkat dakwah nyata yang Ustadz Lancip lakukan, akhirnya pengajian
para pemuda dan pemudi yang disebut dengan organisasi “IRMUPP”
5
Ikatan RemajaI Muslim Pondok Petir ini kembali aktif. Para pemuda mulai
menghidupkan pengajian-pengajian di musholah-musholah dan masjid-masjid di kelurahan Pondok Petir. Organisasi IRMUPP ini mulai mengadakan pengajian
bulanan keliling kemasjid-masjid dan musholah-musholah dikelurahan Pondok Petir. Ustadz Lancip sendiri bersedia menjadi pendakwah sekaligus pengajar
dalam kegiatan pengajian tersebut. Kedua hal itulah yang menjadi strategi dakwah Ustadz Lancip dalam
menyiarkan Islam di kelurahan Pondok Petir, yakni dengan strategi dakwah bil lisan dan strategi dakwah bil hal. Ustadz Lancip memulai dakwah dengan lisan
5
IRMUPP adalah organisasi yang menaungi pengajian para pemuda dan pemudi musholah-musholah dan masjid-masjid di kelurahan Pondok Petir.
45 dan melanjutkan dakwah dengan perbuatan. Dakwah yang sesungguhnya adalah
dakwah yang mampu mengajak dan menyeru diri sendiri untuk berbuat baik, dan mengajak orang lain untuk berbuat baik juga. Semua itu juga tidak terlepas dari
akhlakulkarimah yang diterapkan da’i dalam berdakwah. Adapun strategi dakwah lain yang digunakan agar pendekatan dakwah ini
diterima oleh masyarakat sekitar, diadakannya pengajian bulanan oleh Ustadz Lancip. Dalam pengajian tersebut dihadiri oleh para Ustadz dan Ulama se-
Jabodetabek. Sebenarnya ini adalah forum silaturahmi yang beliau dirikan dan adakan dengan harapan:
1. Masyarakat bisa mengenali para Ulama dan para Ustadz lokal, bahwa
inilah mereka para da’i yang tidak kalah dengan da’i kondang yang sering hadir di media televisi pada umunya.
2. Menciptakan rasa silaturahmi yang lebih erat antara para da’i dengan
mad’u tanpa ada sekat dan penghalang apapun. 3.
Menciptakan motivasi bagi para orangtua untuk lebih mendidik anaknya dalam segi agama tanpa meninggalkan pendidikan dunianya, karena yang
dihadiri dalam forum silaturahmi ini adalah Ustadz-Ustadz muda yang memang benar-benar berjuang di jalan Allah.
4. Menyatukan umat Islam. Apabila ada permasalahan agama yang terjadi
entah masalah hukum ataupun masalah sosial yang kaitannya dengan agama Islam dengan forum ini kita dapat bermusyawarah bersama para
Ulama-Ulama. Demikian strategi-strategi dakwah yang Ustadz Lancip lakukan, semua itu
hanya satu tujuan yakni hanya ingin berjuang dijalan Allah dalam mendapatkan
46 keridhaan-Nya. Berjuang tidak selalu dengan nyawa kita. Berjuang itu bisa
dengan lisan berdakwah dengan berkata-kata yang baik, dengan harta dan perbuatan nyata. Tidak mesti dengan bom bunuh diri dan lainnya. Allah
memerintahkan kita agar tidak selalu putus asa dalam berjuang di jalan-Nya. Menurut Ustadz Lancip adalah apabila ada masalah carilah solusi, karena setiap
masalah, cobaan, dan ujian dalam dakwah pasti ada hikmah di balik semua itu.
Dalam menjalankan strategi dakwah tentu saja ada faktor pendukung dan penghambat dalam dakwah, berikut adalah faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam menjalankan strategi dakwah menurut Ustadz Ahmad Rifky Umar Said:
Faktor pendukung dalam dakwah Ustadz Lancip adalah: 1.
Mempunyai ilmu agama yang baik dan ilmu umum lainnya. 2.
Mempunyai akhlak yang baik, ditunjukan dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW yang empat, yakni siddiq, amanah, tabligh, dan
fathanah. 3.
Pandai bergaul dimana saja, seperti golongan orang yang suka mabuk, main judi, preman dan lain sebagainya. Artinya bukan berarti ikut dalam
perbuatan tersebut, tetapi melakukan pendekatan dakwah dengan cara sedikit-sedikit.
6
4. Banyaknya media komunikasi dakwah yang dapat digunakan dalam
berdakwah seperti: a.
Media televisi b.
Media radio
6
Wawancara langsung kepada Ustazd Ahmad Rifky Umar Said di kediaman beliau pada tanggal 30 Januari 2014. Dimulai pada jam 10.35 sampai dengan selesai.
47 c.
Media internet dan lainnya. 5.
Adanya lembaga pendidikan, seperti sekolah-sekolah Islam dan Pondok Pesantren Daarul shafa yang Ustadz Lancip dirikan.
6. Adanya organisasi-organisasi sosial ataupun organisasi pengajian-
pengajian, seperti salah satunya ada organisasi IRMUPP Ikatan RemajaI Muslim Pondok Petir.
Adapun faktor penghambat dakwah Ustadz Lancip adalah: 1.
Masih adanya fitnah, cacimaki dan celaan dari orang yang iri terhadap kesuksesan dakwah Ustadz Lancip. Hal ini dikatakan sebagai penghambat
karena fitnah yang terus-menerus ada sampai saat ini kadang mempengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti aktivitas dakwah yang
dilakukan Ustadz Lancip. 2.
Masalah ekonomi juga pernah menjadi penghambat dakwah Ustadz Lancip. Karena seorang da’i yang benar-benar berdakwah dijalan Allah,
kadang sering diuji dengan permasalahan ekonomi. Apakah dia mampu untuk terus konsisten dalam berdakwah sedangkan masalah ekonomi dia
terus menurun bukan malah bertambah. Ini adalah godaan bagi seorang pendakwah. Apakah dia mampu untuk berdakwah bukan demi uang,
ataukah dia malah menjual-belikan dakwah. Dari hal itulah kadang dakwah itu dijadikan sebuah profesi dengan memasang tarif dan
sebagainya. Seakan-akan dakwah ini dilelang, di mana ada bayaran besar maka di situlah dia akan datang. Inilah alasan Ustadz Lancip mengatakan
bahwa masalah ekonomi kadang menjadi penghambat tujuan dakwah yang sesungguhnya bagi para da’i.
48 3.
Sifat tertutup dari masyarakat yang tidak mau menerima perubahan, mereka mempertahankan tradisi-tradisi yang tinggal oleh para orangtua
dan sesepuh daerah mereka. Hal itu memang tidak bisa disalahkan, Karena tradisi-tradisi itu adalah ciri khas mereka dalam menyiarkan islam. Namun
tidak bisa dipungkiri juga kita “mau tidak mau” menerima perubahan tersebut karena perkembangan zaman yang mulai serba modern seperti ini.
Artinya bukan berarti menghilangkan tradisi-tradisi masyarakat sekitar dalam menyiarkan Islam, namun hanya memoles sedikit tradisi itu agar
bisa lebih baik dalam menyiarkan Islam untuk kedepannya. Inilah yang kadang sulit dilakukan Ustadz Lancip, karena ketakutan mereka akan
adanya pembodohan akhlak dengan hal-hal baru dalam menyiarkan Islam.