1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk
253.609.643 jiwa. Banyaknya jumlah penduduk yang dimiliki oleh Indonesia
menyebabkan Indonesia membutuhkan banyak tenaga kerja untuk dapat menopang kegiatan perekonomiannya. Pada kenyataannya yang terjadi adalah
jumlah pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 7,4 juta jiwa. Melambatnya ekonomi Indonesia dianggap sebagai faktor penyebab jumlah pengangguran
dalam negeri bertambah. Tingkat pegangguran ini didominasi oleh pengangguran akademik.
Tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 paling sedikit tamatan
tingkat SD ke bawah yaitu sekitar 3, kemudian disusul tamatan Sekolah Menengah Pertama SMP yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
mengalami perubahan
fluktuatif dan
mengalami penurunan
jumlah penganggurannya pada tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu dari 7,59 ke 7,15.
Kemudian untuk penangguran tingkat SMA mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014 7,59 menjadi 7,15. Kemudian pengangguran tingkat diploma
mengalami perubahan jumlah pengangguran yang fluktuatif, dimana pada tahun 2013 sampai 2014 terjadi peningkatan jumlah pengangguran dari 5,95 ke
6,14. Kemudian pengangguran tamatan Universitas dari tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan yaitu dari 5,39
ke 5,65. Sedangkan untuk pengangguran tamatan Sekolah Menengah Kejuruan SMK dari tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami perubahan yang fluktuatif,
dimana pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan jumlah pengangguran yaitu dari 11,21 menjadi 11,24. Artinya pengangguran tamatan SMK
commit to user
2
2 menyumbang jumlah angka pengangguran paling besar diantara pengangguran
tamatan SD, SMP, Doploma dan Universitas Kemajuan sebuah negara dapat ditentukan oleh kemajuan ekonominya
yang didukung dengan banyaknya jumlah wirausaha di negara tersebut. Bidang
wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Wirausaha inilah yang mampu menciptakan lapangan kerja baru agar mampu menyerap tenaga
kerja sehingga mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Menurut McClelland suatu negara akan maju jika terdapat
entrepreneur
sedikitnya sebanyak 2 dari jumlah penduduknya. Indonesia memiliki sekitar 1,65
wirausaha, apabila dikalkulasikan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumah 253.609.643 jiwa, maka dapat dikatakan bahwa jumlah pengusaha yang
ada di Indonesia yang ada saat ini berkisar 4.184.559 jiwa, sehingga jumlah pengusaha di Indonesia masih kurang sekitar minimal 887.633 jiwa.
Permasalahan mengenai tingginya jumlah pengangguran khususnya lulusan SMK dan kurangnya jumlah wirausaha di Indonesia telah mendorong
semua pihak untuk berfikir lebih jauh mengenai bagaimana upaya untuk mengatasi masalah ini. Pengangguran merupakan masalah yang kompleks, karena
pengangguran merupakan sebab dari timbulnya masalah kemiskinan, tindak kriminal, penurunan tingkat kesehatan dan rendahnya tingkat pendidikan. Sekolah
Menengah Kejuruan merupakan sekolah formal di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, mempunyai tujuan antara lain untuk menghasilkan
tamatan yang siap memasuki lapangan kerja secara mandiri sebagai wirausaha
entrepreneur
. Usia siswa yang rata-rata masih dalam masa produktif untuk menerima ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di dalamnya ilmu wirausaha,
maka SMK menjadi sangat penting dalam menyiapkan tamatan yang siap berwirausaha.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 25 ayat 4 secara secara implisit menyatakan bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi lulusan yang mencerminkan kemampuan lulusan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena
itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan SMK ini harus diselenggarakan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
3
3 secara interaktif, aktif, kreatif, menantang, menyenangkan, dan mandiri sesuai
dengan potensi siswa, perkembangan fisik, minat dan bakat, serta psikologis siswa.
Kementerian Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yaitu melalui
semangat berintensi wirausaha. Semangat berintensi kewirausahaan ini ditumbuhkan dengan mengembangkan pembelajaran kewirausahan di Sekolah
Menengah Kejuruan SMK. Pembelajaran kewirausahaan di SMK diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan
berwirausaha di
kalangan siswa.
Pengembangan sikap profesional Siswa SMK perlu ditunjang dengan ketrampilan-ketrampilan yang mengarah pada ketrampilan kerja, mandiri dan
berwirausaha, agar siswa mampu berkompetisi di dunia karir maupun di dunia kerja. Keinginan yang kuat untuk menjadi seorang wirausaha perlu dimiliki dalam
diri siswa SMK. Keinginan berwirausaha akan berdampak pada pembukaan lapangan pekerjaan yang lebih luas. Pembelajaran kewirausahaan di SMK
diberikan pada seluruh siswa baik dari siwa kelas X hingga kelas XII dengan harapan melalui pembelajaran dan praktek kewirausahaan dapat menumbuhkan
semangat intensi berwirausaha siswa. SMK Negeri 1 Surakarta adalah salah sekolah di Surakarta dengan tiga
program keahlian yaitu Program Keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran dan Pemasaran, memiliki misi untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa
dengan menyelenggarakan pembelajaran Kewirausahaan kepada para siswa melalui pembelajaran di kelas dan praktek berwirausaha. Siswa di SMK Negeri 1
diajarkan mata diklat kewirausahaan sejak siswa kelas X hingga kelas XII dan diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan kewirausahaan melalui koperasi
sekolah dan praktek penjualan secara individu maupun kelompok sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan pembelajaran tersebut dapat membentuk
intensi berwirausaha setelah lulus nanti. Pada kenyataannya, yang terjadi adalah kegiatan pembelajaran yang diterapkan di SMK Negeri 1 Surakarta hanya
membentuk
mindset
siswa untuk mencari pekerjaan saja dan kurang bisa membentuk
mindset
siswa untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
4
4 dikarenakan pada saat praktek magang SMK Negeri 1 menugaskan para siswa ke
toko-toko retail bukan UKM. Wirausaha merupakan cara yang efektif dalam mengatasi ketidak seimbangan antara angkatan kerja dengan lapangan pekerjaan
yang tersedia. Namun, sejauh ini niat siswa SMK Negeri 1 Surakarta untuk menjadi wirausaha masih rendah, sebagaimana studi pendahuluan yang dilakukan
di SMK Negeri 1 Surakarta dimana dapat diketahui bahwa jumlah alumni SMK Negeri 1 Surakarta yang memilih berwirausaha sangatlah sedikit, rata-rata siswa
memilih bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Berdasarkan
tracer study
yang dilakukan di SMK Negeri 1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 dari 228
lulusan, hanya 2 siswa yang memilih untuk menjadi wirausaha. Pada Tahun 2013 dari 224 lulusan hanya 2 siswa yang memilih untuk menjadi wirausaha, demikian
pula pada tahun 2014 dari 224 lulusan hanya 2 siswa yang memilih menjadi wirausaha. Hal ini mengindikasikan bahwa niat berwirausaha siswa SMK Negeri
1 sangatlah rendah dan pendidikan kewirausahaan dapat dikatakan bukan sebagai jaminan mutlak bahwa seorang siswa akan mendirikan sebuah usaha dan sukses
dalam mengelola usahanya tersebut kelak. Niat Intensi berwirausaha merupakan kebulatan tekad seseorang untuk
menjadi seorang wirausaha atau untuk berwirausaha. Menurut teori
planned behavior,
salah satu pembentuk intensi berwirausaha seseorang adalah sikap yaitu suatu kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi risiko yang
akan dihadapi dalam bisnis yang nantinya akan membentuk intensi seseorang untuk menjadi wirausaha. Intensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Need for achievement
dan
locus of control.
Kedua faktor ini merupakan faktor pendorong psikologis dan karakteristik yang kuat di belakang tindakan seseorang
dan telah lama dikenal sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku
entrepreneurial
.
Need for achievement
adalah usaha untuk menjadi lebih baik, menjadi sukses dan merasa berkompeten. Individu dengan
need for achievement
yang tinggi memiliki keinginan kuat untuk sukses dan sebagai konsekuensinya akan memiliki perilaku
entrepreneurial
. Kemudian
locus of control
mengacu pada kondisi-kondisi
dimana seseorang mengatribusikan kesuksesan dan kegagalan mereka. Orang-orang yang mempersepsikan
locus of control
dalam dirinya perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5
5 sendiri, mereka akan
menghasilkan
achievement
atau pencapaian yang lebih besar dalam hidup
mereka dikarenakan mereka merasa potensi mereka benar-benar dapat
dimanfaatkan sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan produktif.
Locus of control
adalah sebuah keyakinan seseorang tentang keberadaan kontrol dirinya,
dan seberapa besar kontrol yang dimilikinya terhadap keberhasilan dan kegagalan
yang dialaminya serta situasi atau kejadian yang ada di dalam kehidupannya.
Keyakinan disini adalah keyakinan dalam intensi berwirausaha Kepribadian sangat diperlukan pada saat seseorang telah menjalankan
usaha, hal ini dikarenakan usaha banyak mengalami hambatan dan tantangan sehingga membutuhkan kepribadian yang kuat untuk mendapatkan kesuksesan
usaha. Sifat seseorang, kompetensi keahlian berorganisasi dan kemampuan melihat peluang, kompetensi keahlian industri dan keahlian teknik, serta motivasi,
berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan usaha. Beberapa penelitian menghasilkan temuan bahwa karakteristik
entrepreneurial seperti
terdiri dari
innovativeness, need for achievement, locus of control, risk taking propensity, tolerance for ambiguity,
dan
self confidence
mempengaruhi keinginan seseorang untuk menjadi
entrepreneur
. Karakteristik ini dipandang sebagai faktor utama yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
entrepreneur.
Semakin tinggi karakteristik ini maka semakin besar kemungkinan seorang individu
berkeinginan untuk menjadi
entrepreneur
. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Pengaruh
Need For Achievement
dan
Locus Of Control
Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Surakarta”.
B. Identifikasi Masalah