123
A. Materi Ajar
Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan
1. Janji Kemerdekaan oleh Jepang Perang antara Jepang dengan Sekutu, yang juga melibatkan Tiogkok,
Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina, Belanda, dan Selandia Baru disebut perang Pasifik Perang Asia Timur Raya. Pada bulan Juni 1944, pulau Saipan
jatu ketangan tentara Amerika Serikat, hal ini mengakibatkan posisi Jepang semakin terancam, karena selain pulau Saipan Jepang juga mengalami kekalahan
dalam berbagai perang di wilayah lain. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Mentri Kaiso memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia. Janji kemerdekaan ini dilakukan untuk menarik simpati dari bangsa Indonesia. Untuk menarik simpati dari bangsa Indonesia ini, Jepang mengizinkan
Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang. Selain itu lagu kebangsaan Indonesia Raya dapat dikumandangkan setelah lagu
kebangsaan Jepang Kimigayo. 2. Sidang BPUPKI
Dengan terdesaknya posisi Jepang pada masa itu, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga tindakan, yaitu:
a. Membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai b.
Mempersiapkan lembaga latihan nasional Kenkuko Gakuin yang melatih dan mendidik pemimpin negara yang baru.
124
c. Memperluas perbincangan tentang kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh Dr, Radjiman Widyodiningrat dan didampingi oleh dua wakil yaitu Icibangase dan R.P. Soeroso. BPUPKI beranggotakan 62 orang.
Tugas pokok badan ini ialah menyiapkan organisi pemerintahan yang akan menerima kemerdekaan dari pemerintah Jepang. Di bawah ini susunan
keanggotaan BPUPKI.
BPUPKI melakukan rapat pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dalam rapat BPUPKI pertama ini membahas bentuk negara Republik
125
dengan kepala negara dan kepala pemerintahan dijabat oleh seorang presiden, selain itu juga dibahas dasar negara Indonesia, ada tiga tokoh yang
mengemukakan pendapatnya tentang konsep dasar negara yaitu: a.
Moh. Yamin Pada rapat BPUPKI tanggal 29 Mei 1945,
Moh. Yamin mengemukakan lima dasar negara Indonesia, yaitu:
1 Perikebangsaan 2 Perikemanusiaan
3 Periketuhanan 4 Perikerakyatan
5 Kesejahteraan rakyat b.
Mr. Supomo Pada hari kedua rapat tersebut, giliran Mr. Supomo
mengajukan lima dasar negara yaitu sebagai berikut: 1 Persatuan
2 Kekeluargaan 3 Keseimbangan lahir dan batin
4 Musyawarah 5 Keadilan rakyat
126
c. Ir. Soekarno
Pada rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengajukan lima dasar negara yang
disebut Pancasila. Lima dasar negara tersebut adalah:
1 Kebangsaan Indonesia
2 Internasionalisme atau perikemanusiaan
3 Mufakat atau demokrasi
4 Kesejahteraan sosial
5 Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan orang anggota BPUPKI membentuk panitia kecil yang disebut “Panitia Sembilan”. Panitia kecil ini beranggotakan
a. Ir. Soekarno b. Drs. Mohammad Hatta
c. Mr. Ahmad Soebarjo d. Abdul Kahar Muzakir
e. Abikusno Cokrosuyoso f. K.H. Wahid Hasyim
g. Mohammad Yamin h. Mr. A.A. Maramis
i. Haji Agus Salim
127
Panitia sembilan berhasil menyusun “Piagam Jakarta” Jakarta Charter. Dengan usulan Ir. Soekarno Piagam Jakarta ini memuat rumusan lima asas dasar
negara. Lima asas dasar negara tersebut adalah: a.
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kemanusiaan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan e.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sidang BPUPKI tanggal 10-16 Juli 1945 membahas rancangan undang-
undang dasar. Untuk merumuskan batang tubuh Undang-undang Dasar dibentuk panitia kecil yang beranggotakan Prof. Dr. Husein Djayadiningrat, Haji Agus
Salim, dan Mr. Supomo.
128
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritsu Junbi
Inkai. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Di bawah ini susunan keanggotaan PPKI.
129
3. Jepang Menyerah Kepada Sekutu Menjelang akhir Perang Dunia II, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota
Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu. Kemudian pada tanggal 12 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat diundang
ke Dalat Vietnam oleh Marsekal Hisachi Terauci. Pada pertemuan tersebut Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Dengan janji tersebut,
Jepang berharap agar Indonesia mau membantu Jepang karena mengalami kekalahan perang di mana-mana.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita kekalahan Jepang didengar oleh seorang tokoh pemudaIndonesia
bernama Sutan Sjahrir melalui siaran berita BBC radio Inggris. Berita tersebut kemudian disebarluaskan di seluruh Indonesia. Sutan Sjahrir juga mendesak tokoh
bangsa agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan. 4. Rengnasdengklok
Tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda yang dipimpin Chaerul Saleh bersepakat untuk mendesak golongan tua seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Ahmad Subarjo dan lain-lain untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi golongan tua tidak mau terburu-buru, mereka tidak mau terjadi
pertumpahan darah ketika proklamasi di kumandangkan, sehingga perlu konsultasi dulu dalam rapat PPKI. Golongan muda tidak setuju dengan pendapat
golongan tua tersebut, mereka berpendapat bahwa PPKI adalah badan bentukan
130
Jepang, sementara para pemuda menginginkan agar kemerdekaan Indonesia merupakan usaha bangsa Indonesia sendiri bukan pemberian dari Jepang.
Tanggal 16 Agustus 1945, Shodaco Singgih bersama para pemuda mengamankan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengnasdengklok Jawa
Barat. Tujuannya agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai golongan tua tidak dipengaruhi oleh pemerintah Jepang.
Sementara di Jakarta golongan muda yaitu Wikana dan Golongan tua yaitu Mr. Ahmad Subardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Subardjo menyetujui
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Kemudian Jufus Kunto diutus untuk mengantar Mr. Ahmad Subardjo ke Rengnasdengklok
enjemput Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Setelah berhasil meyakinkan golongan muda di Rengnasdengklok, mereka kemudian kembali ke Jakarta.
Setelah sampai di Jakarta mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol No. 1. Laksamana Maeda merupakan kepala penghubung
Angkatan Laut Jepang. Para tokoh memeilih rumah ini dikarenakan rumah tersebut aman dari pengaruh Jepang.
5. Perumusan Teks Proklamasi Perundingan penyusunan teks Proklamasi berlangsung pada tanggal 17
Agustus 1945 pukul 02.00-04.00 dini hari. Tokoh yang menyusun teks Proklamasi adalah Ir. Suekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo. Penyusunan teks
ini di lakukan di ruang makan rumah milik Laksamana Maeda, sementara peserta perundingan yang lain menunggu di ruang depan. Naskah teks Proklamasi di tulis
131
oleh Ir. Soekarno dan setelah selesai dibawa ke ruang depan. Naskah teks Proklamasi kemudian di ketik oleh Sajuti Melik. Atas usulan Sukarni, naskah teks
Proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada pagi harinya tepat pukul 10.00 Prokalamsi Kemerdekaan
di kumandangkan. Pembacaan proklamasi ini dilakukan di halaman rumah Ir. Soekarno di jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.
Gambar Perumusan Teks Prokalamsi Gambar pengetikan naskah teks
Proklamasi oleh Sajuti Melik
B. Media Pembelajaran