PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPS KELAS V MELALUI METODE MIND MAPPING DI SD NEGERI KUWADERAN 2 KAJORAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPS KELAS V MELALUI METODE MIND MAPPING DI SD NEGERI KUWADERAN 2

KAJORAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2016/2017

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Dian Retnosari NIM 13108241140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPS KELAS V MELALUI METODE MIND MAPPING DI SD NEGERI KUWADERAN 2

KAJORAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh: Dian Retnosari

NIM.13108241140

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 menggunakan metode Mind Mapping dalam mata pelajaran IPS tahun ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah guru serta siswa kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 Kajoran Magelang dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang diguankan adalah tes dan observasi. Sementara teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar kognitif siswa ketika menerapkan metode mind mapping adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas V SD Negeri Kuwaderan 2. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata dan presentase ketuntasan pada pratindakan, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata siswa pada pratindakan atau sebelum diberi tindakan metode mind mapping adalah 63,04 dengan presentase ketuntasan sebesar 18,75%. Setelah siswa diberikan tindakan dengan menggunakan metode mind mapping, pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 69,53 dengan presentase ketuntasan adalah 59,38% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat lagi menjadi 81,88 dengan presentase ketuntasannya adalah 87,5%. Kata kunci : hasil belajar kognitif IPS, metode mind mapping.


(3)

iii

IMPROVING STUDENT’S COGNITIVE ACHIEVEMENT IN THE

SOCIAL STUDIES OF THE MIND MAPPING METHODS IN SD NEGERI KUWADERAN 2 KAJORAN MAGELANG

2016/2017 SCHOOL YEAR

By: Dian Retnosari

NIM.13108241140

ABSTRACT

The purpose of this researc to improve the cognitive achivement in V grade V SD Negeri Kuwaderan 2 using Mind Mapping method in the subjects IPS academic year 2016/2017.

This type of research is a classroom action research (PTK). The subjects of the researc is teachers and students of grade V SD Negeri Kuwaderan 2 Kajoran Magelang with a total of 32 students consisting of 11 male students and 21 female students. In this research, the data collecting technique used is test and observation. While the data analysis techniques used to analyze students' cognitive learning outcomes when applying the mind mapping method is descriptive quantitative.

The results showed that the use of mind mapping method in IPS learning can improve the cognitive learning outcomes of grade V students of SD Negeri Kuwaderan 2. Improvement of student learning outcomes can be seen from the average value and percentage of mastery at pratindakan, cycle I, and cycle II. The average value of students on pratindakan or before given action mind mapping method is 61.41 with a percentage of mastery of 18.75%. After the students are given action by using mind mapping method, on the first cycle average student learning outcomes increased to 69.53 with the percentage of completeness is 59.38% and on the second cycle average student learning outcomes increased again to 81.88 with percentage Its completeness is 87.5%.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

MOTTO

“Man Jadda Wajada, Man Sahabara Zhafira, Man Sara Ala Darbi Washala” (Pepatah Arab)

Motif paling penting bagi pekerjaan di sekolah dan dalam kehidupan adalah menikmati pekerjaannya, menikmati hasilnya dan mengetahui nilai hasil kerja

tersebut bagi masyarakat (Albert Einstein)

“The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi (TAS) ini dipersembahkan untuk:

1. Ayah dan ibu serta keluarga tercinta yang selalu mendukung dengan segala doa dan kasih sayang.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahNya. Hanya dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPS Kelas V Melalui Metode Mind Mapping di SD Negeri Kuwaderan 2 Kajoran Magelang Tahun Ajaran 2016/2017”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tugas akhir skripsi ini berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulisan skripsi.

2. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd; Ibu Safitri Yosita Ratri, M.Pd, M.Ed; serta ibu Dr. Christina Ismaniati, M.Pd selaku dewan penguji.

3. Ketua Jurusan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi dan mengambil data penelitian.

4. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penyusunan skripsi.

5. Bapak Hartono Yuwana, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Kuwaderan 2 yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

6. Ibu Sulasih, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penyusunan skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

7. Seluruh peserta didik kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah berperan dalam membantu penulisan skripsi penelitian ini.


(10)

x


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN...iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

HALAMAN PENGESAHAN...vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Penegasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 11

1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 11

2. Tujuan Pendidikan IPS SD ... 12

3. Ruang Lingkup Pendidikan IPS Kelas V ... 14

B. Hasil Belajar ... 16

1. Belajar ... 16

2. Hasil Belajar Kognitif ... 17


(12)

xii

4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS ... 26

C. Karakteristik Kognitif Siswa Sekolah Dasar ... 28

D. Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS ... 36

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 36

2. Pengertian Metode Mind Mapping ... 37

3. Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS ... 38

4. Langkah-langkah Mind Mapping ... 40

5. Kelebihan Mind Mapping ... 42

6. Manfaat Mind Mapping ... 43

E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 45

F. Hipotesis ... 47

G. Kerangka Berpikir ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Subjek Penelitian ... 51

C. Objek Penelitian ... 51

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 51

E. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 52

F. Langkah-Langkah Penelitian ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 56

H. Instrumen Penelitian ... 58

I. Uji Validitas Instrumen ... 61

J. Teknik Analisis Data ... 61

K. Indikator Keberhasilan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64

B. Subjek Penelitian ... 66

C. Pratindakan ... 66

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

E. Pembahasan ... 107


(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Rata-rata Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil Kelas V

Tahun Ajaran 2016/2017 ... 5

Tabel 2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas V ... 16

Tabel 3. Contoh Konsep Menurut Disiplin Ilmu-ilmu Sosial ... 23

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis ... 58

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 59

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 60

Tabel 7. Tabel Hasil Belajar Kognitif Pra-tindakan ... 67

Tabel 8. Tabel Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 85

Tabel 9. Tabel Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Pra-Tindakan dan Siklus I ... 86

Tabel 10. Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Pra-Tindakan dan Siklus I ... 86

Tabel 11. Tabel Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 104

Tabel 12. Tabel Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Pra-Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 105

Tabel 13. Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Pra-Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 105


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. The Role Meaningful Learning Continum (Dua Kontinum

Belajar) ... 33

Gambar 2. Model Pemprosesan Informasi ... 35

Gambar 3. Contoh Mind Mapping ... 38

Gambar 4. Spiran Kemmis dan Mc. Taggrat ... 52

Gambar 5. Diagram Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Pra-tindakan dan Siklus I... 87

Gambar 6. Diagram Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Pra-tindakan dan Siklus I ... 87

Gambar 7. Hasil Mind Map Siswa pada Siklus I ... 103

Gambar 7. Hasil Mind Map Siswa pada SiklusII ... 103

Gambar 9. Diagram Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Pra-tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 106

Gambar 10. Diagram Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Pra-tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 106


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118

Lampiran 2. Instrumen Soal ... 147

Lampiran 3. Instrumen Observasi Siswa ... 162

Lampiran 4. Instrumen Observasi Guru ... 164

Lampiran 5. Hasil Belajar Kognitif IPS siswa ... 166

Lampiran 6. Contoh Hasil Mind Map Siswa ... 167

Lampiran 7. Contoh Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 168

Lampiran 8. Data Hasil Observasi Siswa ... 190

Lampiran 9. Data Hasil Observasi Guru ... 198

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ... 206


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin modern menuntut setiap manusia untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan baik. Potensi diri yang dimiliki setiap manusia berbeda-beda. Untuk mengembangkan potensi diri salah satunya bisa menggunakan pendidikan.

Pendidikan mempunyai makna usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (BAB 1 Pasal 1 UU No 20 tahun 2003).

Dalam pendidikan terdapat istilah belajar dan pembelajranan. Menurut Sujarwo (2011:1) menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan secara sengaja untuk mengembangkan kemampuan individu berupa proses perubahan dalam kemampuan aktual dan kemampuan potensial.

Pendapat lain menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan disertai perilaku siswa yang kompleks. Dimana sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Disini siswa merupakan penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Melalaui proses belajar ini siswa memperoleh segala hal yang ada


(18)

2

di lingkungna sekitar, berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan ajar. Siswa juga menghadapi proses mental dalam proses mempelajari bahan ajar ini. Mental disini meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Dimyati, 2006: 7)

Selain belajar, dalam pendidikan juga terdapat istilah pembelajaran. Belajar dan pembelajaran memiliki kata yang hampir mirip akan tetapi memiliki makna yang jauh berbeda. Syaiful (2006: 61) menyatakan bahwa, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yaitu mengajar dan belajar. Mengajar dilakukan oleh pendidik atau guru, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Sedangkan menurut Aunurrahman (2016:34) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran dan belajar memiliki makna yang berbeda, walaupun keduanya bermuara pada tujuan yang sama. Dalam proses pembelajaran, dibutuhkan materi yang akan dibelajarkan. Ada banyak materi yang dapat diajarkan kepada siswa. Salah satunya adalah materi Ilmu Pendidikan Sosial (IPS).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Mata pelajaran IPS mengkaji tentang seperangkat persitiwa, fakta-fakta, konsep, serta generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial yang ada di masyarakat. Melalui


(19)

3

mata pelajaran IPS, siswa dibimbing untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta akan kedamaian. Karena mata pelajaran IPS merupakan integrasi antara mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran IPS lainnya. Selain itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Menurut Somantri (2001: 92) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Berdasarkan paragraf diatas dan pendapat tersebut, pendidikan IPS terdiri dari materi-materi yang saling terintegrasi. Untuk itu seorang pendidik harus mampu membelajarkan materi IPS dengan menggunakan keterampilan-keterampilan dalam mendidik serta inovasi dalam metode-metode pebelajaran. Akan tetapi dalam kenyataan di lapangan, masih banyak guru yang kurang mengembangkan inovasi metode pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, pada hari sabtu tanggal 24 Oktober 2016 di SD N Kuwaderan 2 Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, siswa dalam kegiatan pembelajaran belum mendominasi kelas atau siswa masih kurang aktif, guru masih belum menggunakan media yang tersedia dengan baik, dan motivasi belajar siswa masih kurang.


(20)

4

Siswa belum mendominasi kelas ketika pembelajaran berlangsung, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dimana guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan penugasan sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru serta mencatatnya. Dalam pembelajaran guru memberikan pertanyaan, kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi yang menjawab hanya siswa yang aktif saja, sedangkan yang lain hanya diam dan tak tertarik dengan materi yang disampaikan guru. Hal ini membuat para siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.

Ketersedian media pembelajaran di SD N Kuwaderan 2 sudah cukup. Media pembelajaran yang tersedia untuk mata pelajaran IPS diantaranya ialah Globe, peta, serta gambar-gambar pahlawan. Gambar pahlawan ditempelkan di dinding-dinding kelas. Sedangkan peta diletakkan didalam kelas secara tergulung, dan hanya digunakan pada saat materi tentang negara serta benua. Begitu juga globe hanya digunakan pada materi dunia dan letak geografis tempat. Setelah digunakan globe disimpan lagi di laboratorium.

Dengan demikian hasil belajar siswa menjadi rendah dibandingkan mata pelajaran lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil ulangan tengah semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dibawah ini.


(21)

5

Tabel 1. Rata-rata Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil Kelas V Tahun Ajaran 2016/2017

Mata Pelajaran Rata-rata Nilai

Bahasa Indonesia 72,88

Matematika 48,16

IPS 56,63

IPA 62,94

Pkn 67,09

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata ulangan tengah semester pada mata pelajaran IPS dan Matematika lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain. Disini peneliti menggambil mata pelajaran IPS, walaupun pada mata pelajaran Matematika juga memiliki rata-rata nilai rendah karena sudah ada mahasiswa dari universitas lain yang meneliti untuk mata pelajaran matematika di kelas tersebut.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan-permasalahan di atas ialah dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang bervariasi. Artinya dalam kegiatan pembelajaran digunakan berbagai metode pembelajaran yang berbeda-beda sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar ini, siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan materi yang dipelajari akan lebih mudah masuk dalam pikiran siswa. Terlebih lagi dalam mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS identik dengan materi yang banyak dan mengacu pada aspek hafalan. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran IPS. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPS adalah metode pembelajaran


(22)

6

Mind Mapping. Mind mapping merupakan sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Tony Buzan. Tony Buzan sendiri merupakan kepala dari Brain Foundation.

Mind Mapping merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi (Deporter, 2007: 175). Mind map memungkinkan membantu kita mengingat perkataan dari guru serta bacaan yang siswa baca, menigkatkan pemahaman terhadap materi yang siswa baca, membantu mengorganisasikan materi, dan mampu memberikan wawasan yang baru.

Siswa akan membuat Mind Mapping itu sendiri, sehingga siswa akan berpikir apakah materi inti dari apa yang mereka pelajari. Siswa dapat menghias Mind Mapping tersebut sesuai kreasi masing-masing. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dalam mengingat materi-materi yang telah ditulis dengan kreatifitas yang mereka buat, sehingga guru tidak memdoninasi kelas karena siswa juga aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam Mind Mapping catatan yang siswa buat membentuk sebuah pola, dimana pada bagian tengah merupakan topik utama dan pada bagian pinggir merupakan subtopik serta perinciannya. Mind Mapping biasanya disertai gambar-gambar serta warna-warna yang beragam, sehingga akan menarik perhatian siswa serta materi yang disampaikan lebih mudah diingat oleh siswa. Maka dengan adanya mind map ini siswa akan lebih termotivasi dalam kegitan pembelajaran yang berlangsung.


(23)

7

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tindakan kelas dilakukan dengan tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif IPS siswa SD Negeri Kuwaderan 2 Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dengan menggunakan metode Mind Mapping. Berdasarkan uraian diatas, perlu diadakan penelitian mengenai “Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPS dengan Metode Mind Mapping Di Kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang timbul di SD Negeri Kuwaderan 2 Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

3. Media pembelajaran yang tersedia kurang dimaksimalkan dalam penggunaannya.

4. Motivasi belajar IPS siswa masih rendah.

5. Hasil belajar IPS pada kelas V lebih rendah dibandingkan mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, dan Pkn.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, banyak permasalahan yang perlu dibahas dan dikaji lebih jauh lagi. Namun untuk


(24)

8

memperdalam analisis dari data yang dihasilkan maka penelitian ini dibatasi pada masalah guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah sehingga siswa sulit memahami materi yang diberikan oleh guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan di atas, diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana meningkatkan hasil belajar kognitif menggunakan metode Mind Mapping dalam mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 Tahun Ajaran 2016/2017.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif menggunakan metode Mind Mapping dalam mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 tahun ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Dari segenap hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, harapan yang ingin diwujudkan dalam penelitian ini tercakup secara teoritis dan secara praktis yang meliputi:


(25)

9 1. Secara teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan kualitas pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan IPS.

2. Secara Praktis a. Bagi Siwa

1) Dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas V

2) Dapat mengurangi rasa bosan dalam kegiatan pembelajaran 3) Dapat memudahkan memahami materi yang dipelajari b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan masukan kepada guru dalam membelajarkan materi IPS kepada siswa

2) Memberikan wawasan baru bagi guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran IPS menggunakan metode mind mapping dan metode-metode lain.

c. Bagi Peneliti

1) Memberikan wawasan dan pengalaman baru bagi peneliti untuk menggunakan metode-medote yang bervariasai ketika menjadi guru kelak. 2) Meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan


(26)

10 G. Penegasan Istilah

Definisi operasional dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menyamakan pandangan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman mengenai beberapa istilah yang digunakan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Kognitif IPS

Hasil belajar kognitif IPS merupakan hasil belajar yang mengevaluasi kemampuan mengingat dan berpikir siswa tentang fakta, konsep, dan generalisasi yang ada dalam materi-materi IPS.

2. Pembelajaran IPS SD

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang mempelajari dan mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu pengetahuan sosial dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik.

3. Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS

Metode mind mapping dalam pembelajaran IPS merupakan metode pembelajaran yang mendorong pemikiran dan memetakaan serta menusun materi-materi IPS yang banyak membentuk peta-peta yang bermakna sehingga memudahkan siswa dalam mengingatnya dan menyimpan informasi materi IPS tersebut kedalam sel-sel otak.


(27)

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Susanto (2014: 6) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yang meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya, dimana seua ilmu-ilmu tersebut dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner.

Menurut Soematri (dalam Sapriya. 2009:11) menyataka bahwa Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta segala kegiatan dasar manusia yang diorganisaikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk tujuan pendidikan.

Di Amerika pendidikan IPS dinamakan Social Studies. Menurut National Council For The Social Studies (NCSS), Social Studies (IPS) didefinisikan sebagai berikut:

“Social Studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic

society in an interdependent world.


(28)

12

NCSS menjelaskan bahwa pendidikan IPS merupakan suatu kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan. Di dalam program sekolah, pendidikan IPS menyediakan kajian terkoordinasi dan sistematis dengan mengambil disiplin-disiplin sosial, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, ilmu politik, agama, dan sosiologi, juga isi yang sesuai dengan ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti matematika dan ilmu-ilmu alam. Dengan demikian, bahwa pendidikan IPS bukanlah mata pelajaran disiplin ilmu tunggal, melainkan gabungan dari berbagai disiplin ilmu.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan ilmu penegtahuan sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji atau mempelajari masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat, berupa antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, huku, ilmu politik, agama, dan sosiologi yang saling terintegrasi.

2. Tujuan Pendidikan IPS SD

Tujuan pembelajaran IPS menurut Susanto (2014: 33) adalah: a. Memperoleh gambaran tentang suatu daerah/lingkungan sendiri.

b. Mendapatkan informasi tentang suatu lingkungan daerah/wilayah Indonesia. c. Memperoleh pengetahuan tentang penduduk Indonesia.

d. Menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan. e. Mengetahui kebutuhan hidup.


(29)

13

g. Mampu berkomunikasi, bekerjasama dan bersaing ditingkat lokal, nasional, dan internasional.

h. Mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya. i. Memiliki kepekaan terhadap fenomena sosial dan budaya. j. Memiliki integritas yang tinggi terhadap negara dan bangsa.

Berdasarkan Permendiknas No 22 Tahun 2006, menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS di SD sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sedangkan Trianto (2010: 176) menyatakan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perabaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai tujuan IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tujuan pendidikan IPS ialah untuk


(30)

14

mengembangkan potensi peserta didik dalam bidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjabarkan sebagai berikut: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memeliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian; memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global.

3. Ruang Lingkup Pendidikan IPS Kelas V

Berdasarkan Permendiknas No 24 Tahun 2006, Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c. Sistem Sosial dan Budaya

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Sementara itu, Muchtar (dalam Siska, 2016: 20) menyebutkan ruang lingkup mata pelajaran IPS mencangkup empat aspek, yaitu:

a. Sistem sosial budaya yang meliputi: individu, keluarga, dan masyarakat, sosiologi sebagai ilmu dan metode, interaksi sosial, sosialisasi, pranata sosial, struktur sosial, kebudayaan, dan perubahan sosial budaya.


(31)

15

b. Manusia, tempat, dan lingkungan, meliputi: sistem informasi geografi, interaksi gejala fisik dan sosial, struktur internal suatu tempat/wilayah, dan interaksi keuangna, serta persepsi lingkungan dan kewilayahan.

c. Perilaku ekonimi dan kesejahteraan, meliputi: ketergantungan, spesialisasi, pembagian kerja, perkoprasian, dan kewirausahan serta pengelolaan keuangan perusahaan.

d. Waktu, keberlanjtan, dan perubahan, meliputi: dasar-dasar ilmu sejarah, fakta, peristiwa, dan proses.

Lebih lanjut Siska (2016: 21) menjelaskan materi IPS disetiap sekolah dasar tidak selalu sama ruang lingkupnya, karena setiap daerah ataupun negara mempunyai latar sosial yang berbeda. Sehingga pembelajaran IPS disesuaikan dengan ciri sosial yang khas di daerah masing-masing.

Berdasarkan panduan silabus KTSP SD/MI tahun 2006 ruang lingkup mata pembelajaran IPS yang ada di kelas V tertera dalam Standar Kompetensi sebagai berikut:


(32)

16

Tabel 2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas V

Semester 1 Semester 2

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Berdasarkan ruang lingkup IPS serta silabus di atas, pemeblajaran IPS yang akan digunakan pada penelitian ini adalah standar kompetensi pada semester 2 yaitu menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan kompetensi dasar 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

B. Hasil Belajar

1. Belajar

Belajar menurut Sudjana (2009: 28) adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan, dan aspek-aspek lainnya. Suyono (2011: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,


(33)

17

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku sikap, dan mengokohkan kepribadian seseorang.

Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan Purwanto (2010: 43) menyatakan bahwa belajar merupakan proses untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan, serta mengokohkan kepribadiannya sebagai hasil pengalamannya terhadap interaksi dengan lingkungan.

2. Hasil Belajar Kognitif

Sudjana (2009: 3) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Uno, 2012: 60-62) menyatakan bahwa hasil belajar terdiri dari kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih lanjut kawasan kognitif terdiri dari 6 tingkatan yang secara


(34)

18

hierarkis berurutan dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi). Berikut ini tingkatan hierarki kawasan kognitif menurut Bloom. a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan yang dimaksud ialah kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterima. Dalam tingkat pengetahuan ini hanya mengungkap fakta, definisi, pengertian. Contoh soal pada tingkat pengetahuan misalnya,

1) Kota Rengasdengklok terletak di propinsi....

2) Perumusan teks Proklamasi di laksanakan di rumah... b. Tingkat Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Dalam tahap ini siswa dituntut menjelaskan apa yang telah dipelajari, sehingga dalam tahap ini bukan sekedar mengingat saja akan tetapi siswa juga memilih dan mengorganisasikan informasi. Contoh soal dalam tahap penerapan yaitu,

Beriku ini merupakan tokoh-tokoh yang berjuang dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. Tokoh yang dikenal sebagai tokoh proklamator adalah.... c. Tingkat Penerapan (Application)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Contoh soal dalam tingkat penerapan yaitu


(35)

19

Sebutkan tiga (3) tokoh yang masuk dalam golongan tua!

Sebutkan lima (5) hewan yang masuk daerah fauana peralihan!

d. Tingkat Analisis (Analysis)

Analisis diartkan sebagai kemampuan seseorang dalam memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagaian sehingga jelas hierarki dan susunannya. Contoh soal dalam tahap analisis adalah:

Usaha pemerintah sebagai adanya kompensasi kenaikan harga sembako adalah dengan...

Penyebab utama masalah sosial yang terjadi di masyarakat adalah karena faktor....

e. Tingkat Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Contoh soal pada tahap sintesis yaitu:

Jelaskan menurut pendapatmu cara menanggulangi pengangguran di Indonesia!

f. Tingkat Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi disini diartikan sebagai kemempuan seseorang dalam membuat pemikiran atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya. Contoh soal dalam tahap evaluasi yaitu:


(36)

20

Jelaskan menurut penilaian kamu, bagaimana peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian di Indonesia!

Sementara Purwanto (2010: 46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotor seseorang akibat adanya proses belajar, yang disebabkan seseorang telah mencapai penguasaan atas sejumlah materi atau bahan ajar yang diberikan dalam proses belajar mengajar dengan didasarkan oleh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sementara itu Widoyoko (2010: 25) menyatakan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa yang bersifat non fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan, maupun kecakapan. Perubahan yang terjadi dari hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu output dan outcome.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mendapatkan pembelajaran atau melakukan kegiatan belajar yang mencangkup bidang afektif, kognitif, dan psikomotor yang ada dalam mata pelajaran IPS. Hasil belajar secara kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini tingkatan yang digunakan hanya pada tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis.

3. Hasil Belajar Kognitif IPS

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotor (Sudjana, 2009:3). Bidang


(37)

21

kognitif mencangup pemahaman serta pengetahuan peserta didik, bidang afektif mencangkup sikap peserta didik, sedangkan bidang psikomotor mencangkup keterampilan yang dimiliki peserta didik. Hal ini juga sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran IPS di sekolah. Pencapaian tujuan pembelajaran IPS di sekolah memerlukan pemahaman dan pengembangan program pendidikan yang krompehensif. Sapriya (2009: 48-56) menyebutkan program pendidikan IPS dikatakan komprehensif apabila mencangkup empat dimensi, yaitu: a. Dimensi pengetahuan, b. Dimensi keterampilan, c. Dimensi nilai dan sikap, dan d. Dimensi tindakan. Dimensi pengetahuan mencangkup fakta, konsep, dan generalisasi yang dipahami siswa. Dimensi keterampilan mencangkup kecakapan mengolah dan menerapkan informasi guna mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokrtis. Dimensi nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mendarah daging dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentuyang terungkap ketika berpikir dan bertindak. Pembelajaran IPS diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada siswa untuk bertindak yang tepat serta mampu memiliki kemahiran dalam mengembangkan dan menerima keyakinan, interest, pandangan, dan kecenderungan tertentu. Terakhir adalah dimensi tindakan, dalam dimensi ini memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif, berlatih secara kongkret, belajar dari apa yang diketahui tentang isu-isu sosial sehingga siswa akan belajar menjadi warga negara yang efektif di masyarakat.


(38)

22

Sesuai pendapat Sapriya di atas, dalam pembelajaran IPS tercangkup dimensi pengetahuan atau knowledge, di mana dalam dimensi ini mencangkup fakta, konsep dan generalisais. Dalam hasil belajar, dimensi pengetahuan masuk dalam ranah kognitif. Ausubel (dalam Wilis, 1996: 110) menyebutkan bahwa struktur kognitif terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Fakta merupakan data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Fakta untuk para siswa disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Fakta untuk siswa SD berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat kongkret. Misalnya peristiwa proklamasi kemerdekaan, peninggalan sejarah kerajaan Budha berupa candi Borobudur, peristiwa sidang BPUPKI, dan lain-lain. Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkatagori, dan memberikan arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada unsur kolektif yang diberi label, akan tetapi konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. contoh konsep menurut disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai berikut.

Tabel 3. Contoh Konsep Menurut Disiplin Ilmu-ilmu Sosial

Sejarah Tradisi, perubahan, kontinuitas, konflik, kooperasi, nasionalisme, kolonialisme, imperialisme, revolusi

Psikologi Perilaku, kerja kelompok, hubungan antar kelompok, persepsi, fungsi individu, keragaman, pengembangan

Geografi Lokasi, pola ruang, jarak, wilayah, distribusi, lingkungan, perubahan, tempat, difusi budaya

Sosiologi Masyarakat, sosialisai, peran, status, stratifikasi sosial, norma dan sanksi, nilai, konflik sosial, mobilitas sosial, otoritas Antropologi Budaya, tradisi, keyakinan, akulturasi, kekerabatan, adaptasi,


(39)

23 ritual, perubahan, etnosentris

Politik Pengambilan keputusan, otoritas, kekuasaan, negara, konflik, keadilan, HAM, tanggung jawab, demokrasi

Ekonomi

Produksi, distribusi, spesialisasi, pembagian kerja, komsumsi, kelangkaan, permintaan, penawaran, saling ketergantungan, teknologi

Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. contoh generalisi yaitu apabila orang tidak mau memelihara hewan peliharaannya, maka hewan tersebut pasti mati (Sapriya, 2009: 49). Hasil belajar kognitif memiliki enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan mengevaluasi (Bloom dalam Uno, 2012: 60-62). Berdasarkan teori Ausubel dan Bloom, tingkatan hirarki ranah kognitif memuat stuktur kognitif berupa fakta, konsep dan generalisasi. Dalam tingkatan pengetahuan memuat pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang konsep, dan pengetahuan tentang generalisasi, begitu pula pada tingkatan-tingkatan kongnitif lainnya juga memuat tentang fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi. Dibawah ini merupakan contoh tingkatan kongnitif yang telah memuat fakta, konsep, dan generalisasi.

a. Pengetahuan

1) Pengetahuan tentang fakta, contohnya siswa mengetahui iu kota propinsi Jawa Tengah adalah Semarang.


(40)

24

2) Pengetahuan tentang konsep, contohnya siswa mampu menyebutkan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia.

3) Pengetahuan tentang generalisasi, contohnya siswa dapat menyebutkan bahan yang dibutuhkan petani dalam memproduksi padi.

b. Pemahaman

1) Pemahaman tentang fakta, contohnya siswa mampu menyebutkan nama-nama kabupaten/kota yang ada di propinsi Jawa Tengah.

2) Pemahaman tentang konsep, contohnya siswa dapat menyebutkan peninggalan-peninggalan kerajaan Mataram Islam.

3) Pemahaman tentang generalisasi, contohnya siswa dapat menyebutkan cara-cara yang dapat dilakukan petani dalam mengolah tanahnya.

c. Penerapan

1) Penerapan tentang fakta, contohnya siswa mampu mendemonstrasikan letak tempat tinggalanya mulai dari RT sampai propinsi.

2) Penerapan tentang konsep, contohnya siswa mampu menunjukkan peninggalan-peninggalan kerajaan Islam yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

3) Penerapan tentang generalisasi, contohnya siswa dapat menerapkan bagaimana cara agar mendapatkan hasil padi yang bagus.


(41)

25 d. Analisis

1) Analisis tentang fakta, contohnya siswa mampu menjelaskan penyebab perbedaan mata pencaharian di daerah pedesaan dan daerah perkotaan.

2) Analisis tentang konsep, contohnya siswa mampu menjelaskan hubungan anatara kerajaan islam yang satu dengan kerajaan islam yang lain.

3) Analisis tentang generalisasi, contohnya siswa dapat menganalisis mengapa hasil produksi padi yang didapatkan kualitasnya tidak baik.

e. Sintesis

1) Sintesis tentang fakta, contohnya siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana cara menanggulangi penggangguran yang ada di Indonesia.

2) Sintesis tentang konsep, contohnya siswa dapat menggemukakan pendapatnya tentang mengapa kerajaan islam yang ada di Indonesia mengalami kemunduran atau perpecahan.

3) Sintesis tentang generalisasi, contohnya siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang perbedaan pengelolaan tanah menggunakan cangkul dan pengelolaan tanah menggunakan traktor.

f. Evaluasi

1) Evaluasi tentang fakta, contohnya siswa dapat menilai tentang bagaimana sistem pemerintahan yang ada di Indonesia serta menjelaskan alasannya.


(42)

26

2) Evaluasi tentang konsep, contohnya siswa dapat menilai sikap apa saja yang dapat di tiru dari raja-raja kerajaan Islam yang ada di Indonesia, serta menjelaskan alasanya.

3) Evaluasi tentang generalisasi, contohnya siswa dapat menilai bagaimana dampak penggunaan pestisida yang berlebihan terhadap lingkungan, serta memberika alasan dari jawabannya.

Berdasarkan tingkatan ranah kognitif dan stuktur kognitif tersebut, dalam penelitian ini dibatasi hanya sampai tingkat analisis. Hasil belajar kognitif IPS merupakan perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif yang berupa fakta, konsep, dan generalisasi yang ada dalam materi IPS.

4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Sugihartono (2007:76) ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmani dan faktor psikologis. Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologi meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam hasil belajar siswa yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. faktor keluarga dapat berupa perhatian dari orang tua, suasana belajar di rumah, cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi


(43)

27

keluaraga, latar belakang budaya, dan lain-lain. Faktor sekolah berupa metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, tugas rumah, keadaan gedung, standar pembelajaran, pelajaran dan waktu sekolah, dan lain-lain. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat tempat siswa tinggal, dan media massa.

Suryabrata (2008: 233) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada empat, yaitu:

a. faktor-faktor non-sosial, misalnya cuaca; suhu udara; alat-alat untuk pembelajaran; tempat; dan lain-lain.

b. faktor-faktor sosial. Faktor sosial yang dimaksud ialah faktor manusia, baik manusia itu hadir dalam proses pembelajaran ataupun tidak hadir dalam proses pembelajaran. Misalnya ketika siswa-siswa sedang ujian, kemudian ada guru diluar yang berbincang-bincang terlalu keras di luar kelas, maka proses ujian akan terganggu.

c. faktor-faktor fisiologis, meliputi keadaan keseharan siswa saat mengikuti pembelajaran, fungsi-fungsi panca indra.

d. faktor-faktor psikologis, berupa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat dari Sugihartono, Sudjana (2005: 39) mengamukakan faktor yang memepenagruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu, faktor dari dalam diri siswa dan faktor-faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari diri siswa ini berupa kemampuan, motivasi belajar,


(44)

28

minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sementara faktor yang datang dari luar diri siswa diantaranya adalah kualitas pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor hasil belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS pada siswa SD ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa berupa faktor keluarga, faktor sekolah, faktor lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan faktor internal beradas dari diri siswa berupa motivasi belajar, minat belajar, kebiasaan belajar, faktor fisik, faktor psikis, dan lain-lain.

C. Karakteristik Kognitif Siswa Sekolah Dasar

Masa sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Kematangan seorang anak untuk masuk dalam masa sekolah dasar tidak dapat ditentukan, namun biasanya anak masuk sekolah dasar pada umur 6-7 tahun. Pada masa keserasian bersekolah ini, anak lebih mudah untuk dididik dari pada masa prasekolah dan masa usia setelah masa sekolah dasar.

Piaget (dalam Santrock, 2010: 47) menyatakan bahwa perkembangan kognitif pada manusia terdapat empat tahap. Setiap tahap perkembangan terhubung oleh usia dan tersusun oleh jalan pemikiran yang berbeda-beda. Empat tahap perkembangan kognitif tersebut sebagai berikut:


(45)

29 1. Fase Sensorimotor

Tahap ini juga disebut tahap pertama. Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun. Bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor (otot) mereka (menggapai, menyentuh).

2. Fase Pra-Operasional

Tahap Piaget kedua ini dimulai dari umur dua tahun sampai tujuh tahun. Pada tahap ini seorang anak mengalami tahap pemikiran yang lebih simbolis dari pada tahap sensorimotor, akan tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Tahap ini lebih bersifat egosentis dan intuitif dari pada logis.

3. Fase Operasional Konkret

Tahap piaget ketiga ini berlangsung dari umur tujuh tahun samapai sebelas tahun. Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran logis menggantikan penalaran intuitif meski hanya pada situasi konkret. Pada tahap ini kemampuan klasikal sudah ada tetapi belum memahami problem abstrak.

4. Fase Operasional Formal

Tahap piaget ke empat ini berlangsung antara umur sebelas tahun sampai lima belas tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman diluar pengalamn konkret, dan memikirkan secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Kualitas abstrak dan pemikiran operasional formal tampak pada pemecahan


(46)

30

problem verbal. Remaja dapat mengembangkan hipotesis untuk memecahkan masalah dan menarik kesimpulan secara sistematis.

Sesuai dengan pendapat piaget di atas, maka anak masa sekolah dasar masuk dalam fase operasional konkret. Lebih lanjut Syah (2014:126) menambahkan bahwa dalam inteligensi operasional, anak pada tahap operasional konkret memiliki sistem operasi kognitif yang meliputi:

1. Conservation

Conservation (konservasi) merupakan kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah.

2. Addition of classes

Addition of classes (penambahan golongan benda) merupakan kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah. Misalnya mawar dan melati yang dihubungkan dengan golongan benda yang berkelas tinggi yaitu bunga.

3. Multiplication of classes

Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda) merupakan kemmapuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda. Misalnya warna bunga dan tipe bunga untuk membentuk


(47)

31

gabungan golongan benda contohnya tipe bunga mawar berarti akan ada mawar merah, mawar putih, mawar kuning, dan seterusnya.

Slavin (2008: 106) menyatakan bahwa masa usia sekolah dasar merupakan peralihan dari tahap pemikiran praoperasional ke tahap operasional konkret. Perubahan ini memungkinkan anak-anak melakukan secara mental sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara fisik dan membalik tindakan tersebut secara mental. Selain memasuki tahap operasional konkret, anak-anak pada usia sekolah dasar dengan pesat juga mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognitif. Termasuk diantaranya ialah kemampuan kognitif. Kemmapuan meta-kognitif adalah kemampuan memikirkan pemikiran mereka sendiri dan memahami bagaimana cara belajar.

Berbeda dengan Slavin, Yusuf (2007: 178) berpendapat bahwa pada masa sekolah dasar dimulai dari umur enam sampai duabelas tahun, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kognitif seperti membaca, menulis, menghitung dan lain-lain. Pada masa prasekolah, daya pikir anak masih sebatas berhayal dan imajinatif. Akan tetapi pada masa sekolah dasar daya pikir anak sudah kearah berpikir konkret dan rasional.

Perkembangna kognitif masa sekolah dasar ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasi (mengelompokan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghitung atau menghubungkan) angka-angka atau bilangan.


(48)

32

Disamping itu pada akhir masa ini anak sudah mempunyai kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana (Yusuf, 2007:178). Pada usia SD anak sudah dapat diberikan dasar-dasar ilmu tentang membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu anak juga diberikan pengetahuan tentang manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan alam, lingkungan sosial dan sebagainya.

Sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang telah dijelaskan di atas, proses belajar mengajar harus bermakna. Artinya proses belajar mengajar harus mengkaitkan antara informasi yang baru atau akan didapatkan siswa dengan konsep yang ada dalam stuktur kognitif siswa. Sesuai dengan pendapat Ausubel (dalam Wilis, 1996: 112), menurut Ausubel pembelajaran harus bermakna, belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa. Dibawah ini merupakan gambar mengenai belajar bermakna.


(49)

33

Gambar 1. The Role Meaningful Learning Continum (Dua Kontinum Belajar) (Novak, 1993)

Berdasarkan gambar di atas pembelajaran dikatakan bermakna sekali hanya terjadi pada pembelajaran dengan penelitian yang bersifat ilmiah. Pembelajaran penerimaan juga merupakan pembelajaran yang bermakna apabila dilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antar konsep-konsep. Sedangkan pembelajaran dikatakan tidak bermakna apabila siswa memecahkan masalah hanya dengan coba-coba. Lebih lanjut Ausubel menyebutkan bahwa belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada dalam stuktur kognitif siswa. Jadi dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur


(50)

34

kognitif. Dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel guru harus memperhatikan konsep-konsep sebagai berikut:

1. Pengaturan Awal

2. Diferensisasi Progresif

3. Belajar Superordinat

4. Penyesuaian Integratif (Ausubel dalam Wilis, 1996: 117-122)

Sesuai pendapat Ausubel, pembelajaran bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada dalam stuktur kognitif siswa. sehingga dalam pembelajaran bermakna terjadi pemprosesan informasi berupa asimilasi informasi. Pemprosesan informasi menurut Wilis (1996: 33) adalah penguraian peristiwa-peristiwa mental menjadi transformasi-transformasi informasi. Model pemprosesan Informasi menurut Gagne (dalam Wilis, 1996: 34) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


(51)

35 Gambar 2. Model Pemprosesan Informasi

Dari gambar tersebut informasi dalam bentuk energi fisik tertentu (sinyal untuk bahan tetulis, bunyi untuk ucapan, tekanan untuk sentuhan, dan lain-lain) diterima oleh reseptor yang peka terhadap energi dalam bentuk-bentuk tertentu. reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-tanda dalam bentuk implis-implus elektrokimia ke otak. Implus-implus saraf dari reseptor masuk ke suatu registor pengindraan yang terdapat dalam sistem syaraf pusat. Informasi pengindraan disimpan dalam sistem syaraf pusat dalam waktu yang sangat singkat. Dari seluruh informasi, sebagian disimpan untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek dan yang lainya hilang dari sistem. Proses reduksi atau menghilangnya informasi ini disebut perseptif selektif. Contoh memori jangka pendek adalah ketika mengingat nomor telpon. Umur memori jangka pendek sanagat pendek dan memilki kapasitas yang terbatas sehingga implikasinya sangat


(52)

36

penting terhadap pembelajaran. Memori jangka pendek dapat dikode yang kemudian disimpan dalam memori jangka panjang. Memori jangka panjang dapat bertahan lama. Informasi yang disimpan dalam memeori jangka panjang bila akan digunakan lagi harus dilakukan pemanggilan. Informansi yang telah dipanggil merupakan dasar generasi respon. Dalam kondisi sadar informasi dalam memori jangka panjang akan mengalir ke memori jangka pendek dan kemudian ke generator respond. Dan untuk kondisi otomatis, informasi dalam memori jangka panjang akan mengalir langsung ke generator respond. Generator respond akan mengatur urutan respons dan membimbing efektor-efektor. Efektor yang dimaksudkan adalah tangan untuk menulis dan alat suara untuk bicara.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa usia siswa SD berada pada tahap operasional kongkret. Pada tahap operasional kongkret ini, anak berpikir secara operasional dan penalaran logis menggantikan penalaran intuitif meski hanya pada situasi konkret. Selain itu anak belum memahami permasalahan yang bersifat abstrak.

D. Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Sujarwo (2011:35) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara mengatur, megelola, mengorganisir dan melakukan hubungan antara pendidik dengan peserta didik serta lingkungannya sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara itu, Susanto (2014: 52) berpendapat metode


(53)

37

pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh sesorang atau instruktur.

Berdasarkan Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah, menyatakan bahwa metode pembelajaran meupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu kegiatan pembelajaran yang mencangkup antara lain ceramah, tanya jawab, diskusi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik atau guru untuk mengatur hubungannya dengan siswa serta lingkungan sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Metode Mind Mapping

Metode mind mapping merupakan metode pembelajaran yang dikembnagkan oleh seorang ahli bernama Tony Buzan. Metode mind mapping menurut Buzan (2007: 4) adalah sebuah metode penyimpanan, pengaturan informasi berbentuk jaringan yang menggunakan kata kunci dan gambar, dan akan menyimpan ingatan secara spesifik serta mendorong pemikiran dan ide baru. Setiap kata kunci dalam sebuah mindmap merupakan fakta, ide dan informasi yang juga dapat membuka dan melepaskan potensi yang sebenarnya dari pikiran seseorang. Mind mapping juga merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran individu.


(54)

38

Sedangkan Silberman (2006: 200) berpendapat mind mapping merupakan cara kreatif bagi tipa siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. sependapat dengan pemikiran Silberman, Deporter (2007: 175) menyatakan mind mapping merupakan metode pembelajaran dengan cara mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi.

Zampetakis dan Tsironis (dalam Sahidah, 2015: 109) mengatakan mind mapping adalah alat yang bahkan dapat membuat tugas yang membosankan menjadi yang paling menyenangkan dan menarik, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Dengan menggunakan mind mapping maka kemampuan untuk mengingat dan kreativitas akan meningkat.

Gambar 3. Contoh Mind Map

3. Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang berisi fakta, konsep, dan generalisasi. Sehingga dalam mata pelajaran IPS berisi materi yang sangat banyak, dengan banyaknya materi tersebut diperlukan kemampuan mengingat


(55)

39

yang tinggi, akan tetapi kemampuan mengingat itu merupakan kemampuan yang sulit. Sehingga diperlukan cara-cara yang tepat untuk mengingat materi-materi IPS. Cara yang tepat ialah dnegan membuat materi yang banyak tersebut menjadi lebih terstruktur. Pengstrukturan materi tersebut dapat dilakukan dengan membentuk materi tersebut menjadi peta-peta yang bermakna. Bermakna disini berarti materi-materi yang berupa ingatan tersebut dimasukkan dan disimpan dalam sel-sel otak (Ausubel, dalam Wilis 1996: 112-113).

Dalam pembelajaran IPS diperlukan suatu metode yang dapat memetakan dan mengurutkan materi-materi yang banyak menjadi bermakna. Metode yang dapat digunakan adalah metode pemetaan pikiran atau mind mapping. Metode mind mapping sendiri merupakan metode penyimpanan, pengaturan informasi berbentuk jaringan yang menggunakan kata kunci dan gambar, dan akan menyimpan ingatan secara spesifik serta mendorong pemikiran dan ide baru (Buzan, 2007:4). Jadi metode mind mapping dalam pembelajaran IPS merupakan metode pembelajaran yang mendorong pemikiran dan memetakaan serta menusun materi-materi IPS yang banyak membentuk peta-peta yang bermakna sehingga memudahkan siswa dalam mengingatnya dan menyimpan informasi materi IPS tersebut kedalam sel-sel otak.


(56)

40 4. Langkah-langkah Mind Mapping

Langkah-langkah dalam membuat mind mapping menurut Buzan (2005: 73) yaitu:

a. Siswa diminta guru menyiapkan satu lembar kertas kosong tak bergaris. Siswa membuat sebuah gambar sesuai topik utama di tengah-tengah kertas menggunakan warna-warna yang menarik.

b. Siswa membuat beberapa garis penghubung cabang cabang topik utama.

c. Siswa menuliskan sub topik pada setiap garis penghubung yang telah dibuat menggunakan warna yang berbeda-beda untuk setiap sub topiknya. (sub topik harus sesuai dengan topik utama).

d. Siswa membuat cabang-cabang untuk setiap sub topik dengan garis hubung. Kemudian siswa menuliskan dan menggambarkan sub-sub topik menggunakan warna-warna yang beragam. (sub-sub topik harus sesuai dengan sub topik).

e. Siswa menambahkan cabang-cabang dari sub-sub topik sampai mendetail. f. Siswa menambahkan gambar-gambar pada bagian yang dirasa perlu untuk ditambahkan.

Sementara Silberman (2006: 200) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran menggunakan mind mapping yaitu:

a. Siswa diberikan contoh mind mapping yang sudah dibuat guru. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang bagaimana membuat mind mapping.


(57)

41

b. Siswa di bagikan kertas, spidol, dan materi sumber lain yang dapat membantu siswa menciptakan mind mapping yang menarik.

c. Siswa membuat sentral gambar sebagai topik utama.

d. Selanjutnya siswa memecahkan keseluruhan gagasan utama menjadi unsur-unsur yang lebih kecil dan menggambarkan unsur-unsur-unsur-unsur ini disekeliling peta (menggunakan warna dan grafis).

e. Siswa diminta mengungkapkan tiap gagasan menggunakan gambar, dengan menyertakan sedikit mungkin kata-kata.

f. Siswa diminta untuk saling bercerita tentang mind mappig mereka.

Berbeda dengan pendapat di atas, Deporter (2007:177) menyebutkan langkah-langkah mind mapping adalah sebagai berikut:

a. Siswa menyiapkan selembar kertas kosong dan letakkan mendatar.

b. Siswa menuliskan topik utama yang akan dibuat mind mapping ditengah-tengah halaman.

c. Siswa menarik garis-garis tebal yang beransur-ansur menipis dari topik utama sehingga membentuk seperti jari-jari roda.

d. Siswa memberi nama setiap garis dengan menggunakan warna berbeda untuk setiap topiknya.

e. Siswa menarik garis yang lebih kecil dari setiap topik membentuk seperti cabang-cabang pohon.


(58)

42

g. Siswa menambahkan perincian dibeberapa cabang dengan menambahkan warna dan simbol-simbol.

5. Kelebihan Mind Mapping

Kelebihan mind maaping menurut Deporter (2007:172) yaitu:

a. Bersifat Fleksibel. Artinya mind mapping dapat dengan mudah menyesuaikan kebutuhan peserta didik.

b. Memusatkan perhatian siswa.

c. Mampu meningkatkan pemahaman. Mind mapping mempermudah pemahaman siswa dalam belajar sesuatu yang sifatnya hafalan.

d. Menyenangkan. Sesuai dengan karakteristik siswa SD yang senang diajak mengembangkan ide kreatif yang dituangkan dalam gambar yang berwarna warni.

Berbeda dengan pendapat Deporter, Olivia (2008: 13) menyebutkan kelebihan mind mapping adalah sebagai berikut:

a. Cara mudah menggali informasi dari dalam dan luar otak. b. Cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan ampuh. c. Cara membuat catatan agar tidak membosankan.

d. Cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek.

e. Alat berpikir yang mengasikan karena membantu berpikir 2 kali lebih baik, 2 klai lebih cepat, 2 kali lebih jernih dan dengan lebih menyenangkan.


(59)

43

Buzan (2007: 6) menyatakan mind mapping dapat membantu kita dalam berbagai hal, diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Membantu kita untuk merencanakan sesuatu b. Membantu kita berkomunikasi

c. Membantu kita menjadi lebih kreatif d. Membantu menghemat waktu e. Membantu menyelesaikan masalah f. Membantu memusatkan perhatian

g. Membantu menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran h. Membantu mengingat dengan baik

i. Membantu belajar lebih cepat dan efisien

6. Manfaat Mind Mapping

Buzan (2005: 71) mengemukakan bahwa manfaat metode mind mapping yaitu:

a. Memberikan tinjauan menyeluruh dari segala aspek.

b. Membuat siswa mampu merencanakan arah dan membuat pilihan serta menunjukkan tujuannya.

c. Menghimpun dan menyiapkan sejumlah besar data.

d. Mendukung proses pemecahan masalah dengan menemukan jalan baru yang kreatif.

e. Membuat siswa mampu bersikap praktis dan efisien


(60)

44

Sejalan dengan pendapat dari Tony Buzan, Olivia (2008: 14) menyebutkan manfaat mind mapping diataranya ialah:

a. Pengelompokan materi semakin menarik karena ditampilkan dalam wujud visual.

b. Mind mapping berguna untuk membuat pidato, presentasi, dan sebagainya. c. Dengan mind mapping ini tidak ada informasi yang hilang, karena informasi yang ada dipikiran diwujudkan dalam peta yang nyata.

d. Seseorang yang sejak kecil dibiasakan menerapkan mind mapping sebenarnya dilatih untuk memiliki cara berpikir analisis.

Berbeda dengan pendapat dari Tony Buzan dan Femi Olivia, Windura (2008: 99-104) menyebutkan manfaat mind mapping adalah:

a. Membantu memperkuat pemahaman anak.

b. Membantu anak menyusun kembali materi pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapinya secara sederhana dan terstruktur sesuai pancaran pemikirannya.

c. Mind mapping berguna untuk menjaga pemahaman materi pada pembelajaran yang sangat banyak yaitu berupa bab-bab yang saling berhubungan.


(61)

45 E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan variabel penelitan antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Arbi Harsanto (2016) Penggunaan metode Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar IPS Kelas IV SD Negeri Tiyaran 01 Bulu Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016 menyatakan bahwa dengan menggunakan metode mind mapping pada kelas IV SD Negeri Tiyaran 01 Bulu Sukoharjo dapat meningkatkan konsentrasi dan hasil belajar IPS. Hasil belajar siswa meningkat terbukti dari peningkatan pada siklus I dan siklus II. Pada post-tes siswa yang tuntas KKM sebanyak 7 siswa. Setelah diterapkan mind mapping, pada silkus I jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 9 siswa dan berkatagori sedang. Keudian pada siklus II meningkat menjadi 12 siswa yang tuntas dan berkatagori tinggi.

2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Nur Dani Rumanti (2014) Penerapan metode Mind Mapping terhadap hasil belajar kognitif pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Gugus Hasanuddin menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode mind mapping berpengaruh signifikan dibandingkan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru yaitu pemeblajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab dalam perolehan hasil belajar kognitif IPA. Hasil penelitian menunjukkan thitung > ttabel yaitu thitung (3,283) > ttabel (1,685) Pada taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95%.

3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Wildan Masykuri (2013) Penggunaan metode Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran


(62)

46

Matematika kelas V SD N Tamanagung 4 Kecamatan Muntilan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tamanagung 4. Pada siklus I presentase yang dicapai dari keseluruhan aspek yang diamati menghasilkan data 46,7 % aspek terpenuhi. Sementara pada siklus II presentase pemenuhan aspek menjadi 86,7% dan berada pada katagori tinggi.

4. Penelitian yang dilaksankan oleh Sulis Nur Azizah (2015) penerapan Metode Mind Mapping untuk meningkatkan konsentrasi dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Jomblangan Banguntapan Bnatul menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan konsentrasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Jomblangan. Konsentrasi belajar siswa pada pra tindakan yang mendapatkan skor konsentrasi belajar ≥76 dari jumlah keseluruhan siswa adalah 21,9%. Pada siklus I meningkat menjadi 46,9%, dan pada siklus II menjadi 100%. Demikian pula pada hasil belajar IPA, pada pra tindakan siswa yang memperoleh hasil belajar diatas KKM ialah 40%. Kemudian pada diklus I meningkat menjadi 68,7% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 100%

Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar dan konsesntrasi belajar siswa, hal ini terbukti dari data-data yang ditunjukan pada setiap siklus penelitian-penelitian di atas. Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang saya lakukan adalah:


(63)

47

1. Penelitian dari Faisal Arbi Harsanto di laksanakan di terapkan di SD Negeri Tiyaran 01 Bulu Sukoharjo, penelitian dari Nur Dani Rumanti diterapkan di SD Gugus Hasanudin Kecamatan Mertoyudan Magelang, penelitian dari Wildan Masykuri diterapkan di SD Negeri Tamanagung 4 Kecamatan Muntilan, dan penelitian dari Sulis Nur Azizah diterapkan di SD Negeri Jomblangan Banguntapan Bantul. Sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah di SD Negeri Kuwaderan 2 Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

2. Penelitian dari Faisal Arbi Harsanto dilaksanakan di kelas IV, penelitian dari Nur Dani Rumanti dilaksanakan di kelas IV, penelitian dari Wildan Masykuri dilaksankan di kelas V, dan penelitian dari Sulis Nur Azizah dilaksanakan di kelas V. Sementara penelitian yang saya lakukan di kelas V.

F. Hipotesis

Memperhatikan landasan teori tersebut, maka hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut: “Metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar kognitif IPS pada siswa kelas V SD Negeri Kuwaderan 2 Kajoran Magelang”.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS SD merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membutuhkan hafalan. Hal ini dikarenakan belum ada variasi metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, kelas masih didominasi oleh guru.


(64)

48

Guru memberikan ceramah sementara siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan oleh guru. Selain itu guru juga memberikan penugasan kepada siswa. Di sisi lain media-media pembelajaran IPS yang tersedia kurang dimanfaatkan oleh guru dalam menbelajarkan materi. Aktiabtnya motivasi belajar IPS siswa rendah sehingga menyebabkan hasil belajar IPS menjadi rendah dibandingkan mata pelajaran lain.

Untuk menangani permasalahan-permasalahan tersebut dibutuhkan sebuah inovasi pembelajaran. Inovasi yang butuhkan ialah inovasi dalam metode pembalajaran. Inovasi metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas V. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru ialah metode mind mapping.


(65)

49

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

2. Media pembelajaran kurang dimanfaatkan

3. Metode pembelajaran kurang inovatif

4. Motivasi belajar IPS masih rendah

5. Hasil belajar kognitif IPS siswa rendah

Dibutuhkan inovasi dalam

metode pembelajaran

yang dapat meningkatkan

hasil belajar

Metode Mind Mapping mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa


(66)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (Kusuma, 2010:9) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswanya bisa meningkat. Sedangkan Arikunto (2007: 3) menyebutkan Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Suyadi (2013: 22) menambahkan penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan yang dilakukan oleh guru, peserta didik, dan kepala sekolah dengan menggunakan metode refleksi diri yang bertujuan untuk melakukan perbaikan diberbagai aspek pembelajaran.

Berdasarkan definisi penelitian tindakan kelas yang diberikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap tindakan oleh guru sekaligus peneliti melalui cara perencanaan, pelaksanaan, dan perefleksian dengan tujuan memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar serta prestasi belajar siswa.


(67)

51 B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD N Kuwaderan 2, Kajoran, Magelang, Jawa Tengah dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 11 anak, sedangkan jumlah siswa perempuan sebanyak 21 anak.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah pembelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode mind mapping.

D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II yaitu dari tanggal 13 Maret sampai 27 Maret 2017. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua Siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2017 dan 20 Maret 2017. Sementara siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2017 dan 27 Maret 2017. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit untuk setiap siklusnya. Setiap siklus dilaksanakan selama 2 pertemuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Kuwaderan 2 Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.


(68)

52 E. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Desain penelitian merupakan prosedur-prosedur yang menggambarkan bagaimana penelitian akan dilaksanakan. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Kusuma (2010: 21) menyatakan bahwa model ini berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Dibawah ini merupakan bentuk model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 4. Spiral Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc. Targgart karena model tersebut sesuai dengan rencana penelitian yang akan dilakukan. Penelitian diawali dengan observasi masalah pembelajaran yang terjadi di SD N Kuwaderan 2 dan dilanjutkan dengan merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Kemudian menerapkan tindakan


(69)

53

yang sudah direncanakan serta mengamati rencana tindakan yang sudah diterapkan dan diakhiri dengan refleksi.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentu siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat komponen. Pada siklus pertama siswa diminta untuk mengerjakan soal mengenai materi persiapan kemerdekaan dan proses perumusan dasar negara untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan. Apabila hasil yang didapatkan tidak sesuai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya. Akan tetapi jika hasil yang diperoleh sudah sesuai indikator keberhasilan maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Langkah-langkah penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap prasiklus

Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat pada kelas yang akan di teliti (Kusumah, 2011: 38). Adapun tahap-tahapyang dilakukan ialah:

a. Permohonan izin di SD N Kuwaderan 2.

b. Observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.

c. Wawancara dengan wali kelas V tentang kendala-kendala yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran IPS.


(70)

54

d. Menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di kelas tersebut.

e. Menyusun langkah tindakan dan jadwal kegiatan. 2. Tahap siklus

Sebelum dilaksanakan penelitian ini, peneliti menyusun tahapan-tahapan kegiatan tindakan yang akan dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Tahap perencanaan dilakukan untuk menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2010: 138). Pada tahap ini peneliti bersama guru kelas merancang tindakan yang dilaksanakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS. Rancangan tindakan yang dilakukan yaitu:

1) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilaksanakan untuk pembelajaran IPS.

2) Menyusun instrumen observasi dan tes dalam pembelajaran IPS.

3) Menyiapkan lembar kerja siswa, alat, dan media pembelajaran mind mapping. 4) Berdiskusi dengan guru tentang langkah-langkah atau cara pembelajaran menggunkan metode mind mapping.

b. Act (Tindakan)

Tahap tindakan menurut Arikunto (2010:139) merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan tindakan di dalam kelas. Pada tahap ini dilakukan


(71)

55

proses pembelajaran yang disesuaikan dengan rancangan yang sudah disusun yaitu pembelajaran IPS menggunakan metode mind mapping. Rincian rancangan tindakan adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan tindakan seseuai dengan rencana yang telah disusun dalam tahap perencanaan, yaitu sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Menerapkan metode mind mapping dalam pembelajaran IPS

3) Mengadakan penilaian atau evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS

4) Menggunakan instrumen tes dan observasi yang telah dibuat serta mencatat aktivitas siswa serta guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode mind mapping

c. Observe (Observasi)

Tahap pengamatan atau observasi merupakan pengamatan yang dilakukan sendiri oleh peneliti, pada tahap ini seorang observer harus mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian (Kusumah, 2011: 40). Pengamatan atau observasi dilakukan selama proses pembelajaran IPS. Pengambilan data dalam pengamatan pembelajaran dengan metode mind mapping menggunakan lembar observasi. Sementara untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa dilakukan dengan tes.

d. Reflect (Refleksi)

Kusumah (2011: 40) menyatakan tahap refleksi merupakan tahap merenung atau memikirkan upaya evaluasi yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi dan hasil belajar dari tindakan yang


(72)

56

telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk memahami proses, masalah serta kendala selama proses tindakan yaitu pembelajaran menggunkana metode mind mapping. Setelah data selesai dianalisis menggunkan indikataor keberhasilan yang telah ditetapkan, selanjutnya ditarik kesimpulan tentang keberhasilan dan kegagalan tindakan. Apabila presentase siswa mencapai KKM lebih dari 75%, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, akan tetapi jika presentase siswa mencapai KKM kurang dari 75% maka penelitian harus dilanjutkan ke siklus berikutnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data (Widyoko, 2015: 33) merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena ini merupakan strategi atau cara peneliti memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Penentuan pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data mengenai masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tes

Tes merupakan sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193). Sementara itu Widyoko (2015: 50) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran dalam mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek yang berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, minat yang dimiliki individu atau kelompok. Kusumah (2011: 78) tes merupakan seperangkat rangsangan yang


(73)

57

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis dan bersifat pilihan ganda. Setelah pemberian tindakan berupa penjelasan dari guru dan siswa melakukan pembelajaran menggunakan mind mapping, siswa ditugaskan mengerjakan soal tentang persiapan kemerdekaan dan proses perumusan dasar negara.

2. Observasi

Observasi (Kusumah, 2011: 66) adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Sementra itu Wiyoko (2015: 46) menyebutkan observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dimana pengumpul data mengamati secara visual gejala yang diamati serta mengintepretasikan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi atau pengamatan secara langsung. Observasi ini dilakuakan untuk mengetahui penerapan metode mind mapping sudah dilaksanakan seperti seharusnya atau belum. Hal-hal yang diamati antara lain ialah proses pembelajaran, cara penjelasan guru, cara guru memotivasi siwa, dan pemahaman siswa tentang tata cara membuat mind map.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

213 Lampiran 11. Dokumentasi


(6)