BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era  globalisasi  membuat  perusahaan-perusahaan  di  seluruh  dunia  bersaing antar satu dengan lainnya agar dikenal sebagai the best employer in their industry
or community. Hal ini dianggap baik tidak hanya dalam dunia usaha, namun juga dipandang  dalam  kehidupan  masyarakat  Levering,  2000.  Globalisasi  yang
terjadi  saat  ini  memberikan  dampak  yang  signifikan  bagi  kelangsungan  hidup organisasi.  Globalisasi  telah  menyebabkan  terjadinya  perubahan-perubahan  yang
begitu  cepat  di  dalam  bisnis,  yang  menuntut  organisasi  untuk  lebih  mampu beradaptasi.  Globalisasi  ini  juga  dapat  memunculkan  ancaman  dan  kesempatan
bagi  organisasi.  Menurut  Kotter  1996  globalisasi  yang  terjadi  di  pasar  dan kompetisi telah menciptakan ancaman, berupa semakin banyaknya kompetisi dan
meningkatnya kecepatan dalam bisnis. Era  globalisasi  yang  akan  terus  berlanjut  dalam  abad  21,  pada  mulanya
merupakan wujud perubahan dan perkembangan sistem informasi, telekomunikasi serta  transportasi  dengan  fenomena  yaitu  dapat  mempersingkat  jarak  dalam
hubungan  antar  negara  atau  antar  wilayah  dalam  batas  ruang  dan  waktu.  Dalam perkembangan demikian, telah dimungkinkan oleh terjadinya kemajuan-kemajuan
yang  cepat  dan  menakjubkan  dalam  bidang  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi Iptek. Tentu saja kemajuan-kemajuan Iptek tersebut dapat dicapai berkat adanya
kemampuan  ekonomi  dunia  melalui  aliran  modal  tanpa  batas  untuk
Universitas Sumatera Utara
mendukungnya.  Sebagaimana  yang  sedang  kita  saksikan,  adanya  keterkaitan antara  kedua  faktor  Iptek  dan  kemampuan  ekonomi  ini  telah  menimbulkan
perubahan-perubahan  yang  cepat  dan  luar  biasa  di  seantero  dunia,  serta  tingkat kompetisi yang tinggi, dan tidak terkecuali pada masyarakat Indonesia Saepudin,
2011. Globalisasi merupakan proses mendunia dengan tingkat perubahan yang cepat
dan radikal di berbagai aspek kehidupan manusia karena adanya teknologi. Tilaar 1997  menjelaskan  proses  globalisasi  bergerak  sejalan  dengan  tiga  arena
kehidupan  manusia,  yaitu  arena  ekonomi,  politik  dan  budaya.  Arena  ekonomi mempunyai  beberapa  dimensi  dan  beberapa  pola-pola  tipe  ideal.  Dimensi
ekonomi  terdiri  dari  perdagangan,  produksi,  investasi,  ideologi  organisasi,  pasar uang  dan  pasar  kerja.  Perdagangan  mempunyai  pola  ideal  kebebasan  absolut
dalam  perdagangan,  service  komoditi  simbolik.  Produksi  mempunyai  pola produksi  yang  seimbang  yang  ditentukan  oleh  keuntungan  geografis.  Investasi
mempunyai  pola  investasi  langsung  foreign  direct  investmen  sangat  terbatas, Ideologi organisasi mempunyai pola fleksibilitas terhadap pasar global. Pola pasar
uang  adalah  adanya  desentralisasi,  langsung  dan  tanpa  batas  negara  dana  pada dimensi pasar kerja adanya kebebasan bergerak para pekerja.
Dengan  pesatnya  pertumbuhan  globalisasi  menyebabkan  terjadinya  dinamika ketenagakerjaan.  Tenaga  kerja  yang  lebih  berpengalaman  dan  terampil  dapat
pindah  dari  satu  perusahaan  ke  perusahaan  lain,  baik  di  tingkat  buruh  maupun pimpinan.  Dan  akhirnya  terjadi  perubahan  dalam  hal  demografis,  tidak  hanya
wanita yang lebih banyak, namun lebih banyak individu-individu yang lebih muda
Universitas Sumatera Utara
dan  lebih  berpendidikan  yang  memiliki  harapan  lebih  tinggi.  Namun  dengan begitu,  mereka  lebih  mudah  untuk  meninggalkan  perusahaan  saat  ini  untuk
mencari  kesempatan  di  tempat  lain.  Levering,  2000.  Dengan  demikian,  para tenaga  kerja  perlu  dikelola  dengan  baik.  Dessler  2006  menyebutkan  bahwa
globalisasi  di  bidang  ekonomi  dan  beberapa  tren  lainnya  merupakan  pemicu perubahan  bagi  perusahaan  dalam  mengorganisasikan,  mengelola  dan
memanfaatkan departemen personaliaSDM mereka. Dengan  menyadari  tantangan  dari  adanya  paradoks  globalisasi  tersebut
terhadap  situasi  ketenagakerjaan,  maka  isu  pengelolaan  dan  peningkatan kompetensi  tenaga  kerja  di  berbagai  sektor  industri  barang  dan  jasa,  selayaknya
sejalan dengan upaya  yang dilakukan oleh kalangan pelaku  bisnis. Hal  ini untuk meningkatkan  produktivitas  maupun  penguatan  daya  saing  bangsa  kita  di
mancanegara. Akhirnya, karyawan harus memiliki kemampuan, pengetahuan dan tingkah  laku  yang  spesifik  untuk  menyelesaikan  tiap  tugas  di  dalam  pekerjaan
mereka dalam Rivai dan Basri, 2005. Persaingan  usaha  merupakan  bentuk  lain  yang  perlu  dipertimbangkan  dalam
perencanaan  kebutuhan  SDM.  Bentuk  ini  misalnya  dalam  aspek  keunggulan, efisiensi, teknologi, kualitas SDM, tingkat upah dan peluang ekspansi usaha serta
pangsa pasar komoditi. Hal-hal inilah yang mempengaruhi permintaan perusahaan terhadap  SDM  di  pasar  kerja.  Dalam  situasi  tersebut  mungkin  akan  terjadi
pembajakan-pembajakan karyawan  yang  bermutu dan perputaran karyawan  yang tinggi  pada  perusahaan  yang  kurang  mampu  bersaing  atau  pada  kondisi  ekstrem
terjadi kepailitan perusahaan Rivai dan Basri, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Manusia merupakan salah satu komponen utama dalam industri, maka kualitas dan  kesejahteraan  individu  karyawan  dalam  suatu  industri  sangat  menentukan
kemajuan  dan  produktifitas  industri  tersebut.  Manusia  mempunyai  aktivitas bersama  untuk  mengelola  usahanya  agar  mencapai  tujuan  dengan  menggunakan
akal  pikiran,  perasaan,  cita-cita  kemampuan,  keterampilan,  pengetahuan, dorongan, daya dan karya sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal
dan  mengembangkan  perusahaan  arau  organisasinya.  Sumber  daya  manusia merupakan  sumber  daya  yang  dapat  mengendalikan  sumber  daya  lainnya  yang
dimiliki  perusahaan  untuk  memberikan  kontribusi  yang  optimal  melalui kreativitas,  memaksimalkan  produktivitas  dan  laba  perusahaan  Rivai  dan  Basri,
2005.  Prabowo  2000  menyebutkan  bahwa  untuk  mencapai  tujuan  dan mempertahankan
kelangsungannya, perusahaan
membutuhkan adanya
penerimaan,  kemauan,  kesediaan,  loyalitas  dan  keterlibatan  secara  penuh  dari karyawan  dalam  upaya  mencapai  tujuan  dan  kelangsungan  perusahaan.
Penerimaan, kemauan, kesediaan dan keterlibatan ini akan tercermin dari adanya perilaku  kerja  yang  mau  bekerja  keras,  bekerja  di  luar  tugasnya  serta  bekerja
dengan  tingkat  perhatian  dan  ketekunan  tinggi.  Sejalan  dengan  pernyataan tersebut,  Alwi  2001  menyatakan  bahwa  sikap  karyawan  yang  tetap  bertahan
dalam perusahaan dan terlibat mendalam dalam upaya-upaya mencapai visi, misi, nilai dan tujuan perusahaan dikatakan sebagai komitmen organisasi. Komitmen ini
meliputi  hubungan  yang  aktif  antar  individu  dengan  perusahaannya,  dimana individu  bersedia  memberikan  sesuatu  atas  kehendak  sendiri  demi  tercapainya
tujuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Konsep  dari  komitmen  adalah  salah  satu  aspek  penting  dari  filosofi  human resource  management.  Sebagaimana  yang  dinyatakan  oleh  Guest    dalam
Armstrong, 1999 bahwasanya kebijakan MSDM didesain untuk memaksimalkan integrasi  organisasi,  komitmen  organisasi,  komitmen  pegawai,  fleksibilitas  dan
kualitas kerja. Setiap karyawan dalam organisasi  harus  memiliki komitmen  yang tinggi terhadap pencapaian misi, visi, dan tujuan organisasi. Ikatan mereka untuk
bekerja  bukan  sekedar  gaji,  namun  lebih  pada  ikatan  batin.  Ikatan  batin  antara karyawan dengan organisasi dapat dibangun dari kesamaan misi, visi, dan tujuan
organisasi,  bukan  sekedar  ikatan  kerja.  Sehingga  bila  setiap  karyawan  memiliki komitmen  yang  kuat  untuk  memberikan  prestasi  terbaik  dan  pelayanan  terbaik
pada  masyarakat,  maka  tentunya  kinerja  diharapkan  akan  meningkat.  Menurut Morrow, Mc Elroy dan Blum 1988 komitmen organisasi terbangun bila masing-
masing  individu  mengembangkan  tiga  sikap  yang  saling  berhubungan  terhadap organisasi. Tiga sikap tersebut adalah:
1. Pemahaman atau penghayatan dari tujuan perusahaan identification. 2.  Perasaan  terlibat  dalam  suatu  pekerjaan  involvement,  pekerjaan  adalah
menyenangkan. 3. Perasaan loyal loyality, perusahaan adalah tempat kerja dan tempat tinggal.
Porter,  Smith  dan  Steers  dalam  Yuwono,
Suhariadi,  Handoyo,  Fajrianthi, Muhamad  dan  Septari,
2005  mengemukakan  bahwa  individu  yang  memiliki komitmen  yang  tinggi  memperlihatkan  keinginan  yang  kuat  untuk tetap  menjadi
anggota  organisasi  yang  bersangkutan,  juga  kesediaan  untuk  berusaha  sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut  Morrow  dalam  Setiawati  dan  Zulkaida,  2007  karyawan  dengan komitmen  organisasi  yang  tinggi  akan  menunjukkan  sikap  bahwa  dia
membutuhkan dan mempunyai harapan yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja,  serta  lebih  termotivasi  dalam  bekerja.  Komitmen  dinaggap  sebagai
kesetiaan  untuk  melakukan  apa  yang  telah  diputuskan.  Biasanya  komitmen memerlukan suatu pengorbanan dan pengabdian.
Secara umum komitmen terhadap organisasi dimaksudkan sebagai hubungan psikologis  antara  karyawan  dengan  organisasi  yang  menyebabkan  kurangnya
tingkat  turn  over.  Pada  saat  ini  komitmen  organisasi  lebih  dikenal  sebagai  sikap kerja yang multidimensi Allen dan Meyer, 1997. Allen dan Meyer dalam Cetin,
2006  meneliti  komitmen  organisasi  dengan  pendekatan  multidimensional. Berdasarkan  perspektif  ini,  hubungan  psikologis  antara  karyawan  dengan
organisasinya memiliki tiga bentuk yang berbeda, yaitu affective, continuance dan normative.  Komponen  affective  berkaitan  dengan  emosional,  identifikasi  dan
keterlibatan  pegawai  dalam  organisasi.  Komponen  continuance  didasarkan  pada persepsi pekerja tentang kerugian apabila ia meninggalkan organisasi, sedangkan
komponen  normative  menunjukkan  perasaan  pegawai  tentang  kewajiban  yang harus  ia  berikan  kepada  organisasi.  Gellatly,  Meyer  dan  Luchak  2006
mengemukakan bahwa perilaku kerja seorang karyawan tergantung dari kekuatan relatif  ketiga  komponen  komitmen.  Pekerja  dengan  komitmen  yang  tinggi  akan
menerima semua tugas dan tanggungjawab  yang  diberikan kepadanya Kuntjoro, 2009.  Menurut  Moore  2005  seorang  pekerja  yang  menunjukkan  komitmen
organisasi  yang  tinggi  akan  menunjukkan  unjuk  kerja  dan  produktivitas  yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi,  tingkat  turn  over  yang  rendah,  absen  yang  rendah  serta  tingkat keterlambatan  yang  rendah.  Dengan  kata  lain  komitmen  karyawan  terhadap
organisasi akan direpresentasikan terhadap kinerjanya dalam organisasi. Karyawan  dengan  komitmen  affective  yang  kuat  tetap  berada  dalam
organisasi  karena  menginginkannya  want  to,  karyawan  dengan  komitmen continuance  yang  kuat  tetap  berada  dalam  organisasi  karena  membutuhkannya
need  to,  sedangkan  karyawan  yang  memiliki  komitmen  normative  kuat  tetap berada  dalam  organisasi  karena  mereka  harus  melakukan  ought  to  Allen
Meyer, 1997. Organisasi membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang
tinggi  agar  organisasi  dapat  terus  bertahan  serta  meningkatkan  jasa  dan  produk yang  dihasilkannya.  Menurut  Greenberg  dan  Baron  1995,  karyawan  yang
memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih  produktif  sehingga  pada  akhirnya  juga  lebih  menguntungkan  bagi
organisasi. Mowday, Porter, dan Steers 1982 mengatakan bahwa karyawan yang memiliki  komitmen  organisasi  yang  tinggi  akan  lebih  termotivasi  untuk  hadir
dalam  organisasi  dan  berusaha  mencapai  tujuan  organisasi.  Sementara  itu, Randall, Fedor, dan Longenecker dalam Greenberg  Baron, 1995 menyatakan
bahwa  komitmen  organisasi  berkaitan  dengan  keinginan  yang  tinggi  untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi.
Robbin  1997  berpendapat  bahwa  ciri-ciri  individu  dengan  komitmen organisasi  yang  tinggi,  ditunjukkan  dengan  tingginya  loyalitas  dan  dedikasi
terhadap  organisasi.  Karyawan  akan  melakukan  segala  cara  agar  organisasi
Universitas Sumatera Utara
mampu  mencapai  sukses.  Penelitian  terakhir  menerangkan  bahwa  secara keseluruhan  karyawan  dengan  komitmen  affective  yang  kuat  terhadap  organisasi
bekerja  lebih  keras  dan  perform  lebih  baik  daripada  komitmen  yang  lemah. Beberapa  ditemukan  berdasarkan  laporan  karyawan  terhadap  perilaku  mereka
sendiri.  Komitmen  affective  dan  normative  berhubungan  positif  terhadap bermacam-macam  self-report  dari  upaya  bekerja.  Komitmen  afektif  juga
berhubungan  dengan  kepatuhan  terhadap  kebijakan  organisasi.  Individu  yang memiliki komitmen continuance  yang kuat akan  lebih  bertahan dalam organisasi
daripada  individu  dengan  komitmen  yang  lemah  dalam  Allen    Meyer,  1997. Hubungan positif  yang signifikan  juga dilaporkan antara komitmen affective dan
penilaian  dari  potensi  untuk  karir  mereka  Meyer,  et.al  dalam  Allen    Meyer 1997  dan  berhungan  dengan  kinerja  mereka  secara  keseluruhan  Konovsky
Cropanzano,  dalam  Allen    Meyer  1997.  Maka,  dapat  disimpulkan  bahwa komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari
sekedar  kesetiaan  yang  pasif  terhadap  organisasi,  dengan  kata  lain  komitmen organisasi  menyiratkan  hubungan  pegawai  dengan  perusahaan  atau  organisasi
secara  aktif.  Karena  pegawai  yang  menunjukkan  komitmen  tinggi  memiliki keinginan  untuk  memberikan  tenaga  dan  tanggung  jawab  yang  lebih  dalam
menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja. Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  komitmen  individu  pada  organisasinya
seperti yang disebutkan Steers  Porter dalam Yuwono, Purwanto  Kurniawan 2006  cukup  beragam,  antara  lain  karakteristik  pribadi  umur,  masa  kerja,
motivasi  berprestasi,  dan  pendidikan,  karakteristik  pekerjaan  tantangan  kerja,
Universitas Sumatera Utara
kesempatan  berinteraksi  sosial,  identitas  tugas,  dan  umpan  balik,  desain organisasi  desentralisasi,  derajat  formalitas,  dan  derajat  partisipasi  dalam
pengambilan  keputusan  serta  pengalaman  kerja  merupakan  bagian  dari komponen kepuasan dari pengalaman kerja, perasaan dibutuhkan oleh organisasi,
dan perasaan terpenuhinya harapan-harapan individu terhadap organisasi. Terpenuhinya  harapan  dalam  organisasi  sangat  dibutuhkan  oleh  karyawan.
Muchlas  2005  menyatakan  bahwa  organisasi  sebagai  wadah  keuntungan bersama.  Keuntungan  bersama  ini  sering  dinyatakan  dengan  organisasi
membutuhkan  orang  dan  orang  juga  membutuhkan  organisasi  atau  perusahaan membutuhkan karyawan dan karyawan  membutuhkan perusahaan. Organisasi  ini
dibentuk  dan  dipertahankan  dalam  prinsip  demi  keuntungan  bersama  di  antara para  pelakunya.  Manusia  memandang  organisasi  sebagai  alat  bantu  atau  cara
untuk membantu mencapai mereka, sedangkan organisasi membutuhkan manusia untuk  membantu  mencapai  sasaran  atau  target  organisasi.  Harapan-harapan  ini
berkaitan  dengan  kepercayaan  karyawan  itu  sendiri  terhadap  organisasi  atau perusahaannya.  Kepercayaan  terbangun  karena  adanya  harapan  pihak  lain  yang
bertindak  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  keinginan.  Rosseau,  Sitkin,  Burt, Camerer  1998  menyatakan  bahwa  kepercayaan  merupakan  pengaruh  psikologi
terhadap harapan yang positif untuk intensi atau behavior. Menurut Sanner dalam Ryan, 2002, ketika seseorang telah mempercayai pihak lain maka orang tersebut
harapannya  akan  terpenuhi  dan  tak  akan  ada  lagi  kekecewaan.  Kebanyakan peneliti mendefinisikan kepercayaan dalam bentuk harapan positif dan kesediaan
yang  menjadi  rentan  Ferrell,  dalam  Nasution    Widjajanto  2007.  Harapan
Universitas Sumatera Utara
positif  bahwa  keyakinan  satu  pihak  bahwa  pihak  lainnya  akan  bertindak  dengan cara  yang  konsisten  dengan  kesejahteraan  pihak  pertama  Barney  dan  Hansen
dalam  Nasution  2007.  Begitu  juga  harapan  karyawan  terhadap  perusahaan tempatnya bekerja.
Beberapa  penelitian  menunjukkan  bahwa  membangun  dan  mempertahankan kepercayaan  sangat  penting  dalam  hubungan  di  organisasi.  Rigsbee  2001
menyatakan  bahwa  kepercayaan  merupakan  elemen  yang  sangat  penting  dalam membangun  hubungan  yang  sukses.  Sangat  sulit  untuk  menghasilkan  hubungan
kerja yang efektif dan produktif tanpa adanya kepercayaan Castro, dalam Becton, 2002. Ketika karyawan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap organisasinya
mereka  akan  peduli  terhadap  masa  depan  dan  keberhasilan  perusahaan  dan memahami peran mereka dalam organisasi serta berusaha melakukan yang terbaik
dari peran mereka tersebut Boe, 2002 Menurut  Kanter  1993,  kepercayaan  berkembang  dari  pengertian  yang
saling menguntungkan yang berdasarkan pada nilai-nilai yang dibagi, dari hal ini sangat penting bagi loyalitas dan kinerja karyawan yang mengacu pada keyakinan
karyawan terhadap pemimpin mereka dan percaya bahwa pada akhirnya apa yang dilakukan  oleh  perusahaan  akan  membawa  kebaikan  atau  keuntungan  bagi
karyawan Gilbert dan Tang, 1998. Menurut  Doney    Cannon  1997,  kepercayaan  muncul  melalui  interpretasi
dan penilaian terhadap motivasi mitra bisnis. Orang atau sekelompok orang akan dimotivasi  agar  dapat  membantu  pihak  lain  menjadi  lebih  percaya,  daripada
sebelumnya. Maksud  lain dari  sebuah  hubungan  dapat disimpulkan ketika kedua
Universitas Sumatera Utara
belah  pihak  saling  berbagi  nilai  yang  memungkinkan  salah  satu  pihak  dapat memahami  tujuan  satu  pihak  lainnya.  Dalam  penelitian  yang  dilakukan  oleh
Anderson    Narus  1990  mengatakan  bahwa  kepercayaan  sebagai  bentuk keyakinan  satu  pihak  pada  pihak  lain  dalam  kemitraan  perkerjaannya.
Mendapatkan  hasil  yang  positif  pada  pihak  tersebut  dan  tidak  akan  melakukan tindakan-tindakan yang tidak diharapkan yang akan memberikan hasil negatif.
Mayer,  Davis  dan  Schoorman  1995  yang  menyatakan  bahwa  Kepercayaan ditentukan oleh kecenderungan trustor untuk percaya pada kemampuan  ability,
kebaikan  benevolence,  dan  integritas  trustee.  Tingkat  kepercayaan  dan  resiko yang  dirasakan  oleh  trustor  akan  mempengaruhi  risiko  trustor  yang  mengambil
perilaku  risiko.  Dengan  asumsi  risiko  dan  pelaksanaan  tindakan  yang  melekat akan menyebabkan hasil tertentu, yang akan mempengaruhi faktor-faktor penentu
kepercayaan dalam umpan balik. Hal ini berlaku baik secara pribadi manusia dan dalam hubungan person-to-organizationinstitution.
Kepercayaan  timbul  atas  dasar  adanya  pengharapan  di  mana  terdapat  di dalamnya  kejujuran  dan  potensi  membangun  sistem  yang  akan  saling
menguntungkan  kedua  belah  pihak  di  masa  depan.  Trustor  dikatakan  memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap trustee bila trustor siap menerima konsekuensi
apapun  dari  keputusannya  tersebut  Nasution    Widjajayanto,  2007  Dalam  hal ini  trustor  adalah  karyawan  dan  trustee  adalah  organisasi  atau  perusahaan.  Dari
stusi  literatur yang dilakukan oleh Nasution    Widjajayanto 2007 disimpulkan bahwa kepercayaan merupakan suatu proses yang diawali dari munculnya harapan
umum  expectancy,  dari  diri  seseorang  trustor  yang  masih  global  mengenai
Universitas Sumatera Utara
kemampuan  trustee    yang  kemudian  berkembang  menjadi  suatu  keyakinan belief karena trustee   dianggap  memiliki kemampuan, kebaikan,  integritas, dan
niat baik  untuk menjalankan tugas yang diberikan trustor kepadanya. Dalam  Muchlas  2005  dikatakan  bahwa  dahulu,  karyawan  memiliki
kepercayaan  bahwa  perusahaan  akan  memberikan  penghargaan  untuk  kesetiaan dan  pekerjaan  baik  mereka,  dengan  keamanan  kerja,  kenaikan  gajiupah  dan
berbagai  keuntungan  lainnya.  Tetapi,  di  negara-negara  maju,  khususnya  sejak pertengahan  tahun  80-an,  sebagai  respons  terhadap  kompetisi  global,
pengambilalihan  perusahaan,  pembajakan  tenaga  ahli  dan  semacamnya, perusahaan  mulai  membuang kebijakan  lama tentang keamanan kerja, senioritas,
dan kompensasi. Perubahan-perubahan  ini  mengakibatkan  menurunnya kesetiaan karyawan. Dalam  penelitian terakhir pada karyawan di  Amerika Serikat, 57 di
antara  mereka  mengatakan  bahwa  perusahaan  sendiri  kurang  setia  kepada karyawannya  sekarang  ini dibandingkan dengan  sepuluh tahun  yang  lalu Traub,
dalam Muchlas, 2005. Tentu saja komitmen karyawan berkurang. Awal  tahun  2005  sebuah  biro  konsultan  sumber  daya  manusia  terkemuka,
Watson  Wyatt,  mengadakan  sebuah  survei  komprehensif  dengan  tema  Work Indonesia 20042005  yang  membedah pandangan karyawan di Indonesia. Survei
tersebut  menunjukkan  sejumlah  fakta  menarik,  diantaranya  mengenai  rendahnya tingkat  loyalitas  karyawan  Indonesia  terendah  se-Asia  Pasifik  dan  juga
minimnya  level  kepercayaan  terhadap  manajemen  senior  dalam  Yoewono, Purwanto  Kurniawan, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Faktor  yang  mempengaruhi  komitmen  individu  pada  organisasinya  seperti yang  telah  disebutkan  sebelumnya  cukup  beragam,  salah  satunya  adalah
pengalaman  kerja  yang  di  dalamnya  terdapat  perasaan  terpenuhinya  harapan- harapan  individu  terhadap  organisasi  Steers  dalam  Yuwono,  et.  al,  2006.
Menurut  Rosseau,  et.  al  1998  kepercayaan  merupakan  pengaruh  psikologi terhadap  harapan  yang  positif  untuk  behavior.  De  Gilder  menemukan  bahwa
kepercayaan  dalam  organisasi  terkait  dengan  komitmen  dalam  Bijlsma Koopman, 2003
Kepercayaan  trustworthiness  menunjukkan  kepedulian  dan  dukungan  atau bertindak berdasarkan prinsip yang dapat dipandang sebagai tindakan yang harus
menimbulkan  motivasi  untuk  membalas  tindakan  atas  prinsip  pertukaran.  Dari prinsip ini, maka kepercayaan merupakan bagian penting dari hubungan yang ada.
Kepercayaan  ini  memprediksikan  mekanisme  dari  komitmen  afektif,  perasaaan memiliki kewajiban dan pemenuhan kontrak psikologis dalam  Colquitt, Scott
LePine, 2007. Hasil  Penelitian  Dunham,  Grube,  dan  Castaneda  dalam  Chairy  2002
menunjukkan  bahwa  keterandalan  organisasi,  kepuasan  kerja,  serta  persepsi terhadap  manajemen  partisipatif  memberikan  kontribusi  yang  cukup  tinggi
terhadap  komitmen  afektif.  Persepsi  terhadap  manajemen  partisipatif  memiliki kontribusi  yang  signifikan  pada  komitmen  normatif.  Keterandalan  dan  persepsi
karyawan  terhadap  perusahaannya  merupakan  bagian  dari  dimensi  kepercayaan pada  organisasi  seperti  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya.    Misalnya  dimensi
concern  yang  dicerminkan  dalam  persepsi  karyawan  dan  bagaimana  pada
Universitas Sumatera Utara
kenyataannya keinginan top manajemen untuk berkomunikasi secara rutin dengan karyawan  dan  menunjukkan  harapan  karyawan  untuk  didengar  dan  bentindak
untuk kepentingan karyawan Zalabak, Morreale  Hackman,  2010. Penelitian  Kramer  dan  Matthai  dalam  Tezi,  2002  menemukan  bahwa
kepercayaan  organisasional  adalah  prediktor  yang  bermakna  terhadap  komitmen organisasi.  Beberapa  temuan  memberikan  bukti  bahwa  kepercayaan  organisasi
adalah  elemen penting untuk kesuksesan organisasi  seperti komitmen organisasi. Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  karyawan  perlu  merasa  yakin  bahwa
usaha  mereka akan  menghasilkan  beberapa  manfaat bagi diri  mereka sendiri dan organisasi dalam Tezi, 2002.
Berdasarkan  uraian  tersebut,  terlihat  bahwa  kepercayaan  pada  organisasi memainkan  peranan  penting  di  dalam  perusahaan  terutama  dalam  menciptakan
komitmen organisasi termasuk karyawan PT. Bank Sumut. Bank Sumut merupakan bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Sumatera Utara. Bank ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber penerimaan asli  daerah  PAD  Provinsi  Sumatera  Utara  dan  memberikan  dukungan  bagi
pertumbuhan  ekonomi  di  Sumatera  Utara.  PT.  Bank  Sumut  berfungsi  sebagai pengerak  dan  pendorong  laju  pembangunan  di  daerah,  bertindak  sebagai
pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah  satu  sumber  pendapatan  asli  daerah  dengan  melakukan  kegiatan  usaha
sebagai  Bank  umum  seperti  dimaksudkan  pada  undang-undang  nomor  7  tahun 1992,  tentang  perbankan  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 website perusahaan, 2012. Bank ini tentu harus berusaha
Universitas Sumatera Utara
memenuhi tuntutan  ini walaupun  menghadapi persaingan  yang sangat ketat yang ditunjukkan dari banyaknya bank yang beroperasi di Sumatera Utara.
Dalam  dunia  perbankan,  Bank  Sumut  merupakan  Bank  yang  unggul  dalam bidangnya  di  Sumatera  utara.  Berbagai  penghargaan  telah  diterima,  antara  lain
Info  Bank  Award  2005  sebagai  Bank  dengan  Predikat  Sangat  Bagus  dari Majalah Info Bank, Info Bank Award 2006 sebagai Bank dengan Predikat Sangat
Bagus dari Majalah Info Bank, Peringkat I Best Overall Performance 2006 dari MRI  dan  Majalah  Info  Bank  pada  tanggal  21  Mei  2007,  Golden  Awards  2007
sebagai Bank dengan Predikat SANGAT BAGUS selama 5 tahun berturut-turut dari  Majalah  Info  Bank,  Golden  Awards  2008  sebagai  Bank  dengan  Predikat
SANGAT  BAGUS  selama  5  tahun  berturut-turut  dari  Majalah  Info  Bank, Peringkat I Best Overall Performance 2007 dari MRI dan Majalah Info Bank pada
tanggal 14 Mei 2008, Piala Indonesia Property  Bank Award 2008 dari Majalah Property    Bank,  Piala  Citra  Pelayanan  Prima  Tahun  2008  sebagai  Unit
Pelayanan Publik berkinerja Sangat baik dari Presiden Republik Indonesia DR. Susilo Bambang Yudhoyono dan lain sebagainya website perusahaan, 2012.
Target laba yang telah ditetapkan berhasil dicapai setiap tahunnya, sedangkan asset terus mengalami pertumbuhan  secara  signifikan. Peningkatan kinerja usaha
tersebut  telah  menjadikan  PT  Bank  Sumut  berada  pada  level  yang  baik  untuk penilaian tingkat kesehatan Bank sejak tahun 2002 sd 2007 berdasarkan penilaian
Bank Indonesia. website perusahaan, 2012. Sebagaimana  diketahui,  banyak  perusahaan  pemerintah  mulai  sadar
melakukan  perubahan  berdasarkan  tuntutan  zaman  dan  tuntutan  era  globalisasi.
Universitas Sumatera Utara
Maka,  tentunya  ada  perubahan  dalam  pengelolaan  organisasi  itu  sendiri,  hal  ini tentu  akan  membawa  dampak  yang  luas.  Komitmen  organisasi  dan  kepercayaan
organisasi  merupakan  hal  perlu  dicermati  oleh  bank  Pemerintah  di  Indonesia sebagai perusahaan jasa yang sangat mengandalkan karyawan dalam menerapkan
nilai kualitas layanan. Sejalan dengan hal di atas, PT. Bank Sumut sebagai bank daerah yang sedang
menuju  perubahan  untuk  menjadi  lebih  baik,  mengharapkan  karyawannya  dapat mengiringi  dan  mengikuti  perubahan  tersebut.  Diharapkan  karyawan  dapat
bekerja  dengan  lebih  baik  produktif  dan  lebih  proaktif.  Tidak  hanya  sekedar bertahan dan hadir di tempat kerja, namun juga lebih kepada keaktifan mereka di
dalamnya.  Sesuai  dengan  kondisi  globalisasi  yang  penuh  persaingan  maka, diharapkan  produktivitas  mereka  juga  semakin  meningkat.  Untuk  itu  Bank  ini
selalu mengedepankan  pentingnya  kepercayaan  dan  komitmen  dalam
organisasinya,  sehingga  komitmen  dan  kepercayaan  terpercaya  “istilah perusahaan ini menjadi bagian nilai-nilai budaya perusahaan. Komitmen ini harus
dimiliki  semua  anggota  perusahaan  mulai  dari  dewan  komisaris  sampai  level bawah.
Pertumbuhan  suatu  bank  sangat  tergantung  pada  pelayanan  para  karyawan kepada nasabah dan tingkat komitmen karyawan terhadap perusahaan. Salah satu
strategi  yang  dikembangkan  untuk  mempertahankan  karyawan  yang  kompeten adalah  dengan  menciptakan  karyawan  yang  loyal  dan  berkomitmen  pada
perusahaan.  Perbankan  merupakan  dunia  bisnis  yang  melibatkan  kepercayaan. Penelitian  menemukan  bahwa  pelanggan  itu  lebih  percaya  terhadap  karyawan
Universitas Sumatera Utara
Edelman, 2006; Keller  Berry, 2000 dalam Mishra, 2007. Sehingga awal dari kepercayaan  pelanggan  adalah  kepercayaan  karyawan  itu  sendiri  terhadap
kemampuan  perusahaan  untuk  dapat  memenuhi  harapan.  Karyawan  yang  sudah terpenuhi  segala  kebutuhannya  maka  akan  memiliki  komitmen  terhadap
organisasi Mathis dan Jackson, 2001. Berdasarkan asumsi ini dan pendapat para ahli di atas, maka peneliti tertarik
untuk  meneliti  bagaimana  pengaruh  kepercayaan  karyawan  pada  organisasi terhadap komitmen organisasi di PT. Bank Sumut.
Universitas Sumatera Utara
B. Kerangka Berfikir