234 699.3, dengan total kuantitas penyimpanan pada periode Juli 2006-Juni 2007 adalah 46 116 921 kilogram Lampiran 10. Sedangkan biaya pembelian bahan
baku yang diperoleh sama dengan teknik LFL dan teknik POQ.
7.4.3 Analisis Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode MRP
Perbandingan hasil pengendalian persediaan inti sawit PT. SAP selama bulan Juli 2006-Juni 2007 yaitu dengan membandingkan antara metode analisis
yang digunakan oleh perusahaan dan metode MRP yang digunakan dalam penelitian ini. Perbandingan antara metode yang digunakan meliputi :
perbandingan frekuensi pemesanan, biaya pembelian, kuantitas pesanan, biaya pemesanan, biaya pernyimpanan dan biaya persediaan.
Tabel 23. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Juli 2006-Juni 2007
Metode Pengendalian Persediaan
Frekuensi Kuantitas
Pesanan kg Biaya Pembelian
Rp
Metode Perusahaan 63
251 382 495 480 643 330 440
Teknik Lot For Lot 46
238 261 117 455 555 255 704
Teknik EOQ 42
238 697 020 456 388 702 240
Teknik POQ 23
238 261 117 455 555 255 704
Teknik PPB 37
238 261 117 455 555 255 704
Sumber : Data Primer diolah, 2008 Frekuensi pemesanan dengan metode lot for lot lebih tinggi Tabel 23
dibandingkan dengan teknik yang lain. Pada teknik LFL pemesanan bahan baku dilakukan hampir setiap minggu karena teknik pemesanan dilakukan sebesar
kebutuhan bersih, total pemesanan bahan baku sebesar 46 kali. Sedangkan, metode yang dilakukan oleh perusahaan, pemesanan bahan baku dapat dilakukan
5 kali dalam sebulan. Berdasarkan Tabel 23, kuantitas pemesanan dengan metode perusahaan
dan teknik dari metode MRP cukup besar, hal ini berpengaruh pada biaya
pembeliannya yaitu sebesar Rp 480 643 330 440. Kuantitas pesanan inti sawit menggunakan metode MRP dengan teknik LFL, POQ dan PPB, masing-masing
memilki jumlah kuantitas yang sama. Untuk teknik EOQ jumlah kuantitas pesanannya lebih besar dari ketiga teknik yang lain.
Besar kecilnya biaya pesanan tergantung pada frekuensi pemesanan dan biaya pemesanan per pesanan. Semakin sering pemesanan dilakukan maka biaya
pemesanan akan semakin besar. Untuk mengurangi biaya pemesanan, perusahaan dapat melakukan pemesanan bahan baku seoptimal mungkin, sehingga frekuensi
pemesanan dapat berkurang.
Tabel 24. Frekuensi Pemesanan dan Biaya Pemesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007
Metode Pengendalian Persediaan
Frekuensi Biaya Pemesanan
Rp
Metode Perusahaan 63
36 558 900 Teknik Lot For Lot
46 26 693 800
Teknik EOQ 42
24 372 600 Teknik POQ
23 13 346 900
Teknik PPB 37
21 471 100 Sumber : Data Primer diolah, 2008
Biaya pemesanan inti sawit terbesar terjadi pada teknik LFL Rp 26 693 800 dan biaya pemesanan terkecil terjadi pada teknik POQ yaitu sebesar Rp 13
346 900. Kecilnya biaya pemesanan pada teknik ini karena frekuensi pemesanan inti sawit selama periode bulan Juli 2006-Juni 2007 sebanyak 23 kali dan dalam
pemesanan inti sawit, jumlah pemesanan merupakan penggabungan 2 periodeminggu.
Untuk mengurangi biaya pemesanan dan frekuensi pemesanan, sebagian perusahaan mengadakan persediaan bahan baku. Adanya persediaan bahan baku
menimbulkan biaya penyimpanan. Tinggi rendahnya biaya penyimpanan
tergantung pada persediaan rata-rata yang di simpan setiap minggu atau persediaan bahan baku di tangan dan besarnya biaya penyimpanan per kilogram.
Biaya penyimpanan dengan menggunakan metode perusahaan dan keempat teknik metode MRP dapat dilihat pada Tabel 25.
Persediaan inti sawit tertinggi terjadi pada teknik POQ 129 292 663 kg karena pada teknik ini frekuensi pemesanan lebih kecil dari teknik MRP yang lain
dan metode perusahaan. Hal ini berdampak pada biaya penyimpanannya Rp 524 928 211.8. Teknik yang paling kecil jumlah persediaan di tangan adalah teknik
LFL 6 859 865 kg dengan biaya persediaan sebesar Rp 27 851 051.9. Tabel 25. Jumlah Persediaan dan Biaya Penyimpanan PT. SAP dan Keempat
Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 Metode Pengendalian
Persediaan Jumlah Persediaan
kg Biaya Penyimpanan
Rp
Metode Perusahaan 45 934 488
186 494 021.3 Teknik Lot For Lot
6 859 865 27 851 051.9
Teknik EOQ 48 147 199
195 477 627.9 Teknik POQ
129 292 663 524 928 211.8
Teknik PPB 46 116 921
187 234 699.3 Sumber : Data Primer diolah, 2008
Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas selanjutnya akan dibandingkan besarnya biaya persediaan antara metode perusahaan dengan
keempat teknik metode MRP. Biaya persediaan diperoleh dari penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perbandingan biaya persediaan dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Biaya Persediaan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007
Metode Pengendalian
Persediaan Biaya
Pemesanan Rp
Biaya Penyimpanan
Rp Biaya
Persediaan Rp Biaya
Pembelian Rp
Metode Perusahaan
36 558 900 186 494 021.3
223 052 921.3 480 643 330 440 Teknik Lot For Lot
26 693 800 27 851 051.9
54 544 851.9 455 555 255 704 Teknik EOQ
24 372 600 195 477 627.9
219 850 227.9 456 388 702 240 Teknik POQ
13 346 900 524 928 211.8
538 275 111.8 455 555 255 704 Teknik PPB
21 471 100 187 234 699.3
208 705 799.3 455 555 255 704
Sumber : Data Primer diolah, 2008 Pada Tabel 26 biaya persediaan terkecil terjadi pada teknik LFL yaitu Rp
54 544 851.9, meskipun biaya pemesanannnya lebih tinggi dari ketiga teknik metode MRP tetapi pada teknik ini biaya penyimpanannya paling kecil. Teknik ini
berusaha untuk meminimalkan atau menghilangkan persediaan yang di simpan. Begitu pula sebaliknya yang terjadi pada teknik POQ, dimana biaya
persediaannya paling besar diantara metode perusahaan dan teknik yang lain. Untuk biaya pembelian inti sawit, teknik LFL, POQ dan PPB memilki biaya
pembelian yang sama dan lebih kecil dari metode perusahaan dan EOQ.
7.4.4 Analisis Penghematan Terhadap Metode MRP dan Metode Perusahaan