Perencanaan Persediaan dan Pengendalian Mutu Buah Lokal di Sinar Supermarket “Surabaya” (Studi Kasus di PT. Sinar Supermarket).

(1)

Mutu Buah Lokal di Sinar Supermarket “Surabaya” (Studi Kasus di PT. Sinar Supermarket), Dosen Pembimbing Utama : Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM, Dosen Pembimbing Pendamping : Ir. A. Rachman Waliulu, MS.

Bisnis buah-buahan merupakan salah satu bisnis yang sangat prospektif dan sangat menjanjikan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Bisnis ini dianggap sangat menguntungkan karena adanya pola perubahan konsumsi konsumen yang beralih pada konsumsi buah-buahan yang alami dan bermutu tinggi demi terpenuhinya kebutuhan konsumen meskipun harus membayar dengan harga yang relatif tinggi. Peningkatan permintaan buah-buahan terutama buah lokal terjadi seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan populasi penduduk. Selain itu, terjadinya pergeseran preferensi konsumen yang semakin menghindari bahan pangan berkolesterol tinggi, disamping adanya perubahan pandangan masyarakat yang mulai beralih kepada konsumsi buah lokal dibandingkan dengan buah impor yang seringkali ditemukan mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi konsumen. Untuk memenuhi permintaan konsumen akan buah lokal yang baik dan bermutu tinggi, maka salah satu aspek penting yang menjadi perhatian lebih perusahaan ritel yaitu mengenai ketersediaan produk atau barang yang diperdagangkan secara tepat waktu, dalam artian bahwa barang yang diperdagangkan tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada saat dibutuhkan dengan harapan tidak merugikan perusahaan tersebut nantinya diakibatkan adanya perhatian pada investasi penyediaan produk yang berlebihan tanpa memandang segi keekonomisan bagi perusahaan ritel buah, apalagi mengingat dari segi ketahanan/kesegaran produk-produk pertanian yang sangat tidak mungkin untuk dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Ketersedian buah yang bermutu tinggi dengan adanya pengklasifikasian/penggolongan mutu buah sesuai dengan sasaran penjualan yang dituju yang akan sangat berguna bagi konsumen, dengan memudahkan konsumen untuk memilih jenis produk sesuai dengan grade yang diinginkan. Dilatar belakangi masalah tersebut diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskn hasil penelitian sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa perencanaan persediaan yang ekonomis dengan Economic Order Quantity (EOQ) dapat memberikan hasil yang maksimal terhadap keuntungan penjualan buah di supermarket jika dibandingkan dengan persediaan tanpa EOQ, ini dibuktikan dengan adanya biaya persediaan minimal yang didapatkan, sehingga ini menunjukkan bahwa total biaya EOQ dapat digunakan untuk lebih memaksimalkan keuntungan sinar supermarket

2. Proses pengendalian mutu buah di sinar supermarket berdasarkan pada pengklasifikasian / penggolongan mutu buah berdasarkan atribut atau karakteristik unggulan yang ada pada buah jeruk valensia, pisang emas dan apel manalagi yaitu meliputi rasa / kerenyahan, ukuran, tingkat kesegaran, tingkat kematangan / daya simpan, warna dan kondisi kulit.


(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman buah-buahan merupakan salah satu komoditi pertanian yaitu suatu jenis tanaman yang menghasilkan buah yang dapat dimakan mentah ataupun masak dipohon. Untuk menghasilkan buah-buahan yang baik dalam segi kualitas dan kuantitasnya, hal ini sangat tergantung pada pemeliharaan bibit tanamannya.

Konsumsi buah-buahan mengalami peningkatan, baik itu buah-buahan impor maupun buah lokal seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan populasi penduduk. Selain itu dengan adanya trend gaya hidup sehat yang mempromosikan konsumsi buah dan sayur secara teratur guna mengurangi resiko obesitas; produk alami; rendah kalori.

Berbagai penelitian komsumsi pangan secara umum mengungkapkan bahwa konsunsi sayuran dan buah perkapita memiliki elastisitas pendapatan lebih besar dibadingkan konsumsi bahan pangan karohidrat dan nilai elastisitas tersebut semakin besar pada rumah tangga dengan tingkat pendapatan semakin tinggi. Artinya, pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan rumah tangga akan menyebabkan peningkatan konsumsi perkapita yang lebih tinggi pada komoditas sayuran dan buah dibandingkan bahan pangan karbohidrat. Peningkatan konsumsi perkapita tersebut diperkirakan lebih cepat didaerah kota daripada daerah pedesaan karena elastisitas pendapatan konsumsi sayur dan buah cenderung lebih tinggi di daerah kota. Kecenderungan demikian dapat terjadi karena pendapatan penduduk kota lebih besar daripada penduduk desa dan


(3)

perubahan pola konsumsi yang terkait dengan dinamika sosial seperti pemahaman tentang gizi makanan secara umum lebih baik di daerah kota.

Di pasar dunia perdagangan bahan pangan juga semakin bergeser pada produk hortikultura akibat terjadinya pergeseran preferensi konsumen yang semakin menghindari bahan pangan berkolesterol tinggi. Dengan adanya kecenderungan tersebut diatas, mengindikasikan bahwa pasar produk hortikulura akan semakin besar dimasa yang akan datang, baik dipasar domestik maupun dipasar dunia.

Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak mengherankan apabila bisnis buah-buahan merupakan salah satu bisnis yang sangat menggiurkan dan sangat menjanjikan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Bisnis buah-buahan dianggap sangat menguntungkan karena adanya pola perubahan konsumsi konsumen yang beralih pada konsumsi buah-buahan yang alami dan bermutu tinggi demi tercapainya kepuasan konsumen meskipun harus membayar dengan harga yang tinggi.

Untuk itu perusahaan ritel yang merupakan perantara terakhir kepada konsumen, baik itu perusahaan ritel lokal maupun perusahaan ritel asing akan saling berlomba-lomba untuk mengembangkan dan meningkatkan prospek bisnisnya terutama untuk produk-produk hortikultura yang sangat menjanjikan ini. Untuk dapat bersaing dengan berbagai jenis ritel, diperlukan berbagai alternatife strategi untuk dapat memenangkan pasar. Salah satu aspek penting yang menjadi perhatian perusahaan ritel yaitu mengenai ketersediaan produk atau barang yang diperdagangkan secara tepat waktu, dalam arti bahwa barang yang diperdagangkan tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada saat


(4)

dibutuhkan. Dalam hal ini diperlukan pengendalian persediaan barang agar didapat keseimbangan atau tercapai tingkat persediaan yang pas yaitu tingkat persediaan yang tidak mengalami kekurangan (under stock) ataupun kelebihan (over stock) .

Berdasarkan hal tersebut diatas maka persediaan buah merupakan salah satu permasalahan yang sering kali dihadapi oleh pengusaha buah terutama oleh supermarket, terkadang persediaan ini dapat menjadi masalah yang serius apabila tidak mendapatkan penanganan yang sebenarnya dari supermarket yang bersangkutan. Seperti halnya mengenai permintaan konsumen yang cenderung berubah-ubah setiap waktunya yang terkadang tidak dapat diprediksi, namun pada dasarnya permintaan konsumen ini dapat dipengaruhi oleh selera, musim, harga, jenis atau mutu buah dan lain-lain. Pada saat musim buah atau pada saat hari-hari besar seringkali terjadi “penumpukan buah” atau dengan kata lain buah tersebut menjadi sangat berlebihan pada saat itu, kondisi tersebut menjadi sangat wajar terlihat disebabkan permintaan konsumen pada saat itu meningkat diluar waktu yang normal. Namun yang menjadi masalah adalah apabila barang yang disediakan tersebut menjadi sangat berlebihan / over stock. Dimana barang yang berlebihan tersebut akan sangat beresiko untuk mempercepat terjadinya kerusakan dan pembusukan yang mengakibatkan kerugian, sehingga untuk mencegah terjadinya kerugian maka perlu perencanaan persediaan yang matang hingga tercapainya tingkat persediaan yang ekonomis disesuaikan dengan waktu-waktu tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat penelitian, maka didapat suatu informasi bahwa masalah yang dapat terjadi yaitu antara lain mengenai adanya kenaikan harga, keterlambatan pengiriman stock barang, buah


(5)

yang busuk sebelum dilakukan penjualan akibat dari penyimpanan buah yang berlebihan maupun kekurangan stock dikarenakan kesulitan pengadaan buah tersebut akibat keterlambatan pengiriman stock maupun diluar musim.

Pengendalian persediaan merupakan fungsi menajerial yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produksi dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.

Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat hubungannya tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Dua pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pengawasan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada artinya, demikian pula perencanaan tidak menghasilkan sesuatu tanpa adanya pengawasan.

Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang pertama tama berfokus pada jumlah dan saat barang jadi yang diminta dan kemudian menentukan permintaan turunan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan pada setiap tahapan produksi terdahulu (Horngren, 1992). Sedangkan menurut widjaja (1996), perencanaan adalah proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil dimasa yang akan datang.

Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi didalam organisasi yang terus menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang


(6)

mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan, pengawasan bahan meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan (supriyono, 1999).

Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah rendahnya.

Pengendalian persediaan untuk produk-produk supermarket atau barang-barang pabrikan berbeda dengan pengendalian persediaan untuk produk-produk fresh seperti buah-buahan. Buah-buahan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan produk-produk lainnya, sehingga membutuhkan penangan secara khusus dan spesifik mulai dari supplier hingga ketangan konsumen, agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan yang terlalu berarti yang mengakibatkan kerugian baik pihak supplier maupun pihak ritel. Dikarenakan buah-buahan yang sangat mudah mengalami kerusakan atau penyusutan mengharuskan adanya penaganan yang tepat dan cepat agar tidak sampai menimbulkan kerugian yang berarti, disamping itu pengendalian tingkat persediaan yang tepat juga sangat dibutuhkan, mengingat karakteristik buah yang apabila terjadi over stock atau kelebihan persediaan dan tidak mungkin habis dalam waktu yang singkat akan menyebabkan kondisi salah satu komoditas pertannian yang menjadi andalan tersebut menjadi semakin tidak baik yang pada akhirnya dapat terjadi pembusukan. Dengan adanya hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi kepuasan konsumen yang pada akhirnya akan


(7)

mempengaruhi penjualan buah dan keuntungan pengusaha (Sjarifudin,1993). Selain itu, apabila terjadi kekurangan persediaan, maka hal ini akan berdampak pada kemungkinan kehilangan potensi penjualan dan potensi keuntungan. Dan apabila hal tersebut terus-menerus terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka akan memperkecil keuntungan perusahaan ritel tersebut.

Penetapan standart mutu ptoduk-produk pertanian yang ditawarkan maupun pelayanan juga menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan ritel. Dengan produk yang berkualitas, harga yang murah serta pelayanan yang memuaskan konsumen merupakan senjata yang ampuh bagi perusahaan untuk membuat pelanggannya kembali lagi untuk berbelanja.

Mengingat betapa pentingnya memperhatikan aspek kualitas produk-produk pertanian, hendaknya suatu perusahaan menetapkan rencana-rencana dengan menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan dan analisis secara berkelanjutan agar terjaminnya kesesuaaian dari produk-produk yang dihasilkan dengan spesifikasi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan (orientasi pasar). Setelah dilakukan pengendalian pada produk-produk, yaitu penetapan spesifikasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, maka selanjutnya harus memperhatikan proses pembuatan produk tersebut untuk mencegah proses dimasa mendatang menghasilkan produk yang tidak konsisten, oleh karena itu diperlukan tindakan-tindakn korektif pada proses sehingga suatu proses berada dibawah pengendalian berdasarkan karakteristik kualitas yang telah ditetapkan.

Sinar supermarket merupakan perusahaan ritel lokal yang telah mengalami pasang surut, namun perkembangan sinar supermarket sebagai perusahaan ritel lokal merupakan hal yang cukup luar biasa, sebab sinar supermarket sebagai


(8)

perusahaan ritel lokal harus bersaing dengan perusahaan ritel lokal lainnya maupun perusahaan ritel asing raksasa yang sudah menjamur diseluruh indonesia. Hal ini dibuktikan dengan masih bertahannya sinar supermarket sampai saat ini, seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar ritel. Sinar supermarket berdiri pada tahun 1945 yang pada waktu dulu bernama “Toko Sin “ yang berlokasi didaerah surabaya selatan. Toko sin merupakan salah satu toko dengan menggunakan sistem swalayan pertama di surabaya. Sekitar tahun 1970-an nama toko sin kemudian berubah menjadi sinar supermarket dikarenakan peraturan dari pemerintah yang mewajibkan usaha-usaha yang berdiri di indonesia menggunakan ejaan bahasa indonesia. Saat ini sinar supermarket hanya fokus pada tiga unit besar yaitu : jemur, bintoro, Darmo satelit dan tiga unit kecil yaitu : Darmo park, Tanjung perak, dan Jagir. Sebenarnya sinar supermarket juga membuka cabang diluar kota diantaranya adalah diwilayah gresik, sepanjang, Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Jember. Namun karena adanya krisis moneter pada tahun 1997, akhirnya cabang sinar diluar kota ditutup karena kesulitan ekonomi dan tidak mempunyai tempat sendiri karena harus menyewa dari pihak lain.

Untuk dapat bersaing dengan perusahaan ritel lainnya, sinar supermarket harus memiliki strategi untuk memperthankan pangsa pasarnya. Dilihat dari lokasi, sinar supermarket memiliki letak yang tergolong strategis. Karena letaknya yang berada dikawasan pabrik dan dikelilingi oleh perumahan dan pemukiman penduduk serta terdapat beberapa universitas terkenal. Selain itu, aspek penting lainnya yaitu mengenai pengendalian tingkat persediaan dan standart mutu buah-buahan yang senantiasa harus diperhatikan oleh sinar supermarket agar dapat menjadi supermarket yang yang dapat memuaskan para konsumennya serta dapat


(9)

menghasilkan keuntungan yang maksimal, sesuai dengan misi dan visi sinar supermarket yaitu menjadi supermarket terbaik di indonesia, serta go internasioanal.

Melihat kondisi dari fakta yang ada khususnya mengenai kinerja dan eksistensi dari sinar supermarket, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perencanaan Persediaan dan Pengendalian Mutu Buah Lokal Di Sinar Supermarket”. Dengan harapan, ingin mengkaji lebih dalam apa yang telah dilakukan oleh sinar supermarket didalam melakukan pengendalian tingkat persediaan buahnya, yang apakah selama ini telah tercapai tingkat persediaan yang ekonomis dalam rangka untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal yang dapat dihasilkan dari persediaan yang optimal tersebut. Disamping itu, peneliti juga ingin mengetahui pengendalian mutu yang telah dilakukan oleh sinar supermarket melihat kondisi adanya persaingan ritel yang semakin kompetitif. 1.2. Permasalahan

Seiring dengan semakin kompetitifnya persaingan antar ritel, apalagi bila harus bersaing dengan perusahaan ritel raksasa yang notabene merupakan perusahaan ritel asing, terutama dalam hal penyediaan buah-buahan yang bermutu tinggi yang menjadi tuntutan dari konsumen pada saat ini. Oleh karena itu dibutuhkan pengendalian tingkat persediaan yang memadai, baik itu proses perencanaan dan pengawasan persediaan buah-buahan, agar tercapai suatu keadaan yang ekonomis mengenai tingkat persediaan buah. Hal ini mengingat karakteristik buah-buahan yang mudah mengalami kerusakan dan pembusukan apabila terjadi over stock . selain itu perlu adanya penetapan standart mutu serta


(10)

pengendalian mutu yang memadai, mengingat adanya persaingan antar ritel dan tuntutan dari konsumen umtuk mendapatkan produk yang terbaik.

Apabila kondisi-kondisi diatas tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keuntungan perusahaan, yang apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama serta tidak ada penanganan yang memadai dan secepatnya untuk menyelesaikan permasalahan diatas. Berdasarkan pernyataan diatas, maka beberapa permasalahan yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar buah yang harus disediakan oleh sinar supermarket agar tercapai persediaan yang ekonomis?

2. Seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari persediaan dilihat dari selisih total biaya persediaan?

3. Bagaimana proses pengendalian mutu buah yang telah dilakukan sinar supermarket demi terpenuhinya kepuasan dan tuntutan konsumen akan produk yang terbaik ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan 1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mekanisme persediaan dan menganalisis tingkat persediaan buah yang ekonomis

2. Untuk mengkaji penghematan yang dihasilkan dari persediaan yang

ekonomis berdasarkan total biaya persediaan yang dihasilkan 

3. Untuk mengetahui tentang pengendalian mutu buah yang telah diterapkan, terutama mengenai pengendalian kinerja prosesnya serta menganalisis


(11)

pengendalian mutu buah berdasarkan pengendalian proses secara statistik (PPS).

1.3.2. Kegunaan Penelitian

1 Memberikan sumbangan pikiran bagi instansi yang terkait khususnya manajemen sinar supermarket didalam merencanakan tingkat persediaan buah yang ekonomis serta memberikan kepastian bahwa peoses pengendalian mutu yang telah dilakukan telah sesuai dengan standart atau belum.

2. Sebagai informasi untuk bahan penelitian lanjutan menyangkut masalah persediaan dan pengendalian mutu buah di supermarket.

2.1. Batasan Masalah

1 Penelitian ini dibatasi hanya pada sinar supermarket yang berada di jalan Jemur Handayani No. 71 Surabaya selatan

2. Buah yang dipilih secara sengaja dengan kriteria, banyak diminati dan tersedia terus-menerus, sebanyak 3 buah yaitu buah jeruk valensia, apel manalagi dan pisang emas.

3. Pengambilan data yang diperlukan adalah data permintaan dan penjualan selama 1 tahun terakhir.

4. Perencanaan penyediaan buah dihitung per hari.

5.Perhitungan tingkat keuntungan menggunakan pendekatan tingkat persediaan secara optimal.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran dan memperjelas kerangka berpikir pembahasan. Disamping itu juga bertujuan untuk mendapatkan bahan pembanding dan acuan mengenai tingkat perencanaan persediaan buah lokal di sinar supermarket.

Dari penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Heru wahyudi (2004), meneliti tentang perencanaan persediaan buah lokal di supermarket Giant Menganti Wiyung Surabaya. Pengujinya menggunakan analisis simulasi Monte Carlo yaitu analisis yang berguna untuk memperoleh keuntungan dari persediaan yang disediakan agar tidak berlebihan atau kekurangan yang mengakibatkan perolehan keuntungan menjadi berkurang. Dimana dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa perencanaan dari keempat jenis buah lokal yaitu semangka merah sebesar 48,49 kg perhari, salak pondoh sebesar 23,64 kg per hari, papaya bangkok sebesar 47,85 kg per hari dan pisang cavendish sebesar 38,71 kg per hari. Serta besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh dengan persediaan yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp. 28.619,34 per hari untuk semangka merah, Rp. 21.420,97 per hari untuk salak pondoh, Rp. 18.412,09 per hari untuk pepaya bangkok dan Rp. 31.047,08 per hari untuk pisang cavendish.

Hesti (2004), meneliti tentang Optimalisasi Pengadaan Benih Kedelai Edamame Dalam Rangka Meminimumkan Biaya Pengadaan (Study kasus di PT. Mitratani Dua Tujuh). Analisis yang digunakan adalah analisis Economic Order Quantity (EOQ) dengan model kapasitas lebih untuk menentukan jumlah pesanan


(13)

yang ekonomis dalam rangka meminimumkan biaya pengadaan dan analisis trend untuk mengetahui peramalan kebutuhan benih kedelai Edamame tahun 2004-2006.

Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa adanya peningkatan pemesanan benih kedelai edamame yang ekonomis setiap tahunnya dari tahun 1996-2006, peningkatan volume persediaan tersebut dikarenakan adanya perlusan lahan produksi dan semakin meningkatnya jumlah permintaan ekspor kedelai edamame.

Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah tentang perencanaan persediaan produk agribisnis terutama buah lokal yang ada di supermarket, selain itu menggunakan analisis Economis Order Quantity (EOQ) dengan tujuan agar supermarket memperoleh keuntungan maksimal dari persediaan buah yang optimal.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Agribisnis

Manajemen adalah suatu keadaan terdiri dari proses yang mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

Manajemen sebagai “seni” untuk mencapai hasil yang diinginkan secara gemilang dengan sumber daya yang tersedia bagi organisasi. Hanya saja seni dapat berbeda-beda penerapannya berdasarkan karakteristik usaha, skala usaha, jenis komoditas, dan variasi-variasi lainnya.


(14)

Manajemen lambat laun berkembang menjadi profesi dengan prinsip yang dapat dipertahankan dan dasar rujukan yang cukup kuat untuk membedakan manajer dari yang bukan manajer, dan untuk mengkorelasikan tujuan dasar dari para anggotanya terlepas dari hakikat bisnisnya, lokasi geografis atau kegiatan yang menghimpunnya (Downey, 1992).

Douglas McGregor, Abraham Maslow, Rensis Likert dan Frederick Herzberg merupakan pelopor yang mengembangkan pendekatan manajemen baru, yaitu mengenai perilaku yang mempercayai bahwa bila para pekerja merasa bahagia, prodiktivitas dengan sendirinya akan mengikutinya.sedang konsep pandangan manajemen lainnya yang terkenal, yaitu melukiskan manajemen sebagai “5p” (perencanaan; pengorganisasian; pengarahan; penngendalian; dan pengkoordinasian). Dua fungsi lain dapat ditambahkan yaitu pengkomunikasian dan pemotivasian karena kedua fungsi ini menopang berhasil tidaknya lima fungsi yang pertama (Downey,1992).

Jadi seorang manajer dapat didefinisikan sebagai seorang yang menyiapkan organissasi dengan kepempinannya dan bertindak sebagai katalisator perubahan. Peter Drucker telah menjelaskan bahwa “para manajer yang efektif memusatkan pikirannya untuk melaksanakan sesuatu dengan cara yang tepat bukannya memikirkan apa yang tepat untuk dilakukan” (doing things right, rather than doing the right things). Jadi, untuk mencapai keberhasilan, seorang manajer dituntut untuk memahani dan menyenangi peranan manjerial, menerima tanggung jawab dan menyediakan sika sebagai pelopor perubahan.

Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegitan usaha yang meliputi salah satu atau dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada


(15)

hubungannya denngan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud denngan ada hubungan dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjangan oleh kegiatan pertanian (Arsyad dkk, 1985).

Usaha agribisnis merupakan usaha yang dilakukan secara terintegrasi dan masing-masing kegiatan yang dilakukan saling tunjang menunjang yang dimulai dari penyediaan parsarana dan masukan-masukan yang dibuthkan untuk produksi seperti; pupuk, pengairan sampai kepada penyampaian hasil produksi tersebut kepada para konsumen.

Manajemnen agribisnis yaitu pengelolaan atau ketatalaksanaan pertanian yang sebaik-baiknya secara berencana, terorganisasi, tersusun rapi, terarah dan terkendaliatau terkontrol dalam batasan fungsi produksi yaitu mengatur faktor-faktor alam (tanah dan pengaruh-pengaruh iklim), faktor-faktor tenaga kerja dan modal dengan tujuan mencapai keberhasilan usaha pertanian yang akan digarap (Soekartawi, 1993).

Hal terpenting dalam proses manajemen agribisnis adalah pengambilan keputusan. Dalam menganbil keputusan yang tepat, maka seorang manajer harus memiliki keahlian dalam mengidentifikasikan permasalahan, kemampuan untuk mengumpulkan fakta dan kehlian dalam menganalisisnya. Efektifitas dan keberhasilan seorang manajer secara normal ditentukan oleh dasar-dasar keputusan yang telah diambil. Manajer yang selalu mengambil keputusan dengan benar dapat dikatakan berhasil. Tetapi dari segi lain seorang manajer tidak hanya mengambil keputusan, tetapi juga mempunyai kemampuan memperkecil kesalahan dalam pengambilan keputusan.


(16)

Pada umumnya, prinsip dan pengetahuan manajmen sama untuk semua bisnis. Baik bisnis besar, maupun agribisnis terkecil yang dikelola oleh satu orang, kedua-duanya berlandaskan prinsip umum yang sama. Perbedaaan antara bisnis besar dan bisnis kecil, antara agribisnis dan bisnis lainnya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis. Dalam hal ini, prinsip umum manajemen akan diterapkan kepada sifat unik dan khusus pada agribisnis dan manajmen agribisnis, sehingga mengharuskan para manajer memiliki kemampuan dan keahlian yang unik serta menggunakan cara yang sangat khusus pula.

2.2.2. Proses Perencanaan

Perencanaan didefinisikan sebagai pemikiran yang mengarah ke masa depan yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua factor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus (Downey dan Erickson,1992).

Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur- prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu, perencanaan juga memungkinkan suatu organisasi dapat memperoleh serta mengikat sejumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya (Stoner dan Freeman, 1989).

Perencanaan adalah merupakan suatu upaya penyusunan program baik program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Said dan Intan, 2001).

Perencanaan, meskipun mengandung pengertian masa depan, bukanlah hipotesis yang dibuat tanpa perhitungan. Hipotesis dalam perencanaan didasarkan


(17)

atas data- data dan perkiraan yang telah tercapai, dan juga memperhitungkan sumber daya yang ada dan akan dapat dihimpun. Dengan, demikian, perencanaanberfungsi sebagai pedoman sekaligus ukuran untuk menentukan perencanaan berikutnya. Mosher (1965) menyatakan bahwa, seringkali perencanaan hanya meliputi kegiatan – kegiatan baru, atau alokasi keuangan untuk kegiatan – kegiatan lama, tanpa menilai kembali kualitasnya secara kritis. Acapkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada pembangunan dengan memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan daripada memulai yang baru.

Salah satu aspek perencanaan adalah pembuatan keputusan, proses pengembangan dan penyelesaian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan masalah tertentu. Keputusan - keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan. Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahapan berikut ini:

1. menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan 2. merumuskan keadaan saat ini

3. mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan

4. mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan

Ada dua alasan perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai “Protective Benefits” yang dihasilkan dari penguranngan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan “Protective Benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi (Handoko, 1997).


(18)

1. Rasional, artinya dibuat berdasarkan pemikiran yang masak dan logis, bukan berdasarkan khalayak semata;

2. Lentur atau Luwes, artinya dimanapun dalam keadaan bagaimanapun serta kapanpun perencanaan dapat cocok, dapat mengikuti, dapat dilaksanakan dan dapat ditetapkan pada tempat, waktu serta keadaan bagaimanapun; 3. Kontinyu, artinya perencanaan harus terus- menerus dibuat, tidak hanya

sekali saja untuk seumur hidup, berlanjut sesuai dengan perkembangan keadaan atau masyarakat (Siagian, 1997).

2.2.3 Usaha Eceran atau Retailing

Berman dan Evans (1992) mendifinisikan kata retail dalam kaitan retail management sebagai “those business activities involved in the sale of goods and service your consumer for their personal, family, or household use” atau keseluruhan aktivitas bisnis yang menyangkut penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk digunakan oleh mereka sendiri, keluarga, atau rumah tangganya. Pengecer (retailer) atau took eceran (retailer store) adalah usaha bisnis yang menjual barang –barang terutama (lebih dari setengah volume penjualan toko) ke konsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis (Stanton, 1996).

Dalam alur proses distribusi barang, bisnis retail merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya penjualan langsung kepada konsumen akhir, dimana bisnis retail merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses distribusi sebagai perantara antara distributor (wholesaler, ataupun importer) dengan konsumen akhir.


(19)

Pada dasarnya usaha eceran (retailing) tersebut mencakup beberapa kegiatan, seperti:

1. menyediakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen akhir; 2. menjual dengan harga yang pantas;

3. menyampaikan kepad akonsumen dan;

4. meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijualnya mampu memenuhi kebutuhan mereka.

Salah satu usaha yang termasuk didalam usaha retailing yaitu supermarket. Cara menjual barang- barang secara eceran yang lain berlaku dalam supermarket yang lazimnya memanfaatkan bangunan yang besar, memasarkan segala jenis/ macam produk- produk sejak bahan makanan, alat- alat rumah tangga dan lain- lain yang diperlukan oleh para pembeli / konsumen. Cirri- ciridalam perdagangan ini, antara lain:

1. jenis-jenis produk yang dijajakan terbungkus rapi secara seragam, ditempatkan secara teratur berdasarkan kelompok- kelompoknya;

2. cara pengaturan penempatan yang demikian sangat memudahkan para pembeli untuk melayani diri sendiri, dengan demikian tenaga- tenaga yang termasuk administrasi supermarket tersebut, tugasnya hanya sekedar membantu dan mengawasi.

Menurut Philip Kotler, pasar swalayan (supermarket) ialah took yang relative besar dan menganut operasi swalayan, volume barang tinggi, laba sedikit, biaya rendah, “yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen seluruhnya baik makanan, binatu dan barang- barang untuk perawatan rumah tangga. Penjualan eceran swalayan, pada tahun 1930-an, berkembang pesat sebagai akibat


(20)

dari keadaan depresi ekonomi. Saat in penjualan eceran swalayan digunakan konsumen disegala bidang kehidupan, lebih- lebih untuk mendapatkan barang- barangkebutuhan sehari- hari dan barang- barang toko. Swalayan merupakan dasar bagi semua kegiatan potongan harga. Untuk menghemat uang, banyak konsumen tersedia melaksanakan sendiri proses “menempatkan- memilih- membandingkan.

Jadi yang perlu ditekankan disini adalah bahwa retailing merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir, sehingga dapat dikatakan sebagai “ujung tombak” dari rangkaian kegiatan pendistribusian barang.

2.2.4 Manajemen Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk proses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual.

Barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan. Tujuan mengadakan persediaan, antara lain :

1. memenuhi kebutuhan normal; 2. memenuhi kebutuhan mendadak;

3. memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.

Persediaan barang merupakan salah satu komponen penting dalam perusahaan dagang. Dengan adanya persediaan barang yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, konsumen tidak aka kesulitan dalam mencari apa yang


(21)

dibutuhkan. Factor yang perlu diperhatikan dalam persediaan barang adalah ketahanan barang yang disimpan dan banyaknya barang yang disimpan. Selain itu pihak menejemen harus dapat mengetahui pada saat persediaan mencapai angka berapa perusahaan harus memesan kembali produk atau mencapai jumlah penualan keberapa perusahaan harus memesan kembali produknya.

Menejemen perusahaan (inventory management) atau disebut juga inventory management atau pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penentu kebutuhan material sedemikian rupa sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan materialdapat ditekan secara optimal. Pengendaliaan persediaan bertujuan mencapai efisiensi dan efektifitas optimal dalam penyediaan material. Dalam pengertian diatas, usaha yang perlu dilakukan dalam menejemen persediaan secara garis besar dapat diperinci sebagai beriku :

1. menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi; 2. membatasi nilai seluruh investasi;

3. membatasi jenis dan jumlah material

4. memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada.

Karena bentuk persediaan dapat beraneka macam, penanganan persediaanpun memunculkan berbagai masalah. Tujuan perencanaan persediaan ialah menemukan jawaban atas masalah- masalah tersebut. Sehubungan dengan itu pengendalian produksi pencakkup perencanaan operasi produksi, pergerakan dan penyimpanan barang. Perencanaan tersebut harus mampu menjamin tingkat pengendaliaan investasi maksimum atas bahan, tenaga kerja, dan lain sebagainya.


(22)

Karena erat hubungan antara tingkat persediaan, jadwal produksi dan permintaan konsumen maka perencanaan persediaan harus terintegrasi dengan peramalan permintaan, jadwal produksi dan pengendalian produksi secara baik.

Persediaan menyebabkan ongkos dan perputaran modal terhambat, walaupun persediaan memungkinkan produksi dapat dijalankan secara ekonomis. Karena itulah maka persediaan arus direncanakan dan dikendalikan dengan sebaik- baiknya.

Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Didalam perusahaan dagang, persediaan barang merupakan barang-barang yang telah dibeli dengan tujuan akan dijual kembali ( Baridwan, 1997).

Persediaan adalah bagian dari aktiva lancer yang mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai persediaan pada umumnya sangat besar dan diperlukan guna menjamin kelancaran proses produksi. Bagi perusahaan industri dan dagang persediaan berarti penting karena tanpa adanya persediaan, pengusaha dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan konsumen (Mardikanto, 1994).

Didalam persediaan barang, sebaiknya menganut prinsip pengelolaan, yakni : penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam persediaan haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan operasi perusahaan tersebut tidak terganggu, tetapi dilain pihak sekaligus harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari penyediaan barang tersebut seminimal munngkin. Kalau melihat


(23)

prinsip pengelolaan persediaan tadi, maka jelas bahwa diperluka perpaduan antara dua hal yang bertolak belakang, yaitu jika ditinjau dari segi financial dan dari segi kelancaran produksi. Persediaan yang apabila dilihat dari segi financial, yaitu semakin banyak persediaan, maka akan membuat semakin tidak efektif disebabkan Karen aterlalu besarnya modal yang menganggur dan tidak berputar. Sehingga, hal ini akan membuat manajer keuangan untuk menjaga agar biaya investasi seminimal mungkin dengan mengusahakan persediaan mencapai nol. Sedangkan dsri segi kelancaran produksi, terlalu banyaknya persediaan itu berarti positif, tetapi ditinjau dari segi biaya dapat berakibat negatife, dalam arti tingginya ongkos yang harus ditanggung. Sehingga, hal ini akan membuat menejer produksi untuk mengisi persediaan sebanyak-banyaknya. Disinilah letak fungsi manajemen persediaan, yaitu menjembatani dua kepentingan yang bertolak belakang tersebut.

2.2.5 Aspek Ekonomi Buah- buahan

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran produk- produk pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan “guna waktu” (time utility), “guna tempat”

(place utility), “guna bentuk” (form utility), “guna pemilikan” (possession utility). Konsumen dari produk- produk pertanian terbagi atas 2 golongan, yaitu konsumen rumah tangga dan konsumen industri (perusahaan), kedua-duanya merupakan factor yang penting yang mempengaruhi arus atau lalulintas pemasarannya, bahkan menjadi factor penentu. Ini berarti kalau konsumennya berkurang atau berkurang, sedang kerugian secara langsung pula akan diderita baik oleh lembaga-lembaga pemasarannya mapun oleh produsennya karena


(24)

produk-produk tersebut akan mengalami kerusakan dengan cepat, berlainan denganproduk-produk industri atau lainnya yang bai tidak mendapatkan permintaan yang baik dapat ditangguhkan pemasarannya, disimpan menunggu saat pemasaran yang baik atau diolah kembali menjadi produk baru yang memenuhi permintaan pasar.

Buah- buahan termasuk produk pertanian, dimana produk pertanian memiliki sifat-sifat tertentu yang akan berpengaruh terhadap pemasaran yaitu :

1. Produksi pertanian tidak dapat diperbesar serentak dalam waktu pendek sebab sangat tergantung pada musim dan alam;

2. Peningkatan produksi pertanian menyebabkan biaya meningkat sampai pada berlakunya hokum penambahan hasil yang semakin berkurang pada musim dan alam;

3. Sifat-sifat fisik hasil pertanian yaitu musiman, cepat busuk, mengambil tempat yang banyak;

4. Produksi pertanian yang berskala kecil pada umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Jika diusahakan dalam skala besar termasuk pertanian komersial yang asil produksinya disediakan untuk pasar (Kartasapoetra, 1988).

Secara umum selera masyarakat terhadap buah-buahan cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dankesadaran hidup sehat, dimana buah-buahan mempunyai peranan yang besar terhadap upaya mewujudkan kesehatan manusia. Karena buah mempunyai nilai ekonomis, maka tidak mengherankan jika banyak diusahakan untuk memenuhi


(25)

permintaan konsumen. Buah-buahan yang dinilai sebagai komoditi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat ( Yustina, 1995).

Jerry Law (1975) dalam penelitiannya mengenai struktur pasar pertanian, mengemukakan lima karakteristik yang membedakan produk petanian dengan produk lainnya, yaitu :

1. produk pertanian gampang rusak perishability, oleh sebab itu produk petanian harus secepatnya dikonsumsi atau diolah serta membutuhkan pengawetan;

2. dalam melakukan aktifitas penjualan maupun pembelian produk pertanian, penjualan dan pembelian diharapkan pada berbagai tingkst “grade” barang, tetapi secara umum produk pertanian dapat dikatakan homogen; 3. produk pertanian banyak memakan tempat dikaitkan dengan nilainya

disbanding produk non-pertanian, sehingga berpengaruh terhadap fasilitas-fasilitas pemasaran yang harus disediakan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Apabila sewa ruangan atau pengepakan produk pertanian lebih mahal dapat memungkinkan lembaga pemasan berpindah usaha pada komoditi lainnya;

4. produk pertanian memerlukan proses pengolahan lebih lanjut. Produk pertanian pada umumnya berupa bahan mentah sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumen, produk pertanian tersebut perlu diolah lebih lanjut dan terus-menerus,Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap slope dan posisis kurva penawaran dan

5. rasio biaya tetap dan biaya variable secara langsung berpengaruh terhadap respon penawaran produsen, yaitu mengenai slope dan posisis kurva


(26)

penawaran pasar. Oleh karena karakteristik- karakteristik inilah pemasaran pertanian harus dipertimbangkan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.

Kebutuhan para konsumen terhadap produk-produk pertanian adalah

bervariasi, dan para petani kita telah mampu mengimbanginya dengan mewujudkan variasi produk-produk pertanian tersebut dan berusaha dengan kemampuan memproduksinya itu agar produk pertanian tetap berada dipasaran sepanjang waktu atau agar produk-produk musiman yang dihasilkan tanaman keras dalam menghilangkan di pasaran “tidaklah” berjangka waktu lama,yaitu dengan mengatur sedemikian rupa jangka waktu tanamnya, penggunaan bibit-bibit unggul yang dapat cepat menghasilkan.

Komoditi pertanian dihasilkan secara terpencar-pencar, berupa bahan mentah yang perlu pengolahan lebih lanjut dan dalam jumlah yang relative sedikit sehingga untuk menutup biaya-biaya yang diperlukan volume perdagangan yang cukup besar. Pemasaran komoditi pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar diakhiri proses distribusi yaitu penjualan barang dari pedagang ke agen, pengecer dan konsumen.

2.2.6. Penanganan Produk dan Daya Tarik Bagi Konsumen

Perilaku konsumen ini dipengaruhi oleh beberapa factor, baik dari

dalam diri konsumen sendirimaupun dari luar diri konsumen. Factor-faktor tersebut antara lain budaya konsumsi terhadap suatu hal, tingkat social dann status, kepribadian, keluarga dan daya tarik tetangga, pengaruh kondisi suasana budaya mempengaruhi konsumsi masyarakat, hal ini berkaitan dengan


(27)

pengambilan keputusan oleh konsumen dan komunikasinya dalam masyarakat. Konsumen mebeli produk juga untuk mendapatkan kepuasan apabila konsumen memperoleh kepuasan dari produk itu maka akantetap memilih produk tersebut Engel, Blackwell, Miniard,1993).

Besarnya tingkst persediaan masing-masing barang dagangan sangat perlu untuk mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Berbagai alas an yang menyebabkan perlunya perhitungan-perhitungan tersebut antara lain :

1. tempat penyimpanan yang terbatas, memaksa pedagang untuk memperhatikan ukuran barang yang disimpannya. Menambah kapasitas gudang atau menyewa gudang orang lain akan menambah biaya penyimpanan barang;

2. dana yang tertanam dalam persediaan harus dipikirkan agar tidak terlalu besar, Karen abiaya modal yang ditanggung akan besar pula. Terlalu besarnya dana yang tertanam dalam satu macam produk tertentu akanmenyebabkan perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan dari barang lainnya;

3. resiko penyimpanan berupa rusaknya barang (pecah, buruk dll), atau penurunan kualitas. Makin besar resiko makin kecil pula seharusnya jumlah yang disimpan. Resiko ini disebabkan oleh beberapa factor, seperti ; manusia (sengaja maupun tidak), alam 9 gempa bumi, banjir dll), maupun sifat barang itu sendiri ( mudah rusak, mdah pecah, mudah meledak dsb);

4. frekuensi permintaan konsumen akhir,. Makin sering konsumen meminta (membeli) suatu produk makin besar pula persediaan yang harus dijaga


(28)

agar tidak mengecewakan mereka, sebaliknya untuk produk yang jarang ditanyakan oleh konsumen, jumlah yang perlu disediakan tidak perlu begitu besar;

5. hubungan dengan supplier dan produsen. Biasanya hubungan yang baik akan memungkinkan barang yang diperlukan dapat tersedia dalam waktu yang sangat singkat. Sebaliknya bila hubungan dengan supplier tidak baik atau belum saling mengenal, akan memperpajang waktu penyediaan yang dibutuhkan. Bila waktu pengadaan singkat jumlah persediaan tidak perlu besar sebaliknya jika hubungan baik itu ada, pedagang perlu persediaan yang cukup besar ( Asri,1986).

Tingkat persediaan juga mempengaruhi pelanggan. Pemasar tentunya ingin agar perusahaannya mempunyai persediaan yang cukup untuk pesanan semua pelanggan dengan segera. Namun harus diingat bahwa menyediakan barang sebanyak itu tidaklah efektif biaya bagi perusahaan. Biaya persediaan meningkat dengan suatu tingkat kenaikan ketika layanan pelanggan mendekati 100%. Menejemen harus tahu apakah penjualan meninngkat akan membuat laba juga meningkat. Keputusan mengenai persediaan antara lain ialah keharusan mengetahui kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus di pesan, perusahaan perlu membandingkan resiko kehabisan barang dengan biaya menyimpan terlalu banuak barang (Kotlre, 1994).

Pola penyerapan dan penyebaran produk yang ditempuh pelanggan dalam menyerap teknologi, produk atau jasa yang baru merupakan hal yang penting untuk strategi pemasaran perusahaan. Proses penyerapan berkaitan erat dengan siklus atau daur hidup produk dan memberi petunjuk tentang cara


(29)

memperkenalkan produk baru ke pasar. Pola penyerapan penyebaran produk baru diteliti oleh Roger yang menyatakan bahwa gagasan-gagasan disebarkan melalui pasar dalam tahap-tahap yang sistematik :

1. kesadaran. Pada tahap ini, masyarakat telah mendengar tentang produk tersebut tetapi belum mendapatkan informasi yang memadai untuk mengambil keputusan pembelian;

2. minat. Pelanggann manapun cukkup tertarik untuk memiliki produk tersebut;

3. evaluasi. Pelanggan memutuskan apakah akan mencoba produk tersebut; 4. percobaan. Pelanggan mengambil sample dari produk tersebut;

5. penyerapan/pemakaian. Pelanggan menggunakan produk tersebut secara teratur (Downey,1992).

2.2.7. Manajemen Mutu

Goetsch dan Davis (1994) membuat definisi mengenai kualitas yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah :

Kualitas merpakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi aau melebihi harapan.

Dalam buku “ Managing Quality”, Garvin 9dalam Bounds,et al,1994; Lovelock, 1994) mengungkapkan bahwa kualitas sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi akhir-akhir ini.

TQM (Total Quality Manajemen) merupakan system manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruhh anggota organisasi (Santosa, 1992).


(30)

Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan.

Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan.

Joseph M. Juran sebagai pencetus lahirnya The Juran Trilogy yang merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama. Pandangan Juran terhadap fungsi-fungsi ini dijelaskan sebagai berikut:

1. menentukan siapa yang menjadi pelanggan; 2. mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan;

3. mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan;

4. mengembangkan system dan proses yang memungkinkan organisasi tersebut untuk menghasilkan keistimewaan tersebut;

5. menyebarkan rencana kepada level operasional.

Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah berikut : 1. menilai kinerja kualitas actual;

2. membandinngkan kinerja dengan tujuan

3. bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan.

Perbaikan kualitas harus dilakukan secara on going dan terus-menerus. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :


(31)

1. mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas setiap tahun;

2. mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek perbaikan;

3. membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap proyek perbaikan;

4. memberikan tim-tim tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosis masalah guna menentukan sumber penyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh.

Standardisasi mutu merupakan suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas / produk yang dapat digunakan untuk umum, yang dibuat dengan cara kerjasama dan consensus dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pad ahasil konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman. Sedangan sertifikasi mutu produk merupakan suatu pernyataan tertulis dari suatu lembaga yang kompeten danberwenang yang barisi kebenaran mutu, fakta hasil pemeriksaan atau hasil pengujianberdasarkan metode yang sah, sehingga sertifikasi berisi pernyataan yang kebenarannya ditanggung oleh lembaga yang menerbitkan sertifikasi tersebut (Soekato, 1990).

Standardisasi mutu sangat sangat dibutuhkan terutama dalam perdagangan odern dewasa ini, karena transaksi bisnis dapat berlangsung tanpa pembeli melihat langsung komoditas / produk yang ditawarkan. Bahkanbentuk dan mutu produk tersebut kadang-kadang hanya dideskripsikan dalam bentuk tulisan pernyataan analisa mutu atau disampaikan secara lisan, misalnya melalui E-commerce.


(32)

Menurut Sugiyanto (2002), Standardisasi mutu produk berkaitan dengan appeareance / kenampakan, seperti ; ukuran besar / volume, warna, kandungan air dan sebagainya yang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Selain itu, mutu produk juga dikaitkan dengan maslah keamanan pangan, keamanan bagi manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan.

Di era pasar global, standardisasi mutu produk menjadi lebih kompleks, karena dikaitkan dengan masalah SPS (Sanitary and Phytosanitary) dan TBT (Technical Barter to Trade) yang dituangkan dalam peraturan teknis (Technical Regulation) yang diterbitkan oleh suatu Negara.

Pelaksanaan kaidah-kaidah HACCP semakin menjadi suatu kebutuhan untuk para pembuat produk agribisnis, karena system HACCP merupakan suatu system pncegahan di mana resiko- resiko keselamatan yang potensial dapat diidentifikasi dan dikendalikan ketika suatu produk diproduksi. Selain itu sertifikasi HACCP juga telah menjadi sutu alat untuk menunjukkan keunggulan suatu produk disbanding produk pesaingannya (Iwantoro, 2002).

Peraturan teknis menyangkut batas ambang cemaran pestisida, mikroba, antibiotika, obat hewan, hormone pertumbuhan seperti tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian dan Surat Keputusan Menteri Bersama antara Menteri Kesehatan dan Pertanian tentangbatas ambang cemaran belum dapat diaplikasikan dilapang, baik untuk produk impor maupun produk di dalam negeri (Sugiyanto, 2002).

Peranan pemerintah dalam pengendaliaan mutu dan penciptaan standar mutu yang jelas perlu ditingkatkan, karena pemerintah mempunyai peranan yang sangat menentukan dalan pembinaan mutu produk, terutama meliputi pembinaan


(33)

produksi dan perdagangan, penciptaan iklim pembinaan mutu, serta perlindungan konsumen. Pembinaan mutu oleh pemerintah antara lain bertujuan untuk : melindungi konsumen, merangsang produsen atau menggairahkan produksi, menyehatkan transaksi, memberikan kepastian usaha, serta memperlancar [proses pemasaran (Arpah, 1993). Di samping pemerintah, juga diharapkan peran aktif dari masyarakat (perusahaan swasta, industri, cendekiawan dan masyarakat umum) yang dapat mewujudkan dalam berbagai bentuk organisasi seperti : perhimpunan profesi, lembaga konsumen, dan sebagainya. Sementara itu konsumen sebagai penerima akhir suatu produk agribisnis, juga perlu meninglatkan peranannya dalam bentuk tuntutan mutu dan hak perlindungna terhadap mutu produk agribisnis tersebut, yang dapat ditinjau dari segi kegunannya

2.2.8. Metode Analisis

2.2.8.1. Analisis Economic Order Quantity (EOQ)

Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetitif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif.


(34)

Tujuan manajemen persediaan adalah meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis.

Menurut Assauri (1998) tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk :

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti

b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlallu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan

c. Menjaga agar pembelian bahan secara kecil kecilan dapat dihindari Menurut Ahyari (2003), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan didalam suatu perusahaan terdiri dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap persediaan.

a. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal yang diperhitungkan di dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilakukan, dan berapa jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanan. Beberapa contoh dari biaya pemesanan antara lain :

1) Biaya persiapan pembelian 2) Biaya pembuatan faktur

3) Biaya ekspedisi dan administrasi


(35)

5) Biaya-biaya pemesanan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian. Biaya pemesanan ini sering kali disebut sebagai biaya persiapan pembelian, set up cost, procurement cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam perusahaan.

b. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan didalam perusahaan. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain :

1) Biaya simpan bahan 2) Biaya asuransi bahan

3) Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan 4) Biaya pemeliharaan bahan

5) Biaya pengepakan kembali

6) Biaya modal untuk investasi bahan 7) Biaya kerugian penyimpanan

8) Biaya sewa gudang persatuan unit bahan 9) Resiko tidak terpakainya bahan karena usang

10) Biaya-biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang bersangkutan.

Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau holding cost.

c. Biaya Tetap Persediaan

Biaya tetap prsediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya persediaan bahan didalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan didalam perusahaan tersebut. Beberapa contoh dari biaya tetap persediaan antara lain :


(36)

1) Biaya sewa gudang per bulan 2) Gaji penjaga gudang per bulan 3) Biaya bongkar bahan per unit

4) Biaya-biaya persediaan lainnya yang tidak terkait dengan fekuensi dan jumlah unit yang disimpan.

Salah satu metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah metode Economi Order Quantity atau biasa disebut dengan EOQ. Metode Q dengan model Economi Order Quantity (EOQ) sederhana ini diperkenalkan pertama kali oleh ford harris dari westinghouse pada tahun 1915. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri.

Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.

Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat persediaan barang sebagaimana yang telah dibahas, menyebabkan perhitungan untuk menentukan besarnya persediaan barang yang optimal guna memperoleh tingkat keuntungan maksimal menjadi kompleks. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan atau pesanan barang yang optimal, dalam model Analisis Economic Order Quantity (EOQ) diperlukan asumsi. Asumsi dari Model EOQ ini adalah :

a. Biaya yang relevan untuk perhitunngan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan barang (carrying cost) dan biaya yang dikeluarkan guna memesan barang dari pemasok umtuk mengganti barang yang telah terjual (ordering cost). Semua biaya tersebut diketahui dan bersifat pasti.


(37)

b. Untuk sementara penundaan pesanan dari pembeli (back logging) dan biaya yang timbul akibat kehabisan barang pada saat diperlukan (stock out) tidak diperbolehkan

c. Permintaan barang dapat diketahui dan dengan tingkat pemakaian atau penngeluaran yang tepat.

d. Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap. e. Jarak waktu sejak pesan sampai pesanan datang (lead time) pasti. f. Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.

Dengan keempat asumsi ini, maka masalah biaya atas persediaan barang akan ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan dan biaya pemeliharaan serta penyimpanannya. Banyaknya barang yang dipesan antara satu pesanan dengnan pesanan yang lain tidak akan sama dan ditentukan oleh model. Meskipun terdapat berbagai macam asumsi yang harus dipenuhi dalam model EOQ, bagaimanapun juga EOQ adalah model manajemen persediaan yang dapat meminimumkan total biaya. Adapun model EOQ sederhana yang digunakan adalah :

Dimana :

EOQ= Q= Jumlah Pesanan Ekonomis

Co= Biaya pesanan untuk setiap kalli pesan buah D= Permintaan konsumen

Cc= Biaya penyimpanan dan pemeliharaan

Tujuan model persediaan ini adalah untuk menentukan jumlah setiap kali persamaan (Q) sehingga total biaya persediaan EOQ dapat diminimumkan.


(38)

Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan persediaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini :

Level inventory

Time

Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan saat siklus persediaan yang mempunyai periode waktu selama t. Slope dapat dipakai sebagai penunjuk jumlah persediaan dari waktu ke waktu dengan melihat garis-garis lurus, dengan diasumsikan barang yang dipesan segera dapat dipenuhi.

Gambar tersebut menggambarkan argumen pendekatan EOQ. Pada awal periode, persediaan sebesar Q datang. Kemudian persediaan tersebut terjual dengan tingkat penjualan yang konstan untuk setiap periodenya (misal, setiap hari). Tingkat penjualan tsb merupakan slope dari garis miring dalam bagan tersebut. Pada saat ini persediaan baru sebesar Q datang kembali ke perusahaan. Q/2 merupakan rata-rata persediaan.

Optimal order 

Quantity (Q*) 

Reorder point  (ROP) 

Lead time

Average 

Inventory  (Q*/2) 


(39)

    TC CC

OC Biaya

Jumlah Pesanan Jumlah pesanan Optimal (Q*)

Gambar 2. Model EOQ Untuk Mengetahui Ukuran Pesanan (Total Biaya Persediaan).

Gambar diatas secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Total Biaya (Total cost) = Biaya Pemeliharaan (Carrying cost) + Biya pesanan (Order Cost).

TC = (Q/2) Cc + (D/Q) Co Dimana :

TC = total biaya

Q = kuantitas persediaan yang dipesan untuk setiap kali pesan (kg) Q/2 = persediaan rata-rata

Cc = biaya simpan untuk pemeliharaan barang (Rp) D = jumlah permintaan barang (kg)

CO = biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang (Rp)

Persamaan Tc secara matematis disebut fungsi tujuan. Besarnya tergantung besarnya order Quantity atau Q yang dipilih. Tc merupakan hasil penjumlahan kedua komponen Co (biaya pesanan) dan Cc (biaya penyimpanan)


(40)

tersebut, tinggi (jarak) kurva Tc pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan jarak (tinggi) kedua komponen tersebut secara tegak (Handoko, 1997).

2.2.8.2. Metode Forecast (Peramalan)

Peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan langsung pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada diluar kendali manajemen. Seperti : ekonomi, sosial, politik, perubahan teknologi, budaya pemerintah, pelanggan, pesaing dan lain sebagianya.

Peramalan adalah prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Ketetapan secara mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah tidak mungkin dicapai,oleh karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan datang secara pasti, diperlukan waktu dan tenaga yang besar agar mereka dapat memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadpa kejadian yang akan datang.

Untuk membuat peramanlan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu. Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama yaitu menggunakan data masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang.

Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, permintaan pada masa yang akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan data historis (masa lalu) permintaan. Data inilah yang akan dianalisis dengan menggunakan parameter waktu sebagai dasar analisis.


(41)

Dalam peramalan time series, metode peramalan terbaik adalah metode yang memenuhi kriteria ketetapan ramalan. Kriteria ini berupa mean absolute deviation (MAD), mean square of error (MSE), mean absolute procentage of error (MAPE).

Metode-metode peramalan yang didasari oleh konsep bahwa ketika terdapat sebuah pola dasar dalam sebuah serial data, pola tersebut dapat dipisahkan dari faktor random dengan cara smoothing (memuluskan/melicinkan/merata-ratakan) nilai-nilai dalam data tersebut. Pengaruh smoothing ini adalah menghapus faktor random, sehingga pola dapat diproyeksikan kemasa mendatang dan digunakan unutk membuat ramalan.

Karena dunia perekonomian dan bisnis tidak pasti, faktor random akan selalu ada. Sasaran umum dalam aplikasi teknik peramalan adalah meminimumkan kesalahan dalam ramalan ini. Kesalahaan ini didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai aktual dengan apa yang diprediksi. Kesalahan ini dapat ditulis sebagai :

e

i =

x

i

Fi

dimana :

ei = kesalahan pada periode waktu i

Xi = nilai penjualan aktual pada periode waktu i Fi = ramalan pada periode waktu i

i = jumlah periode dimuka yang diramalakan.

Salah satu ukuran ketetapan paramalan adalah MAPE (mean absolute percentage error)yang merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode


(42)

tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :

MAPE =

Asumsi dasar dalam penggunaan setiap teknik peramalan adalah aktual yang diamati ditetapkan dengan pola tertentu ditambah beberapa pengaruh random. Dalam hal ini, dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut :

Aktual = pola +Random

Ada beberapa metode yang dikelempokkan dalam metode exponential smoothing yaitu :

1.Single (simple) exponential smoothing 2.Double exponential smoothing

3.Exponential smoothing with linear trend.

Metode pemulusan eksponensial tunggal (singgle eksponential smoothing) menambahkan parameter á dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman. Nilai prakiraan dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.

Dimana :

Xt = data permintaan pada periode t

α = faktor / konstanta pemuluusan Ft+1 = prakiraan untuk periode t

Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data periode terakhir dalam melakukan prakiraan, metode pemulusan eksponensial tunggal mengikutsertakan data dari semua periode. Setiap data pangamatan mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai prakiraan periode sesudahnya.


(43)

Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil perkiraan periode terakhir, karena nilai prakiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan sebelumya.

Istilah eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan (faktor pemukusan) dari periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial, sebagaimana dijabarkan sebagai berikut :

 

Disini terlihat bahwa koefisien X dari waktu ke waktu membentuk hubungan eksponensial.

Nilai prakiraan pada periode t = 1 berupa nilai inisial (asumsi). Nilai ini bisa diperoleh dengan cara menganggap nilai prakiraan pada periode itu sama dengan nilai sebenarnya, atau rata-rata dari beberapa periode. Untuk konstanta pemulusan (α), dapat menggunakan setiap nilai diantara 0 sampai dengan 1. Nilai konstanta pemulusan terbaik adalah yang dapat memberikan ketelitian prakiraan tertinggi.

Metode pemulusan (smoothing) eksponensial ganda (metode dua parameter dari holt) dalam prinsipnya tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung dengan memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari parameter yang dugunakan pada deret yang asli. Ramalan dari pemulusan eksponensial linier holt didapat dengan menggunakan dua konstanta pemulusan (dengan nilai antara 0 dan 1) dan tiga persamaan :


(44)

Persamaan tersebut menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode sebelumnya yaitu bt-1 denngan menambahkan nilai pemulusan yang terakhir, yaitu St-1. Hal ini membantu untuk menghilangkan kelambatan dan menempatkan St kedasar pemikiran nilai data saat ini. Kemudian persamaan peremajakan trend, yang ditunjukkan sebagai perbedaan antara dua nilai pemulusan terakhir. Hal ini tepat karena jika terdapat kecenderungan didalam data, nilai yang baru akan lebih rendah atau lebih tinggi dari pada nilai yang sebelumnya. Karena mungkin masih terdapat sedikit kerandoman, maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan gama trend pada periode terakhir (St-St-1) dan menambahkan dengan taksiran trend sebelumnya dikalikan dengan (1- ). Akhirnya dugunakan ramalan kemuka dengan trend (bt) dikalikan dengnan ramalan periode kemuka yang diramalkan (m) dan ditambahkan pada nilai dasar (St).

Sebagaimana halnya dengan persamaan pemulusan eksponensial linier yang dapat dugunakan untuk memprakirakan serial data yang memilki pola trend, bentuk persamaan yang lebih tinggi dapat dugunakan jika pola dasar serial datanya musiman. Salah satu metode prakiraan yang khusus untuk data yang berpola musiman adalah metode pemulusan eksponensial linier dan musiman dari winter. Metode ini didasarkan atas tiga persamaan, yaitu unsure stasioner, trend dan musiman yang dirumuskan sebagai berikut :


(45)

Dimana :

L = jumlah peride dalam satu siklus musim

I = faktor penyesuain musiman (indeks musiman)

Sebagaimana dalam perhitungan pemulusan eksponensial tunggal, nilai inisial St dapat disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari beberapa nilai pada musim yang sama, sedangkan nilai inisial T dicari dengan menggunakan rumus, sebagai berikut :

Setelah nilai inisial S, T dan I diperoleh, dapat dilakukan perhitungan St, Tt dan It dan prakiraan Ft+m dapat dicari. Nilai prakiraan dihitung berdasarkan data yang palling baru (akhir).

Salah satu masalah yang timbul dalam penggunaan model winter untuk prakiraan adalah penentuan nilai-nilai α, , . Pendekatan yang biasa dipakai adalah dengan trial and error sampai diperoleh nilai-nilai parameter (MAD atau MSE). Dengan tersedianya komputer dan perangkat lunak prakiraan (ststistik), kesuliatan seperti ini dapat lebih mudah teratasi.

Metode moving average memang mudah menghitungnya, tetapi kelebihannya metode ini memberikan rata-rata yang sama pada setiap data. Untuk mengatasi masalah ini maka dapat digunakan metode eksponensial smoothing yang sebenarnya merupakan perkembangan dari metode average sederhana, yang mula-mula dengan rumus sebagai berikut :


(46)

n Dan

n

perbedaan antara St+1 dan St adalah :

a) Pada St+1 terdapat sedang pada St tidak ada

b) Pada St terdapat sedang pada St+1 tidak ada

Dengan melihat hubungan diatas, maka kalau nilai St sudah diketahui maka nilai St+1 dapat dicari berdasarkan St itu.

Didalam metode eksponensial smoothing nilai 1/n diganti dengan α, sehingga rumus forecastnya menjadi :

Dengan nilai α bisa ditentukan secara bebas, yang bisa mengurangi forecast error. Besarnya α antara 0 dan 1. Kalau nilai 2 mendekati 1 berarti data terakhir lebih diperhatikan dari data sebelumnya juga diperhatikan, dengan catatan data-data tahun sebelumnya juga diperhitungkan sebab telah diperhitungkan dalam forecast tahun-tahun sebelumnya. Metode single eksponensial smoothing lebih digunakan untuk meramal hal-hal yang fluktuasinya secara random (tidak teratur). Dengan menggunakan ketiga model seperti diatas, maka selanjutnya akan dibandingkan untuk mendapatkan nilai MAPE terkecil dan terbaik. Yang kemudian nilai kesalahan terkecil dan terbaik tersbut dapat dimasukkan kedalam analisis EOQ untuk mendapatkan nilai D (demand/permintaan).


(47)

2.2.8.3. Pengendalian Proses Secara Statistik

Pengendalian mutu secara statistik dibedakan atas Statistical Quality Control (SQC) dan statistical process control atau disebut juga statistical process control (SPC). SQC merupakan penggunaan metode statistik untuk mengukur kinerja proses produksi, sekaligus untuk meningkatkan mutu keluaran. Dengan demikian, SQC ini mempunyai cakupan yang luas, mulai dari menentukan cara penarikan sampel, jumlah sampel yang akan ditarik, pemeriksaan mutu dan pembuatan evaluasi atau hasil pemerikasaan. Hasil dari aktivitas pengendalian ini dipakai untuk memperbaiki mutu keluaran. Sebaliknya, SPC hanya bermaksud untuk melakukan pengendalian kinerja proses dengan mempergunakan pengendalian kinerja proses dengan mempergunakan metode statistic. Sehubungan dengan itu, SPC adalah bagian dari SQC.

Dalam pelaksanaan pengendalian mutu ini, ditemukan dua hal penting yang mendasar, yaitu :

a. Menentukan metode pemeriksaan yang tepat, yaitu sesuai dengan tujuan pengendalian mutu yang sedang dilaksanakan;

b. Penentuan metode pengendalian mutu yang tepat sehingga sesuai dengan kebutuhan pengendalian mutu yang bersangkutan.

Metode utama yang dipakai untuk melakukan pengendalian atas mutu keluaran yaitu process control (pengendalian proses) yang merupakan pengendalian mutu yang dilakukan atas proses pengerjaan dengan menerapkan metode pengendalian mutu tertentu untuk membuat keputusan, apakah proses


(48)

produksi memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan atau tidak, sehingga keputusan tentang proses dilanjutkan atau harus dihentikan dapat dibuat.

Pengendalian proses secara statistik ini merupakan teknik statistik yang secara luas digunakan untuk memastikan bahwa proses yang sedang berjalan yelah memenuhi standar. Mengingat pengukuran yang dilakukan terhadap kinerja kualitas saja tidak cukup, oleh karena itu penting juga untuk menganalisis bagaimana keadaan dari suatu proses berdasarkan hasil-hasil dari pengukuran kualitas itu. Dalam konteks peningkatan proses, yang dimaksud oleh ISO 9001: 2000, adalah penting juga untuk mengetahui bagaimana suatu proses itu bervariasi dalam menghasilkan produk sehingga dapat diambil tindakan-tindakan peningkatan proses itu secara tepat.

Pada tahun 1920 Walter Shewhart dari Bell Laboratories, telah mempelajari data hasil berbagai proses dan membedakan mana penyebab terjadinya variasi yang khusus dan yang umum. Kini banyak orang merujuk pengetahuan mengenai variasi-variasi itu sebagai sebab-sebab yang alami dan sebab-sebab yang dilakukan oleh manusia (operator). Walter mengembangkan alat yang sederhana tetapi ampuh untuk memisahkan kedua jenis variasi tersebut, berupa peta kendali proses atau peta kontrol. Peta-peta kontrol merupakan alat yang ampuh dalam mengendalikan proses, asalkan penggunaannya dipahami secara benar. Pada dasarnya peta-peta kontrol dipergunakan untuk :

1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengndalian? Dengan demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok (subgroups) contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control


(49)

limits), maka itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses.

2. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan mengandung variasi penyebab umum.

3. Menetukan kemampuan proses (proses capability) setelah proses berada dalam pengendalian, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan.

Penggunaan peta-peta control harus menjadi efektif untuk pengendalian proses, sehingga upaya-upaya peningkatan proses terus- menerus yang telah menjadi komitmen manajemen organisasi dapat sukses. Denngan demikian penggunaan peta-peta control untuk pengendalin proses harus dikaitkan secara langsung dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

Berbagai peta-peta kontrol dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan yang dibedakan bardasarkan data variabel dan atribut. Data variabel (Variaels Data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Seperti ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, timggi, diamter, volume dan lain-lain. Peta-peta kontrol yang umum dipergunakan untuk data variabel adalah : Peta-peta X-Bar-R dan peta X-MR. Sedangkan data atribut (Attributes Data) merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Model ini dapat dipergunakan apabila produk yang akan dievaluasi mutunya dapat dibedakan atas kategori baik atau jelek. Data atribut biasnya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi. Pada umumnya data atribut dipergunakan peta-peta kontrol p, np, c dan u. Jika unit yang jelek tersebut dapat dinyatakan sebagai proporsi atau sampel yang ditarik maa penggendalian mutunya dapat dilakukan dengan memakai p-Chart. Akan tetapi, apabila cacat


(50)

dinyatakan dalam jumlah tertentu pada permukaan tiap unit produk yang diperiksa maka kita dapat mempergunakan c-Chart.

Peta kontrol P atau p-Chart digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan atau serimg disebut cacat) dari item-item dalam keompok yang sedang diinpeksi. Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk mengendalikan proprosi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefiniskan sebagai rasio banyaknya item yang tidak memennuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item itu tidak memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, maka-maka item itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat. P-Chart memiliki rumus batas kendali mutu sebagai berikut :

UCL = P + bSP dan LCL = P – bSP

UCL = upper control limit (batas atas pengendalian) LCL = lower control limit (batas bawah pengendalian)

P = proporsi cacat rata-rata =

P = proorsi cacat = Xi/n dan Xi = unti cacat yang ada dalam sampel N = jumlah populasi, yaitu K(n)

n = ukuran sampel, jumlah unit yang ada dalam sampel yang digunakan k = frekuensi penarikan sampel, misalnya 10 hari, 15 hari, dan

sebagainya


(51)

Sp = standar deviasi dari proporsi rata-rata sampel yang ditarik

Sp =

Pemilihan konstan pengali b: 1, 2 atau tergantung pada derajat keketatan atas pengendalian mutu yang dilaksanakan. Semakin besar nilai pengali, akan semakin longgar pelaksanaan pengendalian; dan semakin kecil angka pengali, akan semakin ketat pengendalian yang dilaksanakan.

Apabila data pengamatan menunjukkan bahw proses berada dalam pengendalian, gunakan peta kontrol untuk memantau proses itu terus menerus. Tetapi apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses tidak berada dalam pengendalian, proses itu harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum menggunakan peta kontrol itu untuk pengendalian proses secara terus-menerus.

2.2.9. Kerangka Pemikiran Konseptual

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa seiring dengan adanya peningkatan kebutuhan konsumsi akibat peningkatan konsumsi perkapita, jumlah konsumen dan terjadinya perubahan preferensi konsumen yang pada dasarnya merupakan faktor penarik bagi pertumbuhan agribisnis hortikultura.

Pertumbuhan agribisnis hortikultura yang pesat ini merupakan suatu peluang tidak hanya untuk pasar dalam negeri tetapi juga pasar dunia, denngan perdagangan bebas situasi pasar dunia akan sangat berpengaruh terhadap dinamika agribisnis hortikultura disetiap negara melalui dinamika daya saing produk yang dihasilkan oleh setiap negara.

Dengan adanya peningkatan konsumsi perkapita yang lebih tinggi pada komoditas buah-buahan, dengan kebutuhan konsumsi yang umumnya bersifat dinamis akibat beragamnya jenis produk yang dikonsumsi, yang saling


(52)

bersubstitusi satu sama lain. Hal ini akan merangsang perusahaan agribisnis terutama perusahaan ritel yang menyediakan buah-buahan untuk meningkatkan persediaan buahnya seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap konsumsi buah-buahan yang berkualitas.

Mengenai persediaan buah-buahan ini nampaknya mulai terdapat masalah, khususnya pada komoditas pertanian seprti buah, banyak kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan ritel alam hal memasarkan hasil komoditi hortikultura ini antara lain sifatnya yang mudah rusak dan busuk, kendala pendistribusian produk akibat pengemasan yang kurang baik, belum adanya penetapan kualitas yang dapat memuaskan konsumen serta kendala fasilitas penyimpanan buah untuk mempertahankan kualitas sehubungan dengan target pasar yang dituju. Disamping itu, resiko yang harus dihadapi oleh perusahaan ritel yaitu mengenai persdiaan, persediaan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu bisnis, yang dalam kenyataannya persediaan ini sanngat mahal dikelola. Perusahaan dihadapkan pada dua keadaan yang kurang baik, apabila terjadi secara terus-menerus, apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, hal ini akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai opportunity cost, ditambah dengan keadaan apabila persediaan ini terlalu banyak menumpuk dapat menyebabkan penurunan kualitas pada buah akibat kerusakan-kerusakan yang ditimbulakan. Demikian pula apabiala perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan (stock out), disamping hilangnya kepercayaan dari konsumen akibat dari kurang terpenuhinya harapan dan keinginan konsumen.


(53)

Maka dari itu perlu adanya suatu kebijakan operasi yang bijaksana yang sangat diperlukan dalam mengelola persediaan yaitu dengan pengendalian persediaan yang merupakan salah satu fungsi manajerial yang sangat penting bagi suatu peerusahaan bisnis. Diperlukan suatu perencanaan dan pengawasan yang telah terkonsep dengan matang agar memudahkan pengaplikasian dilapang. Dengan tercapainya persediaan yang telah terkendali dengan baik, maka mudah bagi perusahaan untuk merencanakan tingkat keuntungan maksimal dimasa yang akan datang. Perencanaan tingkat keuntungan perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui posisinya dimasa yang datang, sehingga dari tingkat keuntungan tersebut perusahaan dapat melakukan antisipasi dan perbaikan-perbaikan berkenaan dengan perkembangan perusahaan kedepannya. Perencanaan merupakan salah satu unsur dari manajemen pemasaran hasil pertanian yang sebaik-baiknya secara terencana, terorganisasi, tersusun rapi, terarah dan terkendali dalam batasan fungsi produksi dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan suatu usaha pertanian yang akan dikelola.

Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan, tentunya diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keterpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan akan menunjanng terciptanya sistem pengendalian bahan baku yang baik dalam suatu perusahaan.

Menurut Assauri (1998) tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk :

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti


(54)

b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.

c. Menjaga agar pembelian bahan secara kecil kecilan dapat dihindari.

Tujuan dasar dari pengendalian bahan adalah kemampuan untuk mengirimkan surat pesanan pada saat yang tepat kepada pemasok terbaik untuk memperoleh kuantitas yang tepat pada harga dari kuantitas yang tepat (Matz, 1994).

Jadi, dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas, pengendalian persediaan dan pengadaaan perencanaan bahan baku yang dibutuhkan baik dalam jumlah maupun kualitas yang sesuai dengan kebutuhan untuk produksi serta kapan pesanan dilakukan.

Pedagang perantara (supplier)

Pedagang tradisional supermarket

Perencanaan Persediaan Pengendalian Mutu

Identifikasi Masalah

- Tingkat Persediaan Buah Lokal Yang Over Stock

- Belum Tercapainya Penetapan Mutu / Kualitas Yang Dapat Memuaskan Konsumen

- Keuntungan Yang Belum Maksimal  Analisis Economic Order Quantity

(EOQ) dan Pengendalian Proses Secara Statistik

Untuk Mendapatkan Tingkat Persediaan Dan Keuntungan Yang Optimal Serta Terpenuhinya Kebtuhan Dan Spesifikasi Produk Yang Diinginkan Oleh Konsumen


(1)

Perhitungan Peta Kontrol P :

P  =   Σ n di  =  3 , 385 8 , 31

 = 0,08253

GT =  P = 0,08253

δ = 

 ) 1 ( P P   =  3 , 385 ) 08253 , 0 1 ( 08253 , 0 

 = 0,01402

BKA = P+ 3 

) 1 ( P

P 

= 0,08253+ 3

3 , 385 ) 08253 , 0 1 ( 08253 , 0 

=  0,12459

BKB = P‐ 3 

) 1 ( P P

 = 0.08253 ‐ 3

3 , 385 ) 08253 , 0 1 ( 08253 , 0 

=  0,04047

Pada tabel diatas, diketahui jumlah sampel pada bulan Maret 2010  pada saat proses penerimaan dan penyortiran sebesar 385,3 kg sedangkan  total jumlah unit produk yang tidak sesuai berjumlah 31,8 kg dengan total  jumlah presentasi produk yang tidak sesuai 1,6273%. Dengan diketahui total  jumlah dari ketiga faktor tersebut diatas maka dapat dilihat apakah proses  penerimaan  dan  penyortiran  pada  apel  manalagi  yang  dilakukan  telah  berjalan dengan baik atau semestinya. Untuk menetukan batas kontrol pada  proses penerimaan dan penyortiran buah apel manalagi dapat dihitung garis  tengah (GT) berada pada 0,08253, standar deviasi (δ) berada pada 0,01402,  batas kontrol atas (BKA) berada pada 0,12459 dan batas kontrol bawah  (BKB) berada pada 0,08194.


(2)

Gambar 20 . Peta Kendali p Proses Penerimaan Dan Penyortiran Buah Apel Manalagi

 

Berdasarkan gambar 20 di atas tampak bahwa titik terletak mendekati garis rata- rata hal ini menurut kriteria suatu proses dikatakan terkendali, untuk sample no 9 dan 10 terletak di luar batas kendali, Maka dikatakan tidak terkendali. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan.

4.6.1. Pembahasan

Lokasi penelitian ini ditetapkan secara sengaja pada bidang ritel di sinar supermarket cabang jemur Handayani dengan salah satu tujuan yaitu untuk mengamati pengendalian mutu buah lokal, yaitu jeruk valensia, pisang emas dan apel manalagi. Mengingat bahwa dalam alur proses distribusi barang, bisnis retail merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir, maka menyediakan dan menyajikan buah yang masih dalam keadaan berkualitas hingga sampai


(3)

ke tangan konsumen menjadi tanggung jawab penuh oleh supermarket, hendaknya kesegaran buah dapat dipertahankan hingga konsumen merasakan betul manfaat dari pembelian buah tersebut. Mempertahankan kualitas buah hingga sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya tindakan pengawasan dan pengendalian yang tak dapat disepelekan, sebab hal ini berhubungan dengan kepercayaan konsumen dimasa yang akan datang. Sehingga penyajian buah-buahan yang berkualitas ini harus dibarengi dengan sistem penataan buah yang menarik di area pendisplayan sehingga menarik minat pengunjung / konsumen. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengendalian mutu buah yang telah dilakukan oleh sinar supermarket yang apakah sejauh ini berada dalam keadaan yang baik atau sebaliknya.

Untuk melihat pengendalian mutu yang dilakukan oleh sinar supermarket cabang jemur handayani itu berada dalam pengendalian yang baik atau kurang baik yaitu dengan menggunakan SPC (Statistical Process Control) yaitu dengan melihat seberapa besar tingkat cacat / kerusakan yang ada pada saat proses penerimaan dan penyortiran. Untuk itu pengendalian mutu sangat diperlukan agar produk yang cacat / rusak tersebut tidak sampai ketangan konsumen. SPC (statistical process control) berguna sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola dan memperbaiki proses menggunakan metode-metode statistik. Berdasarkan dari hasil peta kendali p pada proses penerimaan dan penyortiran dari masing-masing komoditas, didapatkan beberapa sampel yang berada dalam keadaan yang terkendali dan


(4)

beberapa yang tidak terkendali. Untuk beberapa sampel yang berada dalam keadaan tidak terkendali, hendaknya dilakukan perbaikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi didalam pengendalian mutu buah di sinar supermarket, antara lain adalah dari faktor SDM yaitu mengenai keahlian karyawan didalam melakukan pengendalian mutu buah, sampai sejauh mana karyawan dilatih secara baik dan berapa jauh mereka bekerja dengan cermat dan tekun, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Sebaiknya karyawan dilatih dan dibiasakan untuk mampu menolong karyawan dalam mengembangkan kepekaan dan wawasan berpikir sehingga mereka dapat memberikan perhatian dan rasa hormat (respect) terhadap kepentingan konsumen terakhir. Selain itu perlu adanya peningkatan dan pengembangan terhadap kualitas buah, sinar supermarket dapat lebih meningkatkan potensi penjualan buah dengan mengembangkan setiap atribut / karakteristik unggulan yang menjadi potensial pada setiap komoditas, misal dari harga yang terjangkau, kenampakan buah (warna,rasa,karakter daging), kemasan yang baik dan unik dan lain-lain dapat lebih dioptimalkan serta kendali mutu pada saat proses dapat berjalan lebih baik lagi atau mengurangi setiap kesalahan yang mungkin saja dapat terjadi.

 


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa perencanaan

persediaan yang ekonomis dengan EOQ dapat memberikan hasil yang maksimal terhadap keuntungan penjualan buah di supermarket jika dibandingkan dengan persediaan tanpa EOQ, ini dibuktikan dengan adanya biaya persediaan minimal yang didapatkan, sehingga ini menunjukkan bahwa total biaya EOQ dapat digunakan untuk lebih memaksimalkan keuntungan sinar supermarket.

2. Bahwa proses pengendalian mutu dalam proses penerimaan dan penyortiran untuk buah jeruk valensia kurang berjalan sebagaimana mestinya, jika dibandingkan dengan pisang emas dan apel manalagi. Hal ini diketahui berdasarkan dari banyaknya sampel yang terletak diluar batas kendali.

3. Proses pengendalian mutu buah di sinar supermarket berdasarkan pada pengklasifikasian / penggolongan mutu buah berdasarkan atribut atau karakteristik unggulan yang ada pada buah jeruk valensia, pisang emas dan apel manalagi yaitu yang meliputi rasa / kerenyahan, ukuran, tingkat kesegaran, tingkat kematangan / daya simpan, warna dan kondisi kulit.

4. Didalam melakukan penelitian ini tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak terdapat kendala-kendala didalam mendapatkan informasi atau data-data yang dibutuhkan terutama mengenai data-data internal


(6)

 

perusahaan yang bersifat rahasia, sehingga untuk itu peneliti menyiasati dengan melakukan wawancara / tanya jawab secara langsung serta melakukan pengamatan secara langsung kondisi dilapangan secara lebih intensif sehingga akan nampak permasalahan yang sebenarnya terjadi. 5.2. SARAN

Saran-saran yang dapat diambil dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang maksimal diwaktu yang akan datang sebaiknya sinar supermarket menganalisis kembali tingkat persediaan yang ekonomis secara periodik dalam jangka waktu tertentu umtuk mengantisipasi terjadinya kelebihan dan kekurangan stock yang dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan 2. Diharapkan pihak supermarket dapat meningkatkan lagi kegiatan

pengawasan dan pengendalian mutu buah lokal sehingga konsumen benarbenar mendapatkan spesifikasi mutu buah yang diinginkan, dengan terus -menerus melakukan perbaikan dan pengembangan. Dalam hal ini mungkin sinar supermarket dapat melakukan pengamatan terhadap konsumennya, sehingga mendapatkan spesifikasi mutu buah yang diinginkan

3. Untuk penelitian selanjutnya menyangkut permasalahan ini yaitu mengenai masalah persediaan dan pengendalian mutu buah agar senantiasa diperhatikan adalah mengenai ketersedian data atau kemudahan dalam pengambilan data. Hendaknya dalam melakukan penelitian ini harus didukung dengan adanya pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan dalam pemberian informasi yang dibutuhkan demi tercapainya perolehan hasil yang akurat.


Dokumen yang terkait

Rancang Bangun Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Buah Dan Sayur (Studi Kasus Di PT. Hero Supermarket Tbk).

2 21 190

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 4 15

BAB 1 PENDAHULUAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 4 12

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 3 55

Usulan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meminimasi Biaya (Studi Kasus Di PT.Sinar Continental Bandung).

1 9 95

SISTEM PERSEDIAAN BARANG DAGANG DI SAKINAH SUPERMARKET SURABAYA.

6 22 120

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 2 17

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

Perencanaan Persediaan dan Pengendalian Mutu Buah Lokal di Sinar Supermarket “Surabaya” (Studi Kasus di PT. Sinar Supermarket)

0 0 11