adalah suatu produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti  yang diiginkan  oleh  konsumen  dan  selama  bahan  pengemas  masih  memiliki
integritas serta memproteksi isi kemasan Arpah, 2001. Sistem  penentuan  umur  simpan  membutuhkan  waktu  yang  lama
untuk  menentukan  batas  penyimpanan  akhir  suatu  produk  pada  kondisi normal.  Menurut  Labuza  dan  Schmild  1985,  faktor-faktor  yang
mempengaruhi umur simpan adalah: 1.
Jenis dan karakteristik produk pangan a.
Produk  yang mengalami pengolahan akan lebih tahan lama dibanding produk segar
b. Produk  yang  mengandung  lemak  berpotensi  mengalami  ketengikan,
sedang  produk  yang  mengandung  protein  dan  gula  berpotensi mengalami reaksi Maillard warna coklat
2. Jenis dan karakteristik bahan kemasan
Permeabilitas  bahan  kemasan  terhadap  kondisi  lingkungan  uap  air, cahaya, aroma, oksigen
3. Kondisi lingkungan
a. Intensitas  sinar  ultraviolet  menyebabkan  terjadinya  ketengikan  dan
degradasi warna b.
Oksigen menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Pendugaan umur simpan makanan dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya:
1. Metode Konvensional
Sistem  penentuan  umur  simpan  secara  konvensional  membutuhkan waktu  yang lama karena penetapan kadaluarsa pangan dengan metode ESS
Extended  Storage  Studies  dilakukan  dengan  cara  menyimpan  suatu  seri produk  pada  kondisi  normal  sehari-hari  sambil  dilakukan  pengamatan
terhadap  penurunan  mutunya  sehingga  tercapai  mutu  kadaluarsa  Arpah, 2001.
2. Metode Akselerasi
Untuk  mempercepat  waktu  penentuan  umur  simpan  tersebut,  maka digunakan  metode  ASLT  Accelerated  Shelf  Life  Testing  atau  metode
akselerasi.  Pada  metode  ini  kondisi  penyimpanan  diatur  diluar  kondisi normal sehingga produk dapat lebih cepat rusak dan penentuan umur simpan
dapat  ditentukan  Arpah  dan  syarief,  2000.  Penggunaan  metode  akselerasi harus disesuaikan dengan keadaan dan faktor  yang mempercepat kerusakan
produk yang bersangkutan. Umur  simpan  suatu  produk  yang  dikemas  dapat  diterapkan  dengan
metode  ASLT.  Salah  satu  metode  ASLT  adalah  metode  Arrhenius.  Suhu merupakan  faktor  yang  berpengaruh  terhadap  perubahan  mutu  produk
pangan. Dalam menduga kecepatan penurunan mutu produk pangan selama penyimpanan,  faktor  suhu  dapat  diperhitungkan.  Pendugaan  umur  simpan
dengan pendekatan model Arrhenius menggunakan perubahan suhu kondisi penyimpanan  produk.  Kenaikan  suhu  dapat  mempercepat  berbagai  macam
kerusakan  yang  memperpendek  umur  simpan  dari  bahan  pangan  Syarief dan Halid, 1993.
Menurut Labuza 1982, reaksi penurunan mutu pada produk pangan mengikuti  ordo  reaksi  nol  dan  satu,  hanya  sedikit  yang  mengikuti  ordo
reaksi lain.
a.      Ordo Reaksi Nol
Tipe  kerusakan  yang  mengikuti  kinetika  reaksi  ordo  nol  adalah kerusakan  enzimatis,  pencoklatan  enzimatis,  dan  oksidasi.  Penurunan  mutu
orde reaksi nol artinya penurunan mutu yang konstan. Kecepatan penurunan mutu tersebut berlangsung tetap pada suhu konstan dan digambarkan dengan
persamaan berikut: -dAdT = k……………….persamaan 2
Untuk  menentukan  jumlah  kehilangan  mutu,  maka  dilakukan  integrasi terhadap persamaan:
At t
∫ dA = ∫ kdt……………….persamaan 3
A0
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: At-Ao = -kt……………….persamaan 4
Dimana: At = jumlah A pada waktu t; A0 = jumlah awal A
b.      Ordo Reaksi Satu
Tipe  kerusakan  bahan  pangan  yang  mengikuti  kinetika  reaksi  ordo satu  adalah  ketengikan,  pertumbuhan  mikroba,  produksi  off-flavor  oleh
mikroba pada daging, ikan, unggas, kerusakan vitamin, dan penurunan mutu protein. Penurunan mutu orde reaksi satu artinya kecepatan penurunan mutu
yang tidak konstan dan digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: -dAdT = kA……………….persamaan 5
Untuk  menentukan  jumlah  kehilangan  mutu,  maka  dilakukan  integrasi terhadap persamaan:
At t
∫ dAA = -∫ kdt……………….persamaan 6
A0
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: ln At - ln Ao = -kt……………….persamaan 7
Dimana: At = jumlah A pada waktu t; A0 = jumlah awal A
3.      Metode Numerik
Metode numerik ini biasanya disebut dengan model sorpsi isotermis atau  pendekatan  kadar  air  kritis.  Umumnya  mekanisme  perpindahan  uap
pada  makanan  terkemas  merupakan  suatu  penyerapan  uap  air.  Untuk menggambarkan  laju  penyerapan  uap  air  suatu  produk  pangan  biasanya
menggunakan  alat  bantu  berupa  persamaan  matematika  yang  diharapkan bisa  memprediksi  umur  simpan  suatu  produk  pangan  tertentu.  Perpindahan
uap  air  melalui  kemasan  film  berhubungan  dengan  aktivitas  di  dalam kemasan Labuza, 1982.
Menurut  Labuza  1982,  pada  pendekatan  kadar  air  kritis,  model- model  persamaan  matematikanya  yang  digunakan  untuk  menentukan  umur
simpan produk pangan berdasarkan persamaan 8.
Keterangan:
A       : luas permukaan m
2
P
out
: tekanan uap air di luar pengemas mmHg P
in
: tekanan uap air di dalam pengemas mmHg
Berdasarkan  persamaan  8,  Labuza  1982  berhasil  merumuskan persamaan  umur  simpan  dengan  memperhitungkan  faktor  lingkungan,
pengemas, dan sifat fisik produk yang dapat dilihat pada persamaan 9.
Keterangan: t       = waktu yang diperlukan dalam kemasan untuk bergerak dari kadar air awal menuju kadar air kritis hari
Me    = kadar air kesetimbangan produk bk Mi     = kadar air awal produk bk
Mc    = kadar air kritis bk kx    = permeansi uap air kemasan gramharim
2
mmHg A      = luas permukaan kemasan m
2
Ws    = berat kering produk dalam kemasan g P
= tekanan uap jenuh mmHg b       = kemiringan kurva isotermik
E.     ANALISIS SENSORI
Analisis  sensori  atau  analisis  organoleptik  adalah  identifikasi, pengukuran  ilmiah,  analisis,  dan  interpretasi  dari  karakteristik  atribut