besarnya Rp.3.140,83. Pada atribut pendapatan pola status risiko serupa dengan atribut produksi dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur
diketahui masing-masing Rp.32.310,62 dan Rp.135.942,08. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa dampak risiko untuk atribut pendapatan lebih dirasakan
nelayan bagan pada musim timur. Hasil analisis dampak risiko pada alat tangkap rampus menunjukkan pola
yang lebih konsisten dibandingkan tiga jenis alat tangkap lain yang dikaji. Analisis terhadap atribut produksi, harga maupun pendapatan menujukkan bahwa
musim timur lebih dirasakan dampaknya oleh nelayan rampus dibandingkan musim barat. Pada atribut produksi nilai status risiko pada musim barat dan
musim timur masing-masing adalah 39,52 kg dan 53,39 kg. Nilai status risiko harga pada musim barat dan musim timur diketahui masing-masing Rp.3.253,66
dan Rp.4.697,44. Pada atribut pendapatan diketahui bahwa nilai status risiko masing-masing Rp.27.754,05 dan Rp.76.908,53 pada musim barat dan musim
timur.
4.3 Sikap Nelayan Terhadap Risiko
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa nilai PRT berbeda-beda diantara unit penangkapan Lampiran 9, 18, 27 dan 36. Fenomena yang juga menarik
adalah adanya perbedaan nilai PRT diantara masing-masing responden yang mengoperasikan alat tangkap yang sama.
Nilai PRT pada alat tangkap pancing berkisar antara 0,05-0,65 dengan rata- rata sebesar 0,32. Kisaran nilai PRT pada payang berkisar antara 0,05-0,17
dengan rata-rata sebesar 0,09. Rata-rata nilai PRT pada bagan adalah 0,53 dengan kisaran nilai antara 0,23 sampai 0,95. Untuk alat tangkap rampus nilai PRT
berkisar antara 0,18 hingga 0,39 dengan rata-rata 0,28. Jika mengacu pada hasil analisis, terlihat jelas bahwa mayoritas nelayan di Palabuhanratu cenderung
bersikap tidak mengambil risiko risk averter. Pengecualian untuk nelayan bagan yang umumnya bersifat risk taker.
Bobot Rating
Bobot x Rating 1 Kondisi demografis Palabuhanratu didominasi
0,05 2
0,10 penduduk yang bermata pencaharian di bidang
perikanan tangkap dan turunannya 2 Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu
0,08 3
0,24 masih potensial untuk dikembangkan terutama
untuk penangkapan di luar teluk Palabuhanratu 3 Minat nelayan untuk mengembangkan usaha
0,15 4
0,60 sangat besar
4 Terdapat beberapa lembaga keuangan dan 0,09
2 0,18
bank yang berlokasi di Palabuhanratu 5 Dukungan pemerintah terhadap penguatan
0,07 2
0,14 permodalan nelayan sudah ada
6 Kelembagaan nelayan sudah terbentuk 0,03
1 0,03
1 Nelayan di Palabuhanratu didominasi skala 0,04
2 0,08
kecil sehingga kurang efisien 2 Hasil tangkapan nelayan bersifat musiman
0,15 3
0,45 3 Nelayan mengalami kesulitan dalam akses
0,12 2
0,24 terhadap sumber permodalan terkait credit rationing
4 Sikap mental nelayan yang konsumtif dan bersifat 0,12
3 0,36
pragmatis 5 Aturan perundang-undangan untuk penguatan
0,10 4
0,40 modal tidak mempertimbangkan kondisi spesifik
kegiatan perikanan tangkap
1,00 KEKUATAN
KELEMAHAN Faktor-faktor Strategi Internal
TOTAL
4.4 Arah Kebijakan Aksesibilitas Permodalan Bagi Nelayan Skala Kecil