Jika diamati secara mendalam, penyebab risiko pada usaha perikanan tangkap skala kecil dapat dikelompokkan ke dalam 2 dua faktor berdasarkan
kondisi terjadinya risiko. Kedua kondisi tersebut adalah kondisi yang tidak dapat dikontrol uncontrolled dan kondisi yang dapat dikontrol controlled.
Perbedaan kedua kondisi tersebut berpengaruh pada metode penanganan atau penanggulangan risiko.
Yami 2001 mengemukakan bahwa hal penting yang perlu dilaksanakan untuk mencegah accident di laut adalah merubah pola fikir dan sikap nelayan,
penggunaan teknologi modern pada perikanan tradisional, kehati-hatian, pelatihan teknis serta pertimbangan gengsi. Hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah
risiko kecelakaan di laut diantaranya menentukan spesifikasi minimum kapal terkait dengan stabilitas kapal, penunjukan tenaga khusus keselamatan di atas
kapal, penetapan kebijakan pemerintah tentang keselamatan kerja di kapal, penyebaran informasi cuaca, penentuan yang diperuntukkan bagi nahkoda dan
ABK serta penggunaan alat keselamatan di kapal Rosenstock, 1997. Khusus untuk solusi penanganan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil
di Palabuhanratu pada sub bab berikut diulas alternatif-alternatif penanganan risiko.
5.1.1 Kondisi tidak terkontrol
Kejadian berisiko yang digolongkan kedalam kondisi tidak terkontrol disebabkan oleh faktor alam seperti angin kencang, gelombang besar, arus kuat,
sebaran ikan di perairan dan musim ikan. Solusi penanganan risiko kondisi tidak terkontrol umumnya hanya dapat dilakukan secara preventif. Beberapa solusi
penanganan risiko kondisi tidak terkontrol disajikan sebagai berikut:
1 Tidak beroperasi pada saat kondisi alam buruk
Pencegahan risiko kecelakaan akibat kondisi alam yang buruk dapat dihindari dengan tidak melakukan operasi penangkapan. Untuk meyakinkan hal
tersebut pihak-pihak terkait seperti PPN Palabuhanratu, syahbandar dan Polairud harus mengeluarkan larangan maupun peringatan terhadap nelayan.
Larangan ditetapkan jika kondisi alam benar-benar buruk sedangkan peringatan warning diberikan saat kondisi alam diprediksi masih akan
memburuk. Pemberian peringatan sebaiknya diberikan himbauan kepada nelayan agar tidak beroperasi relatif jauh dari fishing base.
2 Penyebaran informasi kondisi perairan
Informasi tentang kondisi perairan sangat dibutuhkan oleh nelayan untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan. Jenis informasi yang sangat
dibutuhkan diantaranya kecepatan angin, gelombang, arus dan informasi kondisi oseanografis lainnya. Instansi yang terkait adalah Badan Metereologi
dan Geofisika BMG Kabupaten Sukabumi dan PPN Palabuhanratu. BMG bertugas menganalisis data dan melakukan prediksi tentang kondisi perairan di
sekitar Palabuhanratu, sedangkan pihak PPN Palabuhanratu bertugas mensosialisasikan dan menyebarkan informasi dari BMG tersebut.
3 Penyebaran informasi keberadaan ikan
Keberadaan ikan dipengaruhi oleh kondisi perairan seperti arus, suhu, kesuburan perairan dan lainnya. Terkait dengan tujuan efisiensi penangkapan
dan menghindari risiko kegagalan penangkapan ikan maka nelayan membutuhkan informasi keberadaan ikan. Informasi keberadaan ikan
biasanya diperoleh dari nelayan lain dan melalui peta daerah penangkapan yang dikeluarkan oleh PPN Palabuhanratu. Peta tersebut merupakan prediksi
keberadaan ikan yang dibuat oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP. Kekurangan dari plot posisi tersebut adalah lokasinya yang jauh
sehingga tidak dapat dijangkau oleh nelayan skala kecil.
4 Penggunaan alat pendeteksi dan pengumpul ikan rumpon
Penggunaan alat pendeteksi maupun rumpon juga merupakan salah satu cara untuk efisiensi dan efektifitas upaya penangkapan. Alat pendeteksi dan
pengumpul ikan terutama sangat membantu dalam penangkapan dengan alat tangkap pancing dan payang. Penggunaan alat pendeteksi memang masih
terkendala oleh tipe armada penangkapan yang menyulitkan dalam pemasangan alat.
5.1.2 Kondisi terkontrol