Secara topografis wilayah Palabuhanratu mempunyai tekstur daerah yang kasar. Hal tersebut ditandai dengan kondisi daerah yang sebagian besar berbukit
dengan kemiringan 40 , berupa lereng pegunungan, dataran rendah yang sempit dan banyak didapat daerah aliran sungai. Kondisi topografis seperti demikian
merupakan ciri khas dari daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Ditinjau dari topografi dasar laut, kedalaman 200 m dari teluk tersebut dapat dijumpai hingga
jarak 300 m dari garis pantai. Bagian tengah Teluk Palabuhanratu merupakan lereng kontinental continental shelf dengan kedalaman mencapai 600 m.
Menurut Pariono 1988, sifat arus di Teluk Palabuhanratu berlawanan arah dengan arus laut di Samudera Hindia. Antara bulan Februari sampai Juni, arus
permukaan di selatan jawa bergerak ke arah timur sepanjang pantai Jawa, sedangkan arus di Samudera Hindia menuju ke arah barat. Kecepatan arus pada
bulan Februari sekitar 75 cmdetik. Kecepatan ini berkurang menjadi 50 cmdetik selama bulan April sampai Juni. Pergerakan arus pantai di selatan Jawa selama
Agustus cenderung mengarah ke barat dengan kecepatan 75 cmdetik. Kecepatan dan arah arus tersebut ternyata bersamaan dengan kecepatan dan arah arus di
Samudera Hindia. Sampai bulan Oktober, arah arus masih menuju ke barat dengan kecepatan 50 cmdetik.
Pasang surut di perairan Palabuhanratu bersifat campuran dominasi pasang surut ganda. Arus menyusur pantai pantai longshore current yang diakibatkan
gelombang berkisar antara 0,5 sampai 1 mdetik. Arah arus berubah sesuai dengan perubahan arah gelombang datang. Gelombang yang datang dari arah
barat mengakibatkan arah arus yang meyusur pantai bergerak ke utara dan arah gelombang dari barat daya menyebabkan arah arus pantai bergerak ke selatan.
2.7.2 Keadaan Umum Perikanan Laut
Fokus kegiatan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok. Keberadaan fasilitas perikanan
perikanan yang cukup besar di wilayah tersebut, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Palabuhanratu di Kecamatan Palabuhanratu dan Pangkalan
Pendaratan Ikan PPI Cisolok di Kecamatan Cisolok merupakan faktor penentu. Pemanfaatan sumberdaya ikan perairan laut di Kabupaten Sukabumi diduga baru
mencapai 36, sehingga peluang pengembangan perikanan tangkap di perairan ini masih besar apalagi untuk daerah lepas pantai dan ZEEI Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2005.
1 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Terminologi produksi perikanan laut adalah semua hasil penangkapan ikan atau binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan alami laut yang
diusahakan oleh perusahaan perikanan. Selama lima tahun terakhir 2002-2006, volume produksi perikanan di Palabuhanratu cenderung berfluktuasi. Volume
produksi tertinggi dicapai pada tahun 2005 sebesar 6.600.530 kg. Nilai tersebut meningkat 42,04 dibandingkan volume produksi tahun 2004. Adapun volume
produksi terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 2.890.118 kg Tabel 3. Meskipun volume produksi cenderung berfluktuasi namun nilai produksi
perikanan menunjukkan tren peningkatan. Nilai produksi perikanan laut di Palabuhanratu yang tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 32.550.912.620
meningkat 1,27 dibandingkan nilai produksi tahun 2005. Peningkatan nilai produksi paling drastis terjadi pada tahun 2005, dimana persentase peningkatan
nilai produksi mencapai 105,18 dibandingkan tahun 2004. Kondisi ini diduga disebabkan karena kenaikan harga BBM yang sempat terjadi beberapa kali dalam
selang waktu yang tidak lama sehingga harga-harga berbagai barang meningkat drastis, begitu pula dengan harga ikan. Nilai produksi terendah terjadi pada tahun
2002 sebesar Rp 9.885.365.315. Perkembangan volume dan nilai produksi selengkapnya tertera pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di
Palabuhanratu tahun 2002– 2006
Tahun Volume Ikan
Kg Perkembangan
Nilai Produksi Rp
Perkembangan 2002 2.890.118
- 9.885.365.315
- 2003 4.105.260
42,04 15.273.292.568
54,50 2004 3.367.517
-17,97 15.670.740.946 2,60
2005 6.600.530 96,00
32.153.934.823 105,18
2006 5.461.561 -17,25 32.550.912.620
1,23
Sumber : PPN Palabuhanratu 2007
2 Unit penangkapan ikan
Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan teknis yang saling terkait dan menunjang dalam operasi penangkapan yang terdiri dari alat tangkap, kapal
dan nelayan. Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu ditunjang oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan dengan jumlah relatif besar. Unit
penangkapan ikan tersebut meliputi jaring insang gillnet, jaring lingkar purse seine, payang, pancing, jaring angkat liftnet, dan jaring kantong bagnet.
Ditinjau dari segi metode pengoperasian alat tangkap, maka teknologi dan peralatan yang digunakan nelayan di Palabuhanratu masih tergolong tradisional.
Jangkauan operasi unit penangkapan pun masih terbatas di daerah pantai sehingga nelayan sangat tergantung pada sumberdaya di daerah pantai. Berdasarkan
catatan kantor PPN Palabuhanratu, keberadaan alat tangkap di wilayah Palabuhanratu cenderung meningkat selama periode 2002-2006, meskipun pada
tahun 2003 sempat mengalami penurunan. Penggunaan alat tangkap terbesar tercapai pada tahun 2006 yaitu 943 unit. Empat jenis alat tangkap yang dominan
digunakan nelayan di wilayah ini pada tahun 2006 adalah: 1 bagan 27,88, 2 pancing ulur 27,04, 3 payang 17,60 dan gillnet 9,96. Uraian tentang
perkembangan alat tangkap selama periode 2002-2006 disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu
tahun 2002 – 2006 Tahun
Jenis Alat Tangkap
2002 2003 2004 2005 2006 Payang
64 85 89 101 166
Pancing Ulur
204 168 203 162 255 Bagan
102 107 96 288 263 Gillnet
135 151 147 40 94 Purse Seine
1 3 8 7 2 Rawai
12 6 25 10 7
Tuna Long line
- 17 36 71 34 Rampus
- 11 48 26 46 Trammel net
39 - 27 23 31 Jaring Klitik
- -
22 14
- Pancing
Layur - - 17 74 25
Pancing tonda
20
Jumlah 557 548 718 816 943
Sumber : PPN Palabuhanratu 2007
LAIN 15,1
CKL 18,3
TYF 12,4
TBE 10,3
ETM 8,9
TL 8,3
TAA 9,3
TMB 6,8
LYR 4,1
RBN 3,9
PPR 2,6
Beragamnya jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berdampak pada jenis ikan hasil tangkapan yang diperoleh. Pada tahun 2006, jenis ikan hasil
tangkapan yang dominan diperoleh nelayan diantaranya cakalang Katsuwonus pelamis, yellow fin tuna, tuna big eye, eteman, tongkol lisong, tongkol abu-abu,
tembang Sardinella fimbrata, rebon Mysis sp, layur Trichiurus sp, dan peperek PPN Palabuhanratu, 2007. Prosentase hasil tangkapan ikan dominan
meliputi 84,93 dari total tangkapan tahun 2006 yang jumlahnya 5.461.561 ton Gambar 4.
Keterangan: CKL : cakalang TL
: tongkol lisong PPR : peperek TBE : tuna big eye RBN : rebon ETM : eteman TYF : tuna yellow fin
TMB : tembang TAA : tongkol abu-abu LYR : layur
Sumber : PPN Palabuhanratu 2007
Gambar 4 Jenis ikan yang ditangkap nelayan di Palabuhanratu pada tahun 2006. Kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan
lainnya dan merupakan modal terbesar yang ditawarkan pada usaha penangkapan ikan. Kapal penangkap ikan berguna sebagai wahana transportasi yang membawa
seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil
tangkapan yang diperoleh. Ada dua jenis kapal atau perahu yang digunakan nelayan di Palabuhanratu
yaitu perahu motor tempel PMT dan kapal motor KM. Kedua jenis kapal tersebut terbuat dari material kayu. Perahu motor tempel menggunakan motor
tempel outboard engine yang diletakkan di bagian luar kapal, umumnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena harga
perahu yang relatif terjangkau. Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal inboard engine. Umumnya kapal motor digunakan
untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar. Perkembangan
jumlah kapalperahu di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perkembangan jumlah perahu atau kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006
Jenis Perahu atau Kapal Perikanan Kapal Motor GT
Tahun Perahu
Motor Tempel
10 11 - 20
21 – 30 30
Jumlah Unit
2002 317 106 3 13 13 452 2003 253 106 3 8 11 381
2004 266 111 4 10 13 404 2005 428 124 9 28 68 657
2006 511 153 4 53 77 798
Sumber : PPN Palabuhanratu 2007
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2006
dengan komposisi PMT sebanyak 511 unit 64 dan kapal motor sebanyak 287 unit 36, sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2003 dengan
komposisi PMT sebanyak 253 unit 66,40 dan kapal motor sebanyak 128 unit 33,60.
Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan
dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan yang ada di wilayah Palabuhanratu dapat dikategorikan sebagai nelayan asli dan nelayan
pendatang. Nelayan asli adalah penduduk setempat yang telah turun temurun berprofesi sebagai nelayan sedangkan nelayan pendatang adalah penduduk yang
berasal dari wilayah lain yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan pendatang umumnya berasal dari Cirebon, Cilacap, Cidaun, Binuangen dan Indramayu.
Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokkan menjadi nelayan penuh dan sambilan. Nelayan penuh merupakan nelayan yang
sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan sambilan adalah
nelayan yang hanya pada waktu-waktu tertentu saja melakukan pekerjaan menangkap ikan.
Selain dikotomi seperti di atas, nelayan Palabuhanratu juga dapat dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang
memilki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Adapun nelayan buruh adalah orang yang bekerja kru atau anak buah kapal ABK diatas kapal.
Juragan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1 Juragan laut adalah pemilik armadaperahu penangkapan yang ikut dalam
operasi penangkapan. 2 Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak
ikut dalam operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 2002-2006 cenderung
meningkat setiap tahunnya. Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi pada tahun 2006 sebesar 4.371 jiwa, jumlah ini meningkat
sebesar 25 dari tahun sebelumnya yang berjumlah 3.498 jiwa. Data lengkap mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan jiwa di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2002 – 2006 Tahun
Nelayan Jiwa Perkembangan
2002 2.519 -
2003 3.340 33,0 2004
3.439 3,0
2005 3.498
2,0 2006 4.371 25,0
Sumber : PPN Palabuharatu 2007
3 Daerah penangkapan ikan, musim dan iklim Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan Palabuhanratu
umumnya dilakukan di sekitar perairan artisanal di bawah 3 mil terutama disekitar perairan yang membentuk satu kawasan teluk seperti Teluk
Palabuhanratu, Teluk Ciletuh, serta beberapa teluk yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kedua teluk tersebut.
Penentuan daerah penangkapan ikan fishing ground biasanya dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya dimana
banyak diperoleh hasil tangkapan, dan juga disesuaikan dengan ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan. Hampir semua kapal dengan ukuran 10 GT
dan perahu motor tempel melakukan aktivitas penangkapan di sekitar Teluk Palabuhanratu. Informasi detail tentang lokasi penangkapan ikan disajikan pada
Tabel 7. Tabel 7
Daerah penangkapan ikan DPI beberapa alat tangkap ikan di Palabuhanratu
No Jenisukuran kapal
Jenis alat tangkap Daerah Penagkapan Ikan
Payang Teluk Palabuhanratu
Pancing Teluk Palabuhanratu
Rampus Teluk Palabuhanratu
Jaring klitik Teluk Palabuhanratu
1 Perahu motor
tempel Trammel net
Teluk Palabuhanratu Purse seine
Teluk Palabuhanratu Bagan Teluk
Palabuhanratu, Ujung Genteng
Gillnet Ujung Genteng, Cidaun,
Ujung Kulon perairan selatan Jawa
2 Kapal Motor
10 GT Pancing Teluk
Palabuhanratu, Ujung Genteng
Gillnet Sumatera, Jawa Tengah
3 Kapal Motor
11-21 GT Rawai tuna
Sumatera Gillnet
Sumatera, Jawa Tengah 4
Kapal Motor 21-30 GT
Rawai tuna Sumatera
Gillnet Sumatera, Jawa Tengah
Rawai tuna Sumatera, Jawa Tengah
5 Kapal Motor
30 GT Tuna longline
Samudera Hidia
Sumber : PPN Palabuhanratu 2005
Operasi penangkapan ikan dengan payang, pancing, rampus, jaring klitik dan trammel net yang menggunakan perahu motor tempel menjadikan Teluk
Palabuhanratu sebagai fishing ground sewaktu melakukan penangkapan ikan. Kapal motor dengan dimensi 10 GT mulai memperlebar jangkauan daerah
penangkapan ikan DPI hingga ke daerah Ujung Genteng, Ujung Kulon dan Cidaun. Kapal motor dengan ukuran 11-30 GT mempunyai jangkauan DPI yang
lebih jauh, beberapa diantaranya dapat melakukan operasi penangkapan hingga Perairan Sumatera, Jawa Tengah bahkan Samudera Hindia.
Berdasarkan data klimatologi stasiun Maranginan Palabuhanratu, musim hujan di Palabuhanratu berlangsung dari bulan November sampai April. Sekitar
71 curah hujan tahunan dalam periode tersebut mencapai 1.662 mm dan rata- rata curah hujan bulanan mencapai 192 mm. Curah hujan tahunannya termasuk
besar yaitu sebesar 2.565 mm dan rata-rata bulanan berkisar 84-376 mm. Hampir setiap bulan di Palabuhanratu terjadi hujan.
Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 25,8 °C sampai 28,8°C.
Kawasan Palabuhanratu mempunyai iklim Monsoon dan pola angin di sekitar Palabuhanratu dipengaruhi oleh musim tersebut, yaitu musim barat selama bulan
November-Maret dan musim timur pada bulan Mei-September. Kecepatan angin berkisar antara 4,4-23,5 kmjam. Kecepatan angin cukup kencang 20 kmjam
bertiup pada bulan-bulan Agustus-Desember. Secara keseluruhan angin dominan bertiup dari tenggara 22,6 dan barat 13,6 . Bila dipilah menurut bulannya,
angin dominan bertiup dari arah barat dan barat laut Januari, dari barat laut Februari, barat laut Maret, dari tenggara April-Oktober, dari tenggara dan
barat November, dan barat laut Desember. Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu sangat dipengaruhi
oleh kondisi musim. Selain musim timur dan musim barat di kawasan tersebut dikenal musim peralihan, yaitu peralihan dari musim barat ke musim timur dan
dari musim timur ke musim barat. Penduduk setempat menyebut keadaan demikian dengan sebutan musim liwung.
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi dengan angin yang sangat kencang disertai dengan
ombak yang besar, hal ini menyebabkan pada musim ini biasanya sebagian besar nelayan tidak berangkat melaut dengan alasan kemanan, kalaupun terdapat kapal
yang beroperasi jumlahnya tidak banyak dan daerah penangkapan yang dituju pun terbatas di fishing ground yang tidak terlalu jauh. Kondisi tersebut wajar
dilakukan oleh nelayan setempat khususnya nelayan tradisional, karena unit penangkapan ikan yang mereka miliki cenderung berukuran sedang sampai kecil.
Lain halnya dengan musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai September, keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan
ombak yang relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut dan biasanya pada musim timur ini merupakan musim puncak ikan. Kelimpahan ikan
pada bulan-bulan tersebut diduga akibat adanya upwelling yang terjadi pada perairan di Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya yang menyebabkan kesuburan
perairan oleh plankton yang pada posisinya di ekosistem adalah sebagai produsen, karena pada musim timur gerakan arus air laut datang dari arah timur menuju ke
barat sehingga mengakibatkan pada musim timur arus air bergerak menjauh dari pulau dan terjadi kekosongan massa air di daerah tersebut, kemudian air dari
bawah naik ke atas sehingga terjadi upwelling PPN Palabuhanratu, 1999.
4 Sarana dan prasarana Dukungan terhadap kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu
diwujudkan dalam bentuk penyediaan prasarana berupa pelabuhan perikanan bertipe B yang lazim dikenal dengan istilah pelabuhan perikanan nusantara PPN.
Prasarana ini diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan DKP.
PPN Palabuhanratu didirikan pada tahun 1992 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. PPN Palabuhanratu merupakan salah
satu unit pelaksana teknis UPT Departemen Kelautan dan Perikanan, yang diresmikan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 13 Februari 1993. Selama
proses pembangunan PPN Palabuhanratu, diperoleh bantuan dari Asian Development Bank ADB dan Islamic Development Bank ISDB.
Tujuan dari pembangunan pelabuhan perikanan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha perikanan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan melalui pemberian kemudahan beraktivitas yang diharapkan pula akan
memberikan multiplier effect dan sekaligus pusat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan SDI dan untuk menjaga kelestarian SDI serta lingkungannya.
Seiring dengan perkembangan usaha perikanan yang terjadi di lapangan telah tumbuh permasalahan sebagai akibat dari usaha yang berkembang tersebut, maka
untuk meningkatkan kinerjanya PPN Palabuhanratu telah mengadakan perluasan kolam dan dermaganya untuk mengakomodir dan membantu masyarakat
perikanan sesuai fungsi dan peranannya PPN Palabuhanratu, 2005. Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas pokok, fasilitas
fungsional dan fasilitas penunjang.
1 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 2 buah
dermaga; 2 kolam pelabuhan dengan kedalaman masing-masing -3 m – -4 m dan -6 m- -8 m. Kolam pertama dengan kedalaman -3 m – -4 m
disediakan untuk jenis kapal yang berukuran kurang dari 30 Gross Tonase GT, seperti kapal congkreng, payang, dan diesel, sedangkan kolam kedua
dengan ukuran kedalaman -6 m – -8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran lebih dari 30 GT seperti longline dan gillnet ; dan dua bagian
bangunan break water.
Gambar 5 Darmaga untuk tambat labuh di PPN Palabuhanratu
2 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang
tersedia di PPN Palabuhanratu antara lain tempat pelelangan ikan, balai pertemuan nelayan, kantor pelabuhan perikanan, gedung utility, rumah pompa,
tangki air bersih, tangki BBM, tempat perbaikan jaring, gardu jaga dan lahan pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat, pembongkaran, perbekalan
dan logistik kapal, perbaikan serta area industri perikanan.
Gambar 6 Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu.
3 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang tersedia di PPN
Palabuhanratu antara lain pasar ikan seluas 352 m
2
, 7 buah rumah operator, dan guest house seluas 150 m
2
. 2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan sub sektor perikanan telah banyak dilakukan di Palabuhanratu. Bahkan wilayah ini merupakan area favorit
untuk melakukan penelitian oleh mahasiswa maupun lembaga penelitian lainnya karena aksesibilitas dan kompleksnya permasalahan yang ditemui.
Sepengetahuan penulis penelitian tentang risiko usaha perikanan tangkap belum
pernah dilakukan di Palabuhanratu. Berdasarkan hasil inventarisasi topik penelitian yang kebanyakan diambil terkait teknis alat tangkap, manajemen, dan
ekonomi Tabel 8.
3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai
Maret 2007 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Gambar 7. Penetapan Kecamatan Palabuhanratu sebagai area penelitian didasarkan pada
pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan salah satu basis kegiatan penangkapan ikan di wilayah selatan Jawa serta usaha perikanan tangkap yang ada
didominasi skala usaha kecil.
Gambar 7 Peta lokasi penelitian.
3.2 Peralatan Pendukung