Cooperative Learning CL Collaborative Learning CbL
28 kelompok memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing.
Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Sedangkan menurut Slavin 2005: 10, pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa
siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja
sama dalam kelompok. Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan
Mempersiapkan peserta didik. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2: Present information Menyajikan informasi.
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize students into learning teams
Mengorganisasikan peserta didik ke dalam tim-tim belajar.
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar. Membantu tim-tim belajar selama peserta
didik melaksankan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi.
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau
penghargaan. Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
Sumber: Agus Suprijono, 2013: 65
29 Agus Suprijono 2013: 65 menjelaskan bahwa sintaks model
pembelajaran kooperatif terdiri dari enam komponen utama 6 fase, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1. Fase pertama guru mengklarifikasi maksud pembelajaran
kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dalam pembelajaran. Fase kedua guru menyampaikan
informasi sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar, sehingga sejumlah
elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok.
Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada
fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, atau pengarahan. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi
yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru
mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik. Slavin dalam Wina Sanjaya, 2009: 242, mengemukakan dua alasan
yang menjadi penyebab pembelajaran kooperatif dianjurkan para ahli untuk digunakan, yaitu 1 beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri, dan 2 pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.