80
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pendistribusian dan pemanfaatan, pemeliharaan, dan penghapusan
sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman, serta hambatan- hambatan dan solusi dalam kegiatan pengelolaan disajikan pada setiap kegiatan
pengelolaan. Data diperoleh dari wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil penelitian dipaparkan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman dilaksanakan bersama dengan perencanaan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan keseluruhan. Kegiatannya diawali dengan melakukan rapat perencanaan, melakukan analisis kebutuhan, menentukan skala prioritas
pengadaan, pembentukan panitia pengadaan, dan pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang akan diadakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 16 Januari 2015 bahwa, “Dalam perencanaan sarana dan prasarana olahraga ini perencanaan
pengadaan, analisis kebutuhannya, penentuan skala prioritas, dan pembentukan panitia pengadaan dilakukan bersamaan dengan perencanaan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan secara keseluruhan, yang salah satu didalamnya ada perencanaan pengadaan sarana atau pun prasarana
olahraga”. Dikarenakan sekolah telah bersedia untuk menyelenggarakan kelas khusus
olahraga, maka sekolah harus sudah memenuhi berbagai persyaratan sebagai penyelenggara kelas khusus olahraga, salah satu di antaranya yaitu fasilitas
olahraga yang dimiliki oleh sekolah, sehingga perlu adanya perencanaan mengenai sarana dan prasarana olahraga kelas khusus olahraga. AS sebagai
81 wakasek sarana SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 28 Januari 2015
mengungkapkan bahwa , “rapat perencanaan secara khusus sarana dan prasarana
olahraga tidak ada, akan tetapi menjadi satu dengan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan secara umum, rapat perencanaan biasanya dilaksanakan
sebelum tahun pelajaran baru berjalan, waktu liburan sekolah melaksanakan rapat kebutuhan”.
Rapat perencanaan ini dilaksanakan pada awal tahun pelajaran baru, tepatnya sebelum tahun pelajaran baru tersebut dimulai, yang diikuti oleh kepala
sekolah, bendahara sekolah, bagian sarana, dan para guru yang membutuhkan sarana maupun prasarana pendidikan. Sebelum diadakan rapat perencanaan
dilaksanakan para guru-guru yang membutuhkan sarana maupun prasarana pendidikan biasanya sudah menentukan kebutuhannya masing-masing, yang
kemudian kebutuhan tersebut disampaikan pada rapat perencanaan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada
tanggal 16 Januari 2015, yaitu “biasanya sebelum diadakan rapat para guru-guru
maupun guru PJOK juga sudah menentukan apa yang menjadi kebutuhannya, yang kemudian kebutuhan tersebut diajukan kepada wakil kepala sekolah urusan
sarana”. Hasil wawancara dengan AS sebagai wakasek sarana SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 29
Januari 2015 bahwa, “setelah masuk tahun pelajaran baru hasil rapat kebutuhan tersebut diajukan kepada Wakasek Sarana, dan
diseleksi oleh bendahara mana, yang prioritas dan sangat dibutuhkan, yang disesuaikan dengan anggaran dana. Kegiatan kita pada rapat ini konsultasi-
konsultasi saja bersama-sama.
82 Analisis kebutuhan sarana dan prasarana olahraga diserahkan kepada
pengelola dan guru PJOK untuk memberikan masukan-masukan dan mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang guru perlukan untuk menunjang
kebutuhan pembelajaran penjasorkes serta untuk latihan kelas khusus olahraga. Berdasarkan hasil wawancara dengan S sebagai pengelola sarana dan prasarana
olahraga SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 13 Januari 2015, bahwa pengelola menganalisis kebutuhan sarana olahraga yaitu,
“Melihat prioritas, skala prioritas mana yang sangat dibutuhkan. Untuk itu karena KKO unggulannya adalah sepakbola dan bola voli, minimal
sepakbola dan voli lengkap alatnya, baik itu lapangan maupun alatnya dan yang lain-lain. Serta paling tidak kita sesuaikan, paling tidak standarlah.
Kalau untuk pelajaran olahraga juga sama, karena alat-alat olaharaga yang digunakan sama. Jadi alat-alat yang diperlukan harus sesuai dengan
unggulan. Contoh sepakbola, bolanya harus standar jumlah anak, paling tidak memiliki bola yang banyak. Sehingga frekuensi latihan untuk
anaksiswa cukup aktif. Misalnya bola sepak, kita minimal harus punya 15- 20 bola itu harus ada. Katakanlah anak 1 iya harus pegang bola 1. Bola voli,
bola basket juga sama seperti itu”. Analisis kebutuhan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman
menurut YS sebagai kepala sekolah pada tanggal 16 Januari 2015 yaitu, “Untuk analisis kebutuhan alat-alat olahraga kita serahkan kepada guru yang
bersangkutan yang menentukan. Untuk prasarana olahraganya kita melihat dari kebutuhan juga, misalnya kita tidak mempunyai lapangan sepakbola,
maka guru memberikan masukan kepada bagian wakasek sarana dan wakasek sarana berkonsultasi dengan saya dan juga bendahara untuk
mempertimbangkan usulan tersebut. Berhubung sepakbola ini juga ada dalam mata pelajaran, maka mau tidak mau kita harus ada mengadakan
praktik sepakbola di lapangan terlebih di sini ada KKO dengan unggulan sepakbola juga, jadi lapangan sepakbo
la tersebut memang dibutuhkan”. Dari dua pendapat di atas terlihat bahwa dalam proses analisis kebutuhan
sarana atau alat-alat olahraga diberikan langsung kepada pengelola dan guru PJOK yang menentukan, dalam pelajaran penjasorkes dan untuk latihan kelas
khusus olahraga butuh apa saja. Pengelola dan guru PJOK menentukannya dengan
83 melihat kebutuhan yang disesuaikan dengan kebutuhan KKO unggulan,
kecabangan, dan pelajaran penjasorkes. Dengan target minimal sekolah mempunyai alat-alat olahraga yang standar. Analisis kebutuhan untuk prasarana
lapangan olahraga dilihat dari segi kebutuhan juga. Sebagai contoh yang telah dipaparkan oleh kepala sekolah di atas, yaitu sekolah kekurangan lapangan
sepakbola, sedangkan KKO unggulan sekolah salah satunya adalah sepakbola dan ada di dalam pelajaran penjasorkes, maka sekolah harus mempunyai lapangan
sepakbola. Artinya lapangan sepakbola tersebut memang benar-benar dibutuhkan oleh KKO maupun untuk pelajaran penjasorkes untuk latihan sepakbola.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh AS sebagai wakasek sarana SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 29 Januari 2015 dalam proses analisis kebutuhan
sarana dan prasarana olahraga dilihat dari, “Analisis kebutuhannya setelah pendataan secara keseluruhan, dan setelah
kita menerima masukan-masukan dari para guru terkait sarana, kita kumpulkan dan kita programkan. Proses analisisnya guru PJOK mengisi
draft permintaan, disesuaikan dengan kebutuhannya untuk olahraga apa,
kurang apa, perlunya apa”. Penentuan skala prioritas pengadaan sarana dan prasarana olahraga dilihat
dari kebutuhan sekolah yang sangat mendesak. Seperti yang dikemukakan oleh S sebagai pengelola sarana dan prasarana olahraga SMP Negeri 3 Sleman pada 13
J anuari 2015 yaitu, “melihat dari kebutuhan kita yang sangat mendesak”.
Sebagaimana yang dikemukan oleh YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 16 Januari 2015 penentuan skala prioritas pengadaan sarana dan
prasarana olahraga bahwa,
84 “Penentuan skala prioritas untuk diadakannya alat-alat olahraga kita lihat
dari anggaran dananya, dan kita lihat juga keadaan alat-alat tersebut apakah masih bisa diperbaiki ataupun harus diadakan. Apabila harus diadakan kita
melihat juga apakah alat tersebut frekuensinya harus selalu digunakan artinya dilihat dari tingkat kepentingannya juga. Prasarana seperti lapangan,
penentuan skala prioritasnya yaitu dilihat dari anggaran dana dan dilihat dari kepentingannya
”. Ungkapan lain menurut AS sebagai wakasek sarana SMP Negeri 3 Sleman
pada tanggal 29 Januari 2015 bahwa, “penentuan skala prioritas pengadaan ditentukan oleh dana yang tersedia dan disesuaikan dengan tingkat
kepentingannya, yang menyeleksinya bendahara dan kepala sekolah, karena disesuaikan dengan
dana”. Berdasarkan ungkapan dari ketiga informan di atas, terlihat bahwa dalam
penentuan skala prioritas pengadaan sarana dan prasarana olahraga ditentukan oleh kebutuhan yang sangat mendesak dan ditentukan oleh dana yang tersedia.
Penentuan skala prioritas saranaalat-alat olahraga dilihat dari anggaran dana yang tersedia, dan melihat keadaan fisik dari alat-alat olahraga tersebut, yaitu dilihat
apakah alat-alat olahraga tersebut masih bisa diperbaiki atau tidak. Apabila tidak dapat diperbaiki maka dilaksanakan pengadaan. Penentuan skala prioritas
pengadaan prasarana olahraga dilihat dari anggaran dana yang tersedia juga serta melihat kepentingan prasarana tersebut terhadap pembelajaran penjasorkes dan
untuk latihan KKO. Penyeleksian penentuan skala prioritas pengadaan tersebut dilakukan oleh bendahara sekolah dan kepala sekolah. Dengan cara menyesuaikan
anggaran dana yang tersedia, dan berdasarkan kebutuhan yang mendesak.
85 Pendataan semua sarana dan prasarana olahraga dilaksanakan pada sebelum
awal tahun pelajaran baru berjalan, pendataan ini dilakukan oleh pengelola dan guru PJOK. Akan tetapi pendataan ini tidak pasti pada sebelum awal tahun
pelajaran baru berjalan dilaksanakan pendataan, karena pendataan ini tergantung dengan pengelola dan guru PJOK kapan akan melaksanakannya. Seperti yang
diungkapkan oleh YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 16 Januari 2015, “pendataan semua sarana dan prasarana olahraga dilakukan setiap
awal tahun pelajaran, akan tetapi itu yang mengurusi pengelola dan guru PJOK, tergantung mereka kapan akan mendatanya”. Pendapat yang sama diungkapkan
oleh S sebagai pengelola sarana dan prasarana olahraga SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 13 Januari 2015 yaitu, “pendataan semua sarana dan prasarana
olahraga biasanya dilakukan pada awal tahun pelajaran baru. Akan tetapi sekarang ini kami sedang melakukan pendataan, karena kebetulan kami mendapat bantuan
alat- alat olahraga dari Dikpora Sleman”.
Tujuan dilakukannya pendataan semua sarana dan prasarana olahraga ini adalah untuk mengetahui keberadaan dan keadaan sarana dan prasarana olahraga
apa yang perlu diperbaiki dan apa yang perlu diadakan dalam perencanaan pengadaan. Kemudian hasil pendataan tersebut akan menunjukkan apa saja
kebutuhan yang akan diperbaiki dan yang perlu diadakan. Seperti yang diungkapkan oleh AS sebagai wakasek sarana SMP Negeri 3 Sleman pada 29
Januari 2015 bahwa, “hasil pendataan akan menunjukkan alat-alat apa saja yang akan diperbaiki dan alat-
alat apa saja yang akan diadakan”. Setelah diketahui hasil dari pendataan tersebut, sudah diidentifikasi apa yang akan diperbaiki dan apa
86 yang perlu diadakan maka dikonsultasikan dengan kepala sekolah, bagian sarana
dan guru-guru yang berkaitan untuk dipersilahkan memberikan masukan apa yang akan dibutuhkan pada tahun pelajaran berikutnya terkait sarana. Pendapat tersebut
senada dengan ungkapan AS sebagai wakasek sarana pada tanggal 29 Januari 2015 bahwa, “hasil pendataan tersebut dikonsultasi dengan kepala sekolah sama
guru-guru yang berkaitan dengan sarpras kita persilahkan untuk memberikan masukan”.
Penyeleksian terhadap saranaalat-alat olahraga yang masih dapat dimanfaatkan di SMP Negeri 3 Sleman menurut AS sebagai wakasek sarana SMP
Negeri 3 Sleman pada tanggal 29 Januari 2015, “kita melihatnya dari keadaan
alat-alatnya, apabila keadaan alat-alat olahraga masih bagus dan layak digunakan maka belum perlu pengadaan sekarang, mungkin diperbaiki
”. Pendapat yang sama diungkapkan juga oleh YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 16
Januari 2015 yaitu, “melihat kelayakan alat-alatnya misalkan bola, bola bocor apabila masih bisa diservis tambal, maka bola tersebut masih bisa dimanfaatkan.
Kalau untuk prasarana lapangan juga sama seperti itu ”. Dari ungkapan dua
informan di atas, terlihat bahwa prosedur penyeleksian alat-alat olahraga yang masih dapat dimanfaatkan dilihat dari kelayakan alat-alat olahraga. Apabila alat-
alat olahraga masih layak digunakan, nanum harus diperbaiki, maka alat-alat olahraga tersebut belum perlu diadakan untuk saat itu, akan tetapi diperbaiki
terlebih dahulu. Penyeleksian prasarana lapangan olahraga yang masih dapat dimanfaatkan tidak ada kriteria layak atau tidak layak digunakan, seperti yang
diungkapkan oleh S sebagai pengelola sarana dan prasarana olahraga SMP Negeri
87 3 Sleman pada t
anggal 13 Januari 2015 yaitu, “Kalau prasarana lapangan layak tidak layak tetap kita gunakan, seperti lapangan bulutangkis itu sudah bolong-
bolo ng tetap digunakan, karena tidak ada lapangan lagi”.
Prosedur pengajuan kebutuhan sarana dan prasarana olahraga yaitu pengelola dan guru PJOK mengisi draf permintaan atau membuat catatan-catatan
kecil kepada wakasek sarana. Sebagaimana yang diungkapkan oleh S sebagai pengelola sarana dan prasarana olahraga SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 13
Januari 2015 yaitu, “kita mengajukan ke bagian sarana. Bisa dengan pengisian draf permintaan atau sekedar catatan-
catatan kecil saja”. Kemudian wakasek sarana memprogramkan, yang selanjutnya diserahkan kepada bendahara dan
kepala sekolah untuk diseleksi. Hal tersebut senada dengan ungkapan AS sebagai wakasek sarana SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 29 Januari 2015 bahwa,
“pengajuan kebutuhan para guru-guru mengisi draft permintaan kepada Wakasek Sarana. Selanjutnya wakasek sarana menyerahkan kepada bendahara untuk
diseleksi sesuai dengan dana yang ada”. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 16 Januari 2015
bahwa, “pengajuan kebutuhan para guru-guru mengisi draft permintaan kepada Wakasek Sarana. Selanjutnya wakasek sarana menyerahkan kepada bendahara
untuk diseleksi sesuai dengan dana yang ada”. Panitia pengadaan sarana dan prasarana olahraga seperti yang diungkapkan
oleh YS sebagai kepala SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 16 Januari 2015 bahwa, “panitia pengadaannya bersamaan dengan panitia pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan secara keseluruhan ”. Menurut AS sebagai wakasek sarana
88 SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal 29 Jan
uari 2015, “panitianya menjadi satu dengan panitia sarana dan prasarana pendidikan secara keseluruhan. Biasanya
bagian sarpras, kepsek, dan bendahara, serta guru yang berkaitan, misal olahraga, ada guru PJOK terlibat, misal pengadaan buku-buku perpus, pihak perpus
dilibatkan”. Apabila akan membeli atau mengadakan alat-alat olahraga maka guru PJOK diikut sertakan dalam panitia pengadaan tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh S sebagai pengelola sarana dan prasarana olahraga SMP Negeri 3 Sleman pada tanggal
13 Januari 2015 bahwa, “kalau pengadaan alat-alat olahraga saya selalu terlibat
”. Panitia pengadaan dengan dibantu oleh guru PJOK saat akan melaksanakan pengadaan atau pembelian alat-alat olahraga selalu
melakukan pengecekan dan mencoba alat-alat olahraga yang akan diadakan supaya sesuai dengan kebutuhan yang sedang diperlukan, seperti ungkapan AS
sebagai wakasek sarana SMP N 3 Sleman pada tanggal 29 Januari 2015 yaitu, “Dalam pembeliannya sekolah selalu melibatkan guru yang terkait. Contohnya
tahun ajaran ini sekolah pengadaan alat-alat olahraga, sekolah melibatkan bapak Setya selaku pengelola dan guru PJOK. Karena mereka yang tahu kualitas yang
seperti apa yang dibutuhkan”.
2. Pengadaan