Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga

39 kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan dan perlengkapan pengajaran tersebut keadaannya istimewa H.M. Daryanto, 2010: 51. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan atau manajemen sarana dan prasarana pendidikan sangat penting dan diperlukan guna mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Tujuan adanya pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dengan dana yang efisien, mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien, dan mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai.

3. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga

Kegiatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana olahraga adalah merujuk pada kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan secara umum, hanya saja spesifik ke sarana dan prasarana olahraga. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsuki 2013: 182 manajemen fasilitas olahraga ialah proses perencanaan, pengadministrasian, koordinasi, dan penilaian pelaksanaan harian dari fasilitas olahraga. Tomoliyus 2010: 4 mengemukakan bahwa sarana dan prasarana olahraga perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses berlatih, melatih, dan pertandingan. Pengelolaan tersebut dimaksudkan adalah untuk memberikan layanan secara profesional agar dalam menggunakan sarana dan prasarana olahraga berjalan dengan efektif dan efisien. Tomoliyus 2010: 4 menambahkan bahwa proses pengelolaan prasarana olahraga yaitu mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan, dan pengawasan. 40 Sehubungan dengan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas tentang kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di atas merujuk dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Hartani 2011: 136 kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dimulai dari: perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan berbagai macam properti pendidikan yang dimiliki oleh institusi pendidikan. Suharno 2008: 30 menambahkan hal yang sama bahwa kegiatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Hal yang sama juga disebutkan oleh B. Suryosubroto 2004: 115 bahwa manajemen sarana dan prasarana meliputi lima hal yakni: penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencatatanpengurusan, dan pertanggungjawaban. Menurut Eka Prihatin 2011: 57, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan. Ary H. Gunawan 1996: 116 menambahkan hal yang sama bahwa dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi kegiatan: perencanaan pengadaan barang, prakualifikasi rekanan, pangadaan barang, penyimpanan, inventarisasi, penyaluran, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan dan penyingkiran, serta pengendalian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yaitu meliputi: 41 perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pendistribusian, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan penghapusan.

a. Perencanaan

Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan tergantung pada jenis program pendidikan dan tujuan yang ditetapkan. Perencanaan ini mencakup: perencanaan pengadaan tanah untuk gedungbangunan sekolah, perencanaan pengadaan bangunan, perencanaan pembangunan, dan perencanaan pengadaan perabot dan perlengkapan pendidikan Eka Prihatin, 2011: 59. Hartati Sukirman 2002 menyebutkan bahwa di dalam langkah pengadaan ini mencakup pula langkah perencanaan sarana prasarana, dan proses perencanaan pengadaan perlengkapan tidak mudah, karena harus dilakukan secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi sekolah tersebut Tatang M. Amirin dkk, 2011: 79. Perencanaan yang baik tentunya berdasarkan analisis kebutuhan dan skala prioritas yang disesuaikan dengan dana dan tingkat kepentingannya. B. Suryosubroto 2004: 115 mengemukakan hal yang sama bahwa sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain terlebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada. Dengan demikian baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah. Ary H. Gunawan 1996: 117, perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan, dan penentuan skala prioritas bagi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya untuk dilaksanakan yang sesuai dengan tersedianya dana 42 dan tingkat kepentingannya. Menurut A.L. Hartani 2011: 143, manajemen perencanaan dan pengadaan kebutuhan alat pelajaran melalui tahapan sebagai berikut : 1 mengadakan analisis terhadap materi pelajaran 2 mengadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat yang mendesak pengadaannya, 3 mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada, 4 melakukan seleksi terhadap alat pelajaran atau media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak, 5 mencari dana apabila belum ada, dan 6 menunjuk bagian pengadaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan pengadaan alat. Merencanakan fasilitas olahraga, menurut Harsuki 2013: 199, ada dua prinsip yang berhubungan dengan manajemen fasilitas olahraga, yaitu: 1 fasilitas olahraga dibangun sebagai hasil dari kebutuhan dan program masyarakat, dan 2 perencanaan bersama adalah sangat esensial untuk merancang dan membangun fasilitas yang bermutu. Adapun tahapan perencanaan dan pengadaan fasilitas olahraga menurut Harsuki 2013: 200, setelah menentukan kebutuhan melalui studi penilaian kebutuhan, kemudian dilakukan studi kelayakan yaitu untuk mengidentifikasi biaya yang berkenaan dengan proyek misal jangka panjang atau jangka pendek, pengoperasian, pemeliharaan dan pembiayaan; lokasi yang potensial; kelayakan legalitas akte, kepemilikan, dan kemudahan. Informasi ini kemudian diserahkan kepada desain dari master plan atau rencana pembangunan yang akan mengidentifikasi kebutuhan organisasi dan prioritas yang akan diambil. 43 Harsuki 2013: 200 menambahkan prinsip dan garis besar untuk perencanaan fasilitas olahraga yaitu: 1 fasilitas olahraga harus dirancang terutama bagi peserta didik dan kelompok pengguna, 2 fasilitas olahraga harus dirancang untuk penggunaan secara bersama dengan mempertimbangkan pola dan arah secara potensial, 3 semua perencanaan harus didasarkan pada tujuan bahwa pengenalan lingkungan baik fisik maupun nonfisik haruslah aman, terjamin, menarik, nyaman, bersih, praktis, dapat dijangkau, dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individu, 4 fasilitas olahraga haruslah ekonomis dan mudah untuk dioperasikan, dikontrol, dan dipelihara, 5 perencanaan fasilitas olahraga harus berjangka panjang penggunaannya, dan termasuk kesanggupan untuk menyesuaikan, mudah diubah, dan diperluas guna memenuhi kebutuhan, Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan perencanaan sarana dan prasarana olahraga hendaknya dilakukan secara sistematis, rinci, teliti berdasarkan informasi realistis tentang keadaan sekolah. Perencanaan yang baik tentunya berdasarkan analisis kebutuhan dan skala prioritas yang disesuaikan dengan dana dan tingkat kepentingannya. Langkah- langkah dalam perencanaan sarana dan prasarana olahraga antara lain: menentukan skala prioritas, analisis kebutuhan, inventarisasi terhadap alat yang telah ada, mengadakan seleksi, mengadakan perhitungan tafsiran biaya, mencari dana apabila belum ada, menunjuk panitia pengadaan, dan pelaksanaan pengadaan. 44

b. Pengadaan

Menurut Ary H. Gunawan 1996: 135, pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barangbendajasa bagi keperluan pelaksanaan tugas. Tatang M. Amirin dkk 2011: 80 mengemukakan bahwa pengadaan adalah menghadirkan alat atau media dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Pengadaan tersebut dilakukan dengan beberapa cara. Ary H. Gunawan 1996: 135 menyebutkan tentang pengadaan sarana pendidikan dengan empat cara, yaitu: 1 pembelian tanpa lelang atau dengan lelang, 2 membuat sendiri, 3 menerima bantuan atau hibah, dan 4 dengan cara menukar. Tatang M. Amirin dkk 2011: 80 juga mengemukakan hal yang sama yaitu ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan antara lain dengan membeli sendiri, mendapatkan hadiah atau hibah, tukar menukar, dan meminjam. B. Suryosubroto 2004: 116 mengemukakan beberapa cara yang dapat ditempuh dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu: 1 pembelian dengan biaya pemerintah, 2 pembelian dengan biaya dari SPP, 3 bantuan dari BP3 dan, 4 bantuan dari masyarakat lainnya. Eka Prihatin 2011: 59 mengemukakan hal yang sama mengenai cara-cara pengadaan yaitu misalnya untuk pengadaan tanah bisa dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, menukar dan sebagainya. Dalam pengadaan gedungbangunan dapat dilakukan dengan cara membangun baru, 45 membeli, menyewa, menerima hibah dan menukar bangunan. Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot dapat dilakukan dengan jalan membeli. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang belum jadi. Dalam pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri atau menerima bantuan dari instansi pemerintah, badan-badan swasta, masyarakat, perorangan, dan sebagainya. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana olahraga hendaknya mengikuti beberapa cara pengadaan yaitu: membeli dengan biaya pemerintah, biaya dari SPP, dan bantuan dari masyarakat lainnya, lelang, membuat sendiri, menerima hibahmenukar, atau meminjam.

c. Penyimpanan

Menurut Ary H. Gunawan 1996: 139, setelah pengadaan barang terealisasikan, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan ialah menampungmewadahi hasil pengadaan barang-barang tersebut demi keamanannya, baik yang belum maupun yang akan didistribusikan, disebut penyimpanan. Kegiatan penyimpanan meliputi, penerimaan barang, penyimpanan barang, dan mengeluarkanmendistribusikan barang. Untuk keperluan penyimpanan barang biasanya digunakan gudang, untuk mempersiapkan sebuah gudang perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya seperti lokasi, konstruksi, macambentuksifat dan ketentuan tata letak barang di dalamnya sesuai jenis dan sifat barangnya. 46 Selain memperlakukan alat dengan baik, menurut Tatang M. Amirin, dkk 2011: 83, peralatan juga harus disimpan dengan prinsip sebagai berikut: 1 aman, alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stopwach perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang, 2 mudah dicari, maksudnya untuk memudahkan mencari letak masing- masing alat, adanya inventaris akan membantu proses pencarian alat, karena terdapat label pada setiap tempat penyimpanan alat, 3 mudah dijangkau, penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti almari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia. H.M. Daryanto 2010: 52 juga mengemukakan beberapa prinsip administrasi penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah. 1 Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti: panas lembab, lapuk, dan serangga. 2 Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat. 3 Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan. 4 Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dahulu dipergunakan. 5 Harus diadakan inventarisasi secara berkala. 6 Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan. Menurut Abror Hisyam 1991: 36, cara menyimpan dan mengatur sarana prasana penjasorkes adalah sebagai berikut. 1 Pakaian dan tekstil lainnya hendaknya dilindungi dari air dan kekeringan secepat mungkin, karena basah dalam waktu 24 jam dapat menyebabkan lapuk. 2 Alat-alat berwarna memerlukan perlakuan penting dalam penyimpanan, karena dalam waktu tidak lama sebentar, banyak warna alami , persunggungan warna-warna yang berlawanan kontras, terutama apabila basah, dapat menyebabkan warna hilang. 3 Mengontrol suhu ruang tempat penyimpanan dari pabrik. 4 Barang-barang dari tektil berwarna hendaknya disimpan di tempat yang jauh dari sinar matahari. 47 5 Semua pakaian dilipat rapi atau dibungkus dan disimpan dalam peti atau kotak yang tertutup. 6 Bahan kulit, pelindung kaki, perisai, sarung tangan dan barang-barang lain disimpan di rak, digantung disimpan ditempat yang tingkat keringnya cukup rata. 7 Melindungi dari alat-alat dari bahan plastik menjadi penting karena sifat khususnya tidak boleh kena pukulan dan oli. 8 Melindungi alat-alat olahraga dari karat harus disimpan ditempat yang kering dengan ventilasi yang sesuai dengan suhu dikontrol, untuk perpanjang umur alat-alat dari karet tidak ditaruh dilantai semen atau tidak bersinggungan dengan oli atau lemak. 9 Sesudah alat dari kulit, karet dan plastik sudah dibersihkan beberapa alat dari logam dicat atau dipernis adalah penting untuk disimpan. 10 Bola dari kulit atau karet baik dipompa hendaknya disimpan ditempat yang dingin, tempat penyimpanan harus menghindari dari persinggungan dengan cat, oli atau lemak. 11 Bola yang pompa dikosongkan 1 atau 2 pounds dan bisa disimpan dalam peti khusus. Jadi dapat disimpulkan bahwa tempat penyimpanan sarana dan prasarana olahraga biasanya digunakan gudang, almari, rak, peti khusus dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang ada, serta cara penyimpanan disesuaikan dengan kondisi alat-alat olahraga. Tempat penyimpanan alat-alat olahraga sebaiknya diberi daftar nama alat yang ada di dalamnya. Penyimpanan sarana dan prasarana olahraga hendaknya mengikuti prinsip keaamanan, mudah dicari, dan mudah dijangkau.

d. Inventarisasi

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya ada yang berasal dari pemerintah ada juga yang berasal dari usaha sendiri, seperti: membeli, membuat sendiri, sumbangan, dan sebagainya. Semua barang yang ada tersebut hendaknya diinventarisir, melalui inventarisasi memungkinkan dapat diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, ukuran, harga dan sebagainya. Khususnya untuk sarana dan prasarana yang 48 berasal dari pemerintah milik negara wajib diadakan inventarisasi secara cermat, dengan menggunakan format-format yang telah ditetapkan. Atau mencatat semua barang inventarisasinya di dalam Buku Induk Barang Inventarisasi dan Buku Golongan Barang Inventaris. Buku inventaris ini mencatat semua barang inventaris milik Negara menurut urutan tanggal, sedangkan buku golongan barang inventaris mencatat barang inventaris menurut golongan barang yang telah ditentukan Eka Prihatin, 2011: 59. Menurut Ary H. Gunawan 1996: 141, inventarisasi ini dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap barang-barang milik negara atau swasta, inventarisasi juga memberikan masukan yang berguna untuk efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana. Menurut Ibrahim Bafadal 2004: 55, inventarisasi adalah penyatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan yaitu : 1 kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan, dan 2 kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan. Menurut Langgeng Hadi 2008, daftar alat inventarisasi yang harus digunakan atau diisi adalah sebagai berikut: 1 buku induk barang inventaris, 2 buku catatan inventaris, 3 buku golongan inventaris, 4 laporan triwulan mutasi barang, 5 daftar isian barang, dan 6 daftar rekapitulasi barang inventaris Tatang M. Amirin dkk, 2011: 85. Suryosubroto 2004: 116 menambahkan hal yang sama bahwa untuk keperluan pengurusan dan pencatatan barang-barang pendidikan ini disediakan instrumen administrasi, antara lain: 49 1 buku inventaris, 2 buku pembelian, 3 buku penghapusan, dan 4 kartu barang. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana olahraga yang berasal dari barang milik negara hendaknya dilakukan inventarisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan dan pedoman yang berlaku. Melalui inventarisasi sarana dan prasarana olahraga akan tercipta ketertiban, penghematan keuangan, serta mempermudah efektivitas pengelolaan.

e. Pendistribusian

Menurut Ibrahim Bafadal 2004: 38, pendistribusian perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggung jawab dari seorang penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang membutuhkan barang tersebut. H.M. Daryanto 2010: 53 mengemukakan bahwa ada dua sistem pendistribusian barang yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan yaitu, sistem lansung dan sistem tidak langsung. Sistem pendistribusian langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan diinventarisasikan langsung disalurkan pada bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Kemudian sistem pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang yang sudaha diterima dan sudah diinventarisasikan tidak secara langsung disalurkan, melainkan harus disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan dengan teratur. Pendistribusian peralatan dan perlengkapan pengajaran harus berada dalam tanggung jawab salah 50 seorang anggota staff yang ditunjuk. Kebijaksanaan pendistribusian ini hendaklah ditentukan kepada prinsip efisiensi dan fleksibilitas, maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan. Ary H. Gunawan 1996: 144 mendefinisikan penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan barang tanggung jawab dari instansipemegang yang satu kepada pemegang lain. Yaitu mendistribusikan atau kegiatan membagimengeluarkan barang sesuai kebutuhan gurudosenseksi bagian dalam instansisekolah untuk keperluan kegiatan belajar mengajar. Dari uraian di atas dapat diambil garis besar bahwa dalam pendistribusian sarana dan prasarana olahraga hendaknya memiliki dua sistem pendistribusian. Sistem pendistribusian tersebut adalah sistem langsung dan sistem tidak langsung dengan prinsip efisiensi dan fleksibilitas.

f. Penggunaan dan pemanfaatan

Menurut Eka Prihatin 2011: 61, penggunaanpemakaian sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab pimpinan lembaga pendidikan tersebut yang bisa dibantu oleh wakil bidang sarana dan prasarana atau petugas yang berkaitan dengan penanganan sarana dan prasarana. Eka Prihatin 2011: 61 menambahkan bahwa yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana adalah: 1 penyususnan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lainnya, 2 hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama, 3 waktujadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun, 4 penugasanpenunjukan personil sesuai dengan keahlian pada bidangnya, dan 51 5 penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intra kurukuler dengan ekstra kurikuler harus jelas. Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam menggunakan perlengkapan sekolah yaitu prinsip efektivitas dan efisiensi. Efektif berarti pemakaian laboratorium ditunjuk semata-mata untuk memperlancar proses pembelajaran. Kemudian efisien berarti pemakaian alat atau bahan laboratorium harus dilakukan secara hemat sesuai dengan kegunaan dan hati-hati Ibrahim Bafadal, 2004: 42 B. Suryosubroto 2004: 116 menambahkan bahwa dari segi pemakaian penggunaan sarana dan perlengkapan dibedakan atas: 1 Barang habis pakai, dan 2 Barang tidak habis pakai. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemakaian sarana dan prasarana olahraga hendaknya mengikuti prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Selain itu disertai juga dengan pembuatan jadwal penggunaan sarana dan prasarana olahraga yang baik.

g. Pemeliharaan

Eka Prihatin 2011: 60 mendefinisikan pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang kontinu untuk mengusahakan agar sarana dan prasaran pendidikan yang ada tetap dalam keadaan baik dan siap dipergunakan. Berkaitan dengan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, idealnya semua sarana dan prasarana pendidikan di sekolah selalu dalam kondisi siap pakai jika setiap saat akan digunakan. Wahyuningrum 2000 juga mendefinisikan pemeliharaan perlengkapan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus menerus untuk 52 mengusahakan agar setiap jenis barang tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai Tatang M. Amirin dkk, 2011: 83. Agar setiap barang yang dimiliki sekolah senantiasa dapat berfungsi dan digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguanhambatan, maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk menghindarkan adanya unsur-unsur penggangguperusaknya. Dengan demikian kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik, disebut pemeliharaan atau perawatan. Menurut Ary H. Gunawan 1996: 146, kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan menurut ukuran waktu dan menurut ukuran keadaan barang, yaitu pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan setiap hari setiap akansesudah memakai dan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan, misalnya 2 atau 3 bulan sekali, pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh penanggungjawab atau memanggil tukangahli servis untuk melakukannya, atau membawa ke bengkel servis, dan pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tidak habis pakai, dan pemeliharaan terhadap tanah dan gedung, dilakukan dengan pembersihan, pengecetan, menyapu, mengepel dan sebagainya. Ibrahim Bafadal 2004: 49 mengungkapkan ada beberapa macam pemeliharaan perlengkapan di sekolah, yaitu: pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pemeliharaan yang bersifat pencegahan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan berat. Ditinjau dari 53 perbaikan ada dua macam pemeliharaan perlengkapan sekolah yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala. Menurut Abror Hisyam 1991: 31-35, tujuan pemeliharaan atau peralatan dalam kegiatan Penjasorkes adalah untuk menentukan dan meyakinkan bahwa alat-alat dalam kondisi aman dan memuaskan untuk digunakan dalam kegiatan- kegiatan tersebut. Prinsip-prinsip dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran olahraga sebagai berikut. 1 Kebijaksanaan dan tata cara mememlihara sarana olahraga harus direncanakan untuk memperpanjang umur peralatan sedemikian rupa sehingga mungkin akan menghasilkan modal kembali yang maksimal. 2 Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk menjamin keselamatan bagi semua orang yang menggunakan alat-alat. Penggunaan alat-alat yang sedang usang, tidak aman, dan berbahaya tidak dibenarkan. 3 Alat-alat hendaknya diawasi secara periodik untuk memeroleh dan mencapai keselamatan dan kondisi alat-alat, karena dapat diperbaiki dengan cepat. 4 Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi peralatan dibenarkan apabila alat-alat atau bahan yang diperbaiki yang di bangun dengan biaya yang murah atau pantas. 5 Menutupi dan melindungi peralatan yang layak akan menolong dan menjamin pemeliharaan secara ekonomis dan aman. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supaya setiap jenis sarana dan prasarana olahraga tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai, maka 54 pemeliharaannya dapat dilakukan dengan pemeliharaan rutin sebelumsesudah memakai dan pemeliharaan berkala.

h. Penghapusan

Barang-barang yang ada di lembaga pendidikan, terutama yang berasal dari pemerintah tidak akan selamanya bisa digunakandimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, hal ini karena rusak berat sehingga tidak dapat dipergunakan lagi, barang tersebuut sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan kebutuhan. Dengan keadaan seperti di atas maka barang-barang tersebut harus segera dihapus untuk membebaskan dari biaya pemeliharaan dan meringankan beban kerja inventarisasi dan membebaskan tanggung jawab lembaga terhadap barang-barang tersebut Eka Prihatin, 2011: 61. Menurut Wahyuningrum 2000, yang dimaksud dengan penghapusan adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk menghapus barang-barang milik Negarakekayaan Negara dari daftar inventarisasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana sarana dan prasarana yang sudah tidak sesuai lagi bagi pelaksanaan pembelajaran, yang kemudian untuk diganti atau disingkirkan Tatang M. Amirin dkk, 2011: 86. Menurut Ary H. Gunawan 1996: 149, apabila biaya rehabilitasi terlalu besar, sedangkan daya pakainya terlalu singkat, maka barang tersebut lebih baik tidak dipakai lagi dan dikeluarkan dari daftar inventaris. Proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkanmenghilangkan barang-barang milik negara dari daftar inventaris negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, 55 disebut penghapusan. Ary H. Gunawan 1996: 150 menambahkan tujuan penghapusan adalah: 1 mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian atau pemborosan biaya untuk pemeliharaan, 2 meringankan beban kerja dan tanggung jawab pelaksanaan inventaris, 3 membebaskan ruangpekarangan kantor dari barang-barang yang tidak dipergunakan lagi, dan 4 membebaskan barang dari pertanggung jawaban administrasi satuan organisasi yang mengurus. Barang-barang inventaris yang dapat dipertimbangkan untuk dihapus menurut Ary H. Gunawan 1996: 150 adalah: 1 dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi, 2 perbaikan terhadap barang tersebut akan menelan biaya yang besar sekali, 3 secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang lagi dengan besarnya biaya pemeliharaan, 4 tidak muktahir lagi, 5 hilang akibat susut di luar kekuasaan pengurus barang misal barang kimia, 6 musnah akibat bencana alam, 7 merupakan kelebihan persediaan, dan 8 hilang akibat pencurianperampokan, serta diselewengkan. Ibrahim Bafadal 2004: 63 mengemukakan langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan disekolah adalah: 1 mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus, 2 menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus, 3 mengajukan usulan penghapusan barang dan panitia penghapusan, 4 panitia pengahapusan memeriksa kembali barang yang rusak berat dengan membuat berita acara pemeriksaan, 5 panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar dalam berita acara pemeriksaan, dan 6 begitu surat penghapusan datang, bisa segera dilakukan penghapusan terhadap baranng-barang tersebut. 56 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penghapusan sarana dan prasarana olahraga berarti menghapus sarana dan prasarana olahraga milik Negara dari daftar inventaris. Pelaksanaan penghapusan sarana dan prasarana olahraga dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melalui langkah dan tujuan yang telah ditetapkan.

4. Hambatan-Hambatan dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana