Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Faktor pendukung peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah selain meningkatkan kualitas proses pembelajaran juga tidak lepas oleh ketersediaan komponen-komponen sistem pendidikan yang lain seperti ketersediaan siswa, guru, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana prasarana, keuangan, dan stakeholders , agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan lagi apabila terdapat fasilitas penunjang yang lebih lengkap, yaitu faktor sarana dan prasarana pendidikan yang terkelola dengan baik, serta pemanfaatan secara optimal. Menurut Hartani 2011: 135, setiap desain pembelajaran yang dirancang oleh pendidik harus memperhatikan penyediaan media dan sumber belajar yang dibutuhkan seperti ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman belajar secara konkret, luas, dan mendalam. Guna memenuhi desain pembelajaran seperti itu diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas belajar yang beragam seperti gedung atau ruangan kelas, media atau alat bantu pembelajaran, perpustakaan, laboratorium, bahan praktik, dan sarana olahraga. Fasilitas belajar tersebut perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Ibrahim Bafadal 2003: v menyebutkan hal yang sama bahwa pengelolaan sarana dan prasarana sekolah yang sebaik-baiknya sangat diperlukan di setiap sekolah. Adanya pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, semua fasilitas sekolah selalu dalam kondisi siap pakai. Hal tersebut sangat menunjang bagi 2 teraktualisasikannya kemampuan profesional yang merupakan syarat mutlak upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Setiap sekolah wajib memiliki dan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang terstandar guna menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang optimal. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 1 ayat 9 dijelaskan standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya pada Bab VII Pasal 42 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang standar Nasional Pendidikan dengan tegas disebutkan juga bahwa, 1 setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. 2 sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu sekolah. Di satu sisi keberadaan peralatan dan perlengkapan pendidikan jasmani sangat diperlukan, namun di sisi lain peralatan dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya kurang memadai, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya Yoyo Bahagia, 2007: 17. Keadaan tersebut banyak menyebabkan kegiatan pendidikan jasmani di sekolah menjadi kurang 3 optimal. Pembelajaran pendidikan jasmani, menurut Agus S. Suryobroto 2004: 1, dapat berjalan dengan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur, antara lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode lingkungan yang mendukung, dan penilaian. Apabila salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi, maka pembelajaran pendidikan jasmani tidak dapat berjalan secara optimal. Terutama tanpa adanya sarana dan prasarana olahraga yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk melaksanakan kegiatan olahraga dibutuhkan sarana dan prasarana yang nantinya akan menunjang kelancaran dalam pelaksanaan olahraga tersebut. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang sesuai maka kegiatan olahraga tidak akan berjalan dengan maksimal. Harsuki 2003: 32 menyebutkan bahwa masalah faktor utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pendidikan jasmani di sekolah adalah masalah sarana dan prasarana fasilitas dan peralatan. Banyak sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai karena tanah yang terbatas untuk bangunan ruang kelas, ruang perpustakaan, dan sebagainya, sehingga sarana dan prasarana pendidikan jasmani terabaikan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam BAB I Pasal 1 ayat 20 dan 21 dijelaskan bahwa sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga danatau penyelenggaraan keolahragaan. Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan; olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Setiap satuan pendidikan sekolah 4 berkewajiban menyiapkan sarana dan prasarana olahraga pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan sarana dan prasarana olahraga. Sarana dan prasarana olahraga di sekolah program kelas khusus olahraga KKO sangat menunjang dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan kelas khusus olahraga secara umum adalah untuk mengembangkan potensi bakat istimewa olahraga peserta didik untuk mencapai prestasi yang maksimal. Untuk membantu mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan sarana dan prasarana olahraga yang sesuai dengan standar keolahragaan yaitu meliputi standar teknis, standar kesehatan, dan standar keselamatan serta disesuaikan dengan cabang olahraga kebutuhan sekolah. Supaya tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan program latihan kelas khusus olahraga KKO dapat berjalan secara optimal dan dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap tujuan pendidikan, maka diperlukannya pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang baik. Pengelolaan sarana dan prasarana tersebut yaitu mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Eka Prihatin 2011: 57 bahwa agar semua fasilitas pendidikan dapat memberikan kontribusi berarti pada jalannya proses pendidikan, hendaknya fasilitas pendidikan dikelola dengan baik. Pengelolaan yang dimaksud meliputi kegiatan: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan. 5 Kelas khusus olahraga KKO SMP Negeri 3 Sleman diselengarakan sejak awal tahun 2013 dengan fokus pembinaan pada tiga cabang olahraga, yaitu sepakbola, bola voli, dan atletik. Selain ketiga cabang olahraga tersebut, kelas khusus olahraga KKO SMP Negeri 3 Sleman juga melakukan pembinaan pada beberapa cabang olahraga yang dianggap berpotensi, di antaranya: bulutangkis, sepaktakraw, renang, karate, taekwondo, kempo, tenis lapangan, wushu, bola basket, panahan, dan balap motor. Adapun cabang unggulan di kelas khusus olahraga KKO SMP Negeri 3 Sleman adalah sepakbola dan bola voli. Sarana olahraga yang digunakan dalam kegiatan sepakbola dan bola voli adalah sarana olahraga milik sekolah, sedangkan fasilitas lapangan sepakbola masih meminjam dan menyewa pada pihak luar sekolah. Cabang olahraga unggulan sepakbola dan bola voli tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, sekolah ini diproyeksikan sebagai salah satu sekolah penyelenggara program kelas khusus olahraga KKO. Kelas khusus olahraga ini hanya kelas olahraga biasa, artinya yang dipakai adalah kurikulum umum. Kurikulum umum berarti pada saat kegiatan belajar mengajar KBM berlangsung para atlet masuk pada kelas umum untuk mengikuti kegiatan belajar mangajar, sedangkan pada mata pelajaran olahraga kelas khusus olahraga dilaksanakan pada luar jam sekolah sore hari. Berdasarkan berita yang termuat dalam website Bappeda Sleman bappeda.slemankab.go.id , 2014 pada forum Focus Group Discussion FGD yang diselenggarakan pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 di Aula Bappeda Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Sleman 6 Drs. Pranama M.Si menyampaikan bahwa pada saat ini, keberadaan Kelas Olahraga di Sleman belum merata dan belum sesuai dengan potensi yang ada. Saat ini di Sleman sudah terdapat Kelas Khusus Olahraga di tingkat SMP sebanyak tiga sekolah yakni di SMP N 1 Kalasan, SMP N 2 Tempel, dan SMP N 3 Sleman, tingkat SMA ada dua sekolah KKO yakni di SMA N 2 Ngaglik dan SMA N 1 Seyegan. Berkenaan dengan hal tersebut pada tahun 2014 Bappeda Sleman menyelenggarakan kajian tentang Sekolah Olahraga. Guna menyusun kajian tersebut sangat diperlukan adanya masukan dari para peserta FGD sebagai pelaku langsung di lapangan tentang bagaimanakah proses rekrutmennya, dukungan sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan, bagaimana kurikulumnya, bagaimana sinerginya antara sekolah, masyarakat, dan organisasi olahraga. Sebelum diselenggarakannya kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman, prestasi olahraga sekolah ini selalu unggul di tingkat Kabupaten pada cabang olahraga sepakbola. Selain itu, prestasi di tingkat provinsi pada beberapa cabang olahraga, di antaranya: sepakbola, bulutangkis, dan karate, dan mampu bersaing di tingkat Nasional, sebagai contoh, siswaatlet kelas khusus olahraga SMP Negeri 3 Sleman telah memberikan kontribusi medali bagi Daerah Istimewa Yogyakarta pada O2SN tahun 2013 mendapat juara III tingkat nasional pada cabang olahraga Renang Putra. Untuk mendukung pengembangan bakat siswa dan untuk mempertahankan prestasi yang telah diraih oleh sekolah, maka sistem rekrutmen terhadap calon siswa kelas khusus olahraga SMP Negeri 3 Sleman dilakukan secara ilmiah yang berlandaskan pada sistem pemanduan bakat. Untuk 7 memperoleh siswa yang memiliki potensi, kelas khusus olahraga SMP Negeri 3 Sleman bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY dalam bentuk tes fisik dan tes kecabangan sesuai dengan spesifikasi cabang olahraga masing- masing. Bentuk kerja sama yang dilakukan kelas khusus olahraga SMP Negeri 3 Sleman dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY memberikan peluang bagi pelatih dalam mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan siswa sehingga mempermudah dalam menyusun program latihan yang akan diterapkan. Walaupun dengan sistem rekrutmen yang dilakukan secara ilmiah, ternyata animo siswa untuk mengikuti kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk pengembangan dan pembinaan prestasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya minat dari siswa, dilihat dari kuantitas perminatan pada awal diselenggarakan kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman menunjukkan bahwa animo siswa cukup tinggi yaitu animo siswa sejumlah 84 siswa dan yang diterima sebanyak 32 pada tahun 2013. Pada tahun kedua pelaksanaan kelas khusus olahraga, animo siswa mengalami penurunan meskipun tidak signifikan yaitu animo siswa sejumlah 80 siswa jumlah yang diterima adalah 32 siswa pada tahun 2014. Keunggulan lain dari KKO SMP Negeri 3 Sleman adalah tingkat kepedulian dan dukungan yang diberikan oleh Paguyuban Orang Tua Siswa KKO dan Komite Sekolah merupakan modal dasar bagi SMP Negeri 3 Sleman untuk dapat terus meningkatkan dan mengembangkan sistem pembinaan olahraga prestasi melalui kelas khusus olahraga. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya paguyuban orang tua siswa yang juga memiliki peran sebagai donatur pada 8 pelaksanaan kelas khusus olahraga. Melalui paguyuban tersebut, para orang tua siswa KKO dapat memberikan bantuan dalam bentuk fasilitas untuk latihan. Dukungan lain yang diberikan paguyuban orang tua KKO yaitu berupa akomodasi dan konsumsi saat siswa KKO bertanding, dan termasuk konsumsi air minum yang disediakan di dalam kelas KKO. Beberapa keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan di atas, ternyata pengelolaan kelas khusus olahraga ini belum optimal. Hal tersebut terlihat dari beberapa masalah yang dihadapi oleh sekolah di antaranya, sekolah masih kekurangan fasilitas olahraga. Dalam keterbatasan fasilitas olahraga, sekolah dapat memaksimalkan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang dimiliki sekolah, dari sisi perencanaan dengan membuat skala prioritas pengadaan, dari sisi penggunaan sekolah mengatur penjadwalan penggunaan, dan dari sisi pemeliharaan dengan memaksimalkan kegiatan pemeliharaan. Selain itu, sekolah juga dapat memanfaatkan fasilitas olahraga di luar sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kemendiknas 2010: 9 sarana dan prasarana olahraga yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan kelas khusus olahraga adalah fasilitas olahraga yang dimiliki oleh sekolah, dan fasilitas olahraga di luar sekolah. Kendala lain yang dihadapi oleh SMP Negeri 3 Sleman yaitu sumber dana yang masih minim, belum semua cabang olahraga memiliki pelatih secara resmi, dan belum terbentuk struktur organisasi yang secara khusus berfungsi untuk menangani kelas khusus olahraga. 9 Berdasarkan observasi awal pada bulan Oktober tahun 2014 di SMP Negeri 3 Sleman, hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana olahraga yaitu sekolah belum cukup menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk kelas khusus olahraga, sehingga untuk latihan KKO masih terhambat. Proses pengadaan sarana dan prasarana olahraga belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan kebutuhan kelas khusus olahraga dan bantuan dari Pemerintah kadang-kadang kurang sesuai dengan apa yang sedang dibutuhkan. Penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga belum optimal karena belum tersusunnya jadwal penggunaan fasilitas KKO yang baik, kadang- kadang para siswa reguler dan siswa KKO berebut untuk memakai fasilitas olahraga yang sama, karena sarana dan prasarana olahraga yang digunakan oleh kelas khusus olahraga adalah sama dengan sarana dan prasarana olahraga yang digunakan juga oleh kelas reguler. Pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga kurang kontinyu atau tidak rutin walaupun sudah ada anggaran tersendiri untuk pemeliharaan fasilitas olahraga namun anggaran tersebut terbatas. Tempat penyimpanan alat-alat olahraga masih belum tertata, kebanyakan alat-alat olahraga masih disimpan di sembarang tempat, walaupun sudah ada lemari khusus untuk penyimpanan barang-barang olahraga. Penghapusan sarana dan prasarana olahraga belum terlaksana biasanya barang-barang olahraga yang sudah rusak hanya ditumpuk saja setelah itu dibuang. Selain masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, masih banyak lagi hambatan-hambatan yang sering ditemui oleh pengelola sarana dan prasarana dalam mengelola fasilitas olahraga, adapun masalah-masalah 10 tersebut di antaranya masalah kekurangan fasilitas olahraga, masalah pendanaan, baik itu dana untuk pembelian alat-alat olahraga, dana pemeliharaan ataupun dana untuk menyewa lapangan untuk latihan KKO, serta keterbatasan tenaga administrasi. Dari analisis terkait pentingnya sarana dan prasarana olahraga, bahwa tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan pencapaian prestasi olahraga tentunya tidak lepas dari ketersediaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai, sesuai dengan standar keolahragaan, dan sesuai dengan kebutuhan sekolah, serta didukung oleh pengelolaan sarana dan prasarana olahraga. Adanya pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang baik akan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembelajan pendidikan jasmani dan pencapaian prestasi olahraga, dengan adanya pengelolaan sarana dan prasarana olahraga maka kondisi sarana dan prasarana olahraga akan selalu tertata, terpelihara, dan selalu dalam kondisi siap pakai. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman. Oleh karena itu, penel iti mengambil judul penelitian “Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga pada Sekolah Penyelenggara Kelas Khusus Olahraga KKO di SMP Negeri 3 Sleman Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta ”. 11

B. Identifikasi Masalah