commit to user 22
3. Jumlah Polong Per Tanaman
Jumlah polong pada tiap tanaman merupakan komponen hasil pokok bagi suatu tanaman. Jumlah polong yang terbentuk menunjukkan
kemampuan menyerap unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Hal tersebut disebabkan karena polong merupakan tempat untuk menyimpan
cadangan makanan.
Tabel 3. Rerata Jumlah polong per tanaman kacang tunggak Vigna unguiculata L. Walp
Perlakuan Rata-rata
J0a monukultur kacang tunggak kontrol 0,00
J1 jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm 0,50
J2 jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm 0,33
J3 jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm 0,33
J4 jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm 0,17
J5 jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm 0,33
J6 jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm 0,33
J7 jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm 0,17
J8 jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm 0,67
J9 jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm 0,50
Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf notasi pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5.
Tabel 3 serta analisis ragam Lampiran 1.3 menunjukan bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung tidak berbeda nyata terhadap
banyaknya jumlah polong per tanaman. Hal ini terjadi karena banyaknya variasi, namun ada kecenderungan perlakuan tumpangsari jagung
membantu dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak. Selain itu kondisi di lapang menunjukan bahwa sebagian tanaman tidak
menghasilkan polong, dan tidak semua bunga dapat berubah menjadi polong. Berdasarkan Tabel 3, di ketahui bahwa jumlah polong per
tanaman paling banyak yaitu pada perlakuan kerapatan tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm. Jumlah polong per tanaman paling sedikit yaitu
pada perlakuan monokultur kacang tunggak karena tidak menghasilkan polong.
commit to user 23
Kebutuhan penyinaran saat pembentukan polong kacang tunggak berbeda dibanding saat pembentukan bunga. Kacang tunggak dapat
mengahsilkan polong yang maksimal apabila mendapatkan penyinaran yang optimum agar dapat menghasilkan hasil fotosintesis yang baik.
Kondisi lapang saat tanaman berbunga sampai membentuk polong sering terguyur hujan sehingga dapat menghambat pembentukan polong karena
dapat menyebabkan kebusukan. Perlakuan kerapatan tumpangsari jagung mempengaruhi dalam penyerapan cahaya oleh tanaman. Semakin lebar
jarak tanam maka intensitas cahaya yang diteruskan dan diserap akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Cahaya sangat besar pengaruhnya
dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis, pernafasan, pertumbuhan perkembangan, pembukaan dan penutupan stomata, pergerakan tanaman
dan perkecambahan. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan produksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis dan
fotoperodisitas. Orgen cit Karamoy 2009 menyatakan bahwa intensitas cahaya yang rendah saat awal pengisisan polong, maka jumlah polong
dan hasil biji lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tanpa naungan. Hal ini disebabkan turunnya kadar karbohidrat daun yang disebabkan
oleh turunnya proses fotosintesis dan terganggunya keseimbangan dalam sistem tanaman.
Seperti halnya yang dituliskan Rusmiati et al 2005, bahwa persentase polong per tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman
itu sendiri, karena sifat genetik suatu tanaman lebih besar peranannya dalam mengendalikan bentuk biji ukuran polong. Irdiawan dan Rahmi
2002 juga menyatakan bahwa untuk pembentukan polong diperlukan kadar kelembaban tanah yang rendah selama beberapa waktu dan
banyaknya air di dalam tanah dapat mengganggu proses pembentukan polong.
commit to user 24
4. Jumlah Biji Per Polong