commit to user 3
digunakan untuk mensubtitusi kebutuhan kedelai. Dan untuk memenuhi kebutuhan nasional, petani diharapkan tidak hanya memproduksi kacang
tunggak pada musimnya saja melainkan di luar musim. Permasalahannya petani umumnya menanam kacang tunggak pada
bulan Mei sd Juni, karena dalam jangka waktu tersebut dikatakan bahwa pembungaan kacang tunggak berjalan dengan baik. Namun dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Indrastianingrum dan Putri 2009 dinyatakan bahwa tanaman kacang tunggak yang ditanam diluar musim pada
bulan Oktober hingga Januari tidak menghasilkan polong dan biji. Untuk mengatasi hal tersebut pada penelitian kali ini akan diaplikasikan perlakuan
tumpangsari jagung dengan berbagai kerapatan. Melalui penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai hubungan berbagai kerapatan tumpang sari
jagung dengan induksi pembungaan kacang tunggak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kerapatan tumpangsari jagung akan membantu dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak ?
2. Pada kerapatan berapakah jagung akan menginduksi pembungaan kacang tunggak dengan baik ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji pengaruh perlakuan kerapatan tumpangsari jagung dalam
menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim. 2. Mendapatkan kerapatan tumpangsari jagung yang tepat dalam
menginduksi pembungaan tanaman kacang tunggak di luar musim.
D. Hipotesis
Diduga pada kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 60 cm mampu menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim dengan baik.
commit to user 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Umum Kacang Tunggak
Kacang Tunggak termasuk tanaman dalam keluarga Leguminosa, bijinya mempunyai kandungan protein sebesar 25. Tanaman ini diperkirakan
berasal dari Afrika Barat. Disamping toleran terhadap kekeringan kacang tunggak juga mampu mengikat nitrogen dari udara. Daun dan polongnya yang
masih muda cukup nikmat bila dikonsumsi sebagai sayuran Anonim, 2010b. Tanaman kacang tunggak dalam tata nama taksonomi tumbuhan adalah
sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dikotiledon Ordo
: Leguminales Familia
: Leguminoceae Subfamili
: Papilionaceae Genus
: Vigna Spesies
: Vigna unguiculata L. Walp Anonim, 2010c.
Di beberapa daerah, kacang tunggak lebih dikenal dengan nama kacang tolo atau kacang dadap. Kacang tunggak memiliki ciri polong yang tegak ke
atas dan kaku. Penampilan visual tanaman kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang, namun tidak merambat. Batangnya pendek
dan berbuku-buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-
kupu, terletak pada ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran kurang lebih 10 cm, berbentuk polong, berwarna hijau, dan kaku.
Biji kacang tunggak berbentuk bulat panjang, agak pipih dengan ukuran 4 mm – 6 mm x 7 mm – 8 mm, dan berwarna kuning kecoklatan.
Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara 30 cm – 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat
4
commit to user 5
bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas dari udara yang kemudian dibentuk menjadi nodula-nodula bintil akar
Rukmana dan Oesman, 2000. Tanaman kacang tunggak ditanam dari bijinya. Sekitar 3-4 hari setelah
tanam biji sudah berkecambah. Dalam waktu 5 hari kotiledonnya telah mengkerut, mungkin sudah habis cadangan makanannya. Waktu berbunga
tergantung varietasnya. Pada umumnya berkisar antara 30 sampai 90 hari setelah tanam. Sedangkan polong sudah masak setelah tanaman berumur 90-
150 hari. Pada umumnya bunga kacang tunggak menyerbuk sendiri, namun dapat terjadi penyerbukan silang, terutama didaerah lembab. Kacang tunggak
umumnya ditanam secara tumangsari dengan tanaman lain seperti jagung, ubi kayu, kapas dan cabai atau dapat pula monokultur Ashari, 2006.
Kacang tunggak mempunyai kandungan protein 22,9, lemak 1,4, dan 331 kalori sedangkan kedelai mempunyai kandungan protein 34,9,
lemak 18,1 dan 342 kalori Anonim, 2010a. Kacang tunggak merupakan komoditas yang secara alamiah dapat beradaptasi dengan baik pada lahan
kering atau marginal. Dengan demikian tanaman ini memiliki harapan yang baik untuk dikembangkan pada lahan kering untuk membantu peningkatan
produktivitas lahan. Perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan biji. Secara tradisional, tanaman ini biasa ditumpangsarikan dengan serealia seperti jagung
dan sorgum Trustinah et al, 2001.
B. Pembungaan