35
pembatas. HR Bukhari
61
Para Amil zakat mempunyai berbagai tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan pengaturan soal zakat, yaitu sensus terhadap orang orang
yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya. Juga besar harta yang wajib dizakat, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah
mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu di tangani secara sempurna oleh
para ahli dan petugas serta para pembantunya.
62
Adapun syarat menjadi Amil zakat adalah beragama Islam, dewasa akil baligh, memahami hukum zakat dengan baik, harus jujur dan amanah, serta
memiliki kemapuan capable untuk mellaksanakan tugas keamilan. Secara umum, Amil zakat ini memiliki dua tugas pokok berikut.
Pertama, melakukan pendataan secara cermat dan teliti terhadap Muzakki, melakukan pembinaan, menagih, mengumpulkan dan menerima
zakat dan
mendoakan Muzakki
pada saat
menyerahkan zakat,
mengadministrasikan serta memeliharanya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Kedua, melakukan pendataan terhadap Mustahik zakat, menghitung jumlah kebutuhannya, dana menetukan kiat pendistribusiannya, yakni apakah
akan diberikan secara langsung konsumtif atau sebagai modal usaha. setelah menyerahkan zakat, Amil juga berkewajiban untuk membina para Mustahik
61
Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, 2008 hal. 166
62
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993, h.546
36
tersebut.
63
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
64
2. Peran Amil Zakat
Berbeda dengan salat dan puasa, ternyata zakat tidak bisa dikerjakan oleh tiap pribadi muslim. Zakat harus dikelola dengan melibatkan piihak lain.
Kerena zakat dari Muzakki, dikelola oleh Amil dan ditujukan untuk Mustahik. Kenapa zakat tak boleh dikelola sendiri dan harus dikelola oleh Amil.
65
a. Agar Tidak Subyektif
Zakat adalah hak orang lain. Jika sudah disisihkan, sebaiknya segera diserahkan kepada lembaga Amil. Jika tidak, secara psikologis siapapun
tergoda untuk mengelola sendiri kerena zakat itu berasal dari hartanya. b.
Menjaga Harkat Mustahik Dalam kondisi labil, manusia cenderung bertindak emosional tak
terkontrol. Zakat yang milik orang lain, akhirnya tersendat kerena harus melalui tahapan yang tidak rasional. Bisa jadi ketidak sukaan Muzakki meledak
saat seorang miskin datang meminta-minta, atau boleh jadi si miskin diminta untuk mengerjakan pekerjaan, sebagai imbalan untuk memperoleh zakatnya
63
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, Jakarta: Gema Insani, 1998. hal 19.
64
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
65
Eri Sudewo. Manajemn Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 prinsip dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004 hal xxxiv
37
yang sesungguhnya sudah jadi haknya c.
Obyektif Profesional Jika zakat dikelola oleh lembaga Amil, harga diri dan harkat serta
ketidak berdayaan Mustahik dijaga. d.
Pemberdayaan Lembaga dapat membangun pasar untuk penngusaha-pengusaha mikro.
Disamping dengan lembaga yang cukup, Amil dapat membangun pendidikan yang amat murah dan juga cuma-cuma bagi kalnangan fakir miskin.
66
Zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada Mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah
disusun dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua cara,:
67
a. Pola Tradisional Konsumtif
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diterima Mustahik digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Pola Kontemporer Produktif
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada kategori Mustahik menjadi kategori Muzakki.
C. Badan Amil Zakat
1. Badan Amil di Indonesia
Yang dimaksud dengan Amil zakat adalah semua pihak yang melakuan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,
66
Eri Sudewo. Manajemn Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 prinsip dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004 hal xxxv-xxxvi
67
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, h.34-35.
38
perlindungan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh Pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut
dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat.
68
Badan Amil Zakat BAZ merupakan LPZ yang dibentuk oleh Pemerintah. Nama BAZ, awalnya adalah Badan Amil Zakat dan Infak Sedekah BAZIS.
Sejak UU No 38 Tahun 1999 disahkan, nama BAZIS di pangkas hanya menjadi BAZ. Dalam lingkungan Pemerintah ini, BAZ dapat didirikan oleh setidaknya
tiga 3 pihak yakni Depag, Depdagri, dan Kepala Pemerintah daerah.
69
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat Provinsi dan kabupatenkota
dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS KabupatenKota., BAZNAS Provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul Gubernur setelah mendapat
pertimbangan BAZNAS.
70
Tabel 2.1 Badan Amil Zakat Daerah
MITRA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH BAZDA No
Nama BAZDA Propinsi No
Urut Reg
No Nama BAZDA Propinsi
No Urut
Reg 1
BAZDA Nanggro Aceh Darussalam
001 17
BAZDA Kalimantan Timur 017
2 BAZDA Sumatera Utara
002 18 BAZDA Kalimantan Tengah
018 3
BAZDA Sumatera Barat 003
19 BAZDA Kalimantan Selatan 019
4 BAZDA Riau
004 20 BAZDA Nusa Tenggara Barat
020 5
BAZDA Jambi 005
21 BAZDA Nusa TenggaraTimur
021 6
BAZDA Bengkulu 006
22 BAZDA Sulawesi Utara 022
68
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat: 1001 Masalah dan Solusinya, Jakarta: Pustaka Cerdas, 2000, h.181.
69
Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004 hal 281
70
http:pusat.baznas.go.idbazda-kabupaten di akses pada 18 januari 2015
39
7 BAZDA Bandar Lampung
007 23 BAZDA Sulawesi Tengah
023 8
BAZDA Bangka Belitung 008
24 BAZDA Sulawesi Tenggara 024
9 BAZDA Banten
009 25 BAZDA Sulawesi Selatan
025 10 BAZDA DKI Jakarta
010 26 BAZDA Gorontalo
026 11 BAZDA Jawa Barat
011 27 BAZDA Maluku
027 12 BAZDA Jawa Tengah
012 28 BAZDA Maluku Utara
028 13 BAZDA Yogyakarta
013 29 BAZDA Irian Jaya Papua
029 14 BAZDA Jawa Timur
014 30 BAZDA Irian Jaya Barat
030 15 BAZDA Bali
015 31 BAZDA Irian Jaya Tengah
031 16 BAZDA Kalimantan Barat
016 32 BAZDA Kepulauan Riau
032
BAZNAS KabupatenKota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul BupatiWalikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
Dalam hal Gubernur atau BupatiWalikota tidak mengusulkan pembentukan BAZNAS Provinsi atau BAZNAS KabupatenKota, Menteri atau pejabat yang
ditunjuk dapat membentuk BAZNAS Provinsi atau BAZNAS KabupatenKota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.BAZNAS Provinsi dan BAZNAS
KabupatenKota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di Provinsi atau KabupatenKota masing-masing.
71
Menurut Undang-Undang, BAZ dapat didirikan di ibu Kota, di tingkat Provinsi, di tingkat daerah khusus, di tingkat
Kabupaten di tingkat Kecamatan.
72
2. Tugas dan Fungsi Badan Amil Zakat
Salah satu tugas penting dari Badan Amil zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan
berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat Muzakki akan semakin sadar untuk
71
http:pusat.baznas.go.idbazda-kabupaten di akses pada 18 january 2015
72
Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004 hal 281-282