Tujuan dan Hikmah Zakat

34 a. Muslim Zakat merupakan urusan kaum muslimin. Jadi, Islam menjadi syarat utama bagi segala urusan mereka. Meskipun demikian, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya membolehkan seorang Amil bukan muslim. Berdasar ayat, “..Amil zakat…” 59 Menurutnya, ayat tersebut mempunyai pengertian ummu, termasuk di dalamnya kafir dan muslim. Oleh kerena itu, tidak ada halangan baginya mengambil upah kerjanya seperti upah-upah lainnya. 60 b. Mukallaf. Pengurus zakat harus orang dewasa yang sehat akal pikirannya. c. Orang yang jujur. Pengurus zakat seharusnya bukan orang yang fasik dan tidak dapat dipercaya. Misalnya, ia akan berbuat zalim kepada para pemilik harta atau berbuat sewenang-wenang terhadap hak fakir miskin kerena mengikuti keinginan hawa nafsunya atau untuk mencari keuntungan. Rasulullah SAW. berpesan kepada petugas pemungut zakat M u’az bin Jabal ketika bertugas ke Yaman agar berhati-hati terhadap doa orang dizalimi teraniaya, dengan sabdanya: ه ي ي سي ف ظ ع ق ئ ي ف جح Waspadalah pada harta-harta mereka yang bernilai dan jagalah dirimu dari doa orang yang teraniaya. Sesungguhnya antara dia dan Allah tanpa 59 Quran At-taubah: 60 60 Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, 2008 hal. 165 35 pembatas. HR Bukhari 61 Para Amil zakat mempunyai berbagai tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan pengaturan soal zakat, yaitu sensus terhadap orang orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya. Juga besar harta yang wajib dizakat, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu di tangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya. 62 Adapun syarat menjadi Amil zakat adalah beragama Islam, dewasa akil baligh, memahami hukum zakat dengan baik, harus jujur dan amanah, serta memiliki kemapuan capable untuk mellaksanakan tugas keamilan. Secara umum, Amil zakat ini memiliki dua tugas pokok berikut. Pertama, melakukan pendataan secara cermat dan teliti terhadap Muzakki, melakukan pembinaan, menagih, mengumpulkan dan menerima zakat dan mendoakan Muzakki pada saat menyerahkan zakat, mengadministrasikan serta memeliharanya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Kedua, melakukan pendataan terhadap Mustahik zakat, menghitung jumlah kebutuhannya, dana menetukan kiat pendistribusiannya, yakni apakah akan diberikan secara langsung konsumtif atau sebagai modal usaha. setelah menyerahkan zakat, Amil juga berkewajiban untuk membina para Mustahik 61 Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, 2008 hal. 166 62 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993, h.546