e. Hasil
Kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa TMMD ke 84 yang dilaksanakan di Desa Tanjung Baringin-Sigading, Kecamatan Huristak,
Kabupaten Padang Lawas pada tanggal 8-28 Juni 2010 telah sasaran sesuai dengan rencana awal, bahkan terjadi over prestasi. Dengan biaya sebesar empat
ratus juta bisa mencapai hasil seperti pelebaran jalan sepanjang lima koma tujuh kilo meter, penggalian parit, pembuatan jembatan sebanyak empat buah, dan juga
hasil diluar rencana seperti pelebaranjalan menuju pekuburan di Desa Sigading, meratakan halaman sekolah, memprofil badan jalan, dan juga merehap lantai dan
kamar mandi mesjid di Desa Sigading. Tujuan TMMD tidak hanya untuk membantu mempercepat
pembangunan di daerah, tetapi juga menghemat anggaran. Jika proyek ini diserahkan kepada pemborong, maka sangat mustahil dengan biaya empat ratus
juta bisa mencapai hasil seperti itu. Kenyataan di lapangan pembangunan yang diserahkan kepada pemborong yaitu untuk menyirtu jalan sepanjang dua ratus
meter telah menghabiskan biaya dua ratus juta rupiah. Jika diserahkan kepada pemborong akan banyak potongan sana-sini sehingga biaya yang digunakan untuk
pembangunan menjadi berkurang, belum lagi proyek yang tidak jarang berjalan lambat atau berhenti sebelum selesai. Di sinilah dapat dilihat perbedaan antara
sipil dan militer, karena setiap perintah itu adalah tugas maka harus wajib dilaksanakan. Semua kegiatan direncanakan secara matang dan dilaksanakan
sesuai rencana serta mengantisipasi kemungkinan kendala yang akan dihadapi. TNI Manunggal Membangun Desa TMMD adalah perintah operasi militer
selain perang maka pelaksanaannya benar-benar di kerjakan secara serius. Tidak ada alasan untuk tidak siap, sehingga untuk mencapai hasil yang ditargetkan
benar-benar memanfaatkan dana yang tersedia dan segala potensi yang ada.
5.3 Tanggapan Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Pada bagian ini penulis akan menjabarkan hasil wawancara mengenai pendapat masyarakat dari Desa Tanjung Baringin dan Sigading tentang
pelaksanaan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa TMMD ke 84, anggapan masyarakat tentang sosok TNI, penilaian mereka mengenai
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan yang dilakukan oleh TNI, serta tanggapan dari pemerintah Kabupaten Padang Lawas
terhadap pelaksanaan TMMD terhadap pembangunan daerah Padang Lawas. Selama proses wawancara banyak pendapat menarik yang penulis dapat dari
penuturan masyarakat. Hal yang pertama sekali penulis tanyakan adalah apakah mereka mengetahui tentang TMMD. Dari hasil jawaban mereka, rata-rata
masyarakat masih menyebut TMMD dengan sebutan AMD Abri Masuk Desa, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa istilah AMD telah
berganti menjadi TMMD seiring reformasi di tubuh TNI. Seperti yang dikatakan oleh Rapotan Harahap bahwa TMMD itu adalah Abri Masuk Desa yang bertujuan
untuk membangun jalan masyarakat, apa yang menjadi keluhan mereka untuk diperbaiki dipenuhi melalui kegiatan TMMD. Bagi masyarakat Tanjung Baringin
seperti yang disampaikan oleh kepala desa Bapak Aujar Bakti, TMMD lah yang memajukan desa mereka. Sebelum pelaksanaan TMMD, baik desa Tanjung
Baringin maupun Sigading merupakan desa terpencil dengan kondisi jalan dan jembatan yang sangat memprihatinkan. Keadaan yang seperti itu sangat
menyulitkan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti penuturan dari Bapak Mual Siregar warga Tanjung Baringin, bila musim hujan tiba sepeda
motor pun tidak bisa lewat, bahkan untuk mengantar anak ke sekolah harus menggunakan sampan karena banjir. Pendapat Bapak Mual Siregar tersebut
didukung oleh pernyataan Bapak Nasarudin dari Desa Sigading yang mengatakan jika musim hujan jari-jari sepeda motor bisa tidak terlihat karena keadaan jalan
yang merupakan tanah merah tidak rata, kalaupun naik sepeda lebih baik jalan kaki sambil memundak sepeda. Tidak hanya pembangunan fisik yang mereka
rasakan, kegiatan TMMD juga memberikan penyuluhan-penyuluhan yang bermanfaat bagi masyarakat. Ada beberapa penyuluhan yang disampaikan seperti
bela negara, kesehatan dan KB, pertanian, peternakan, dan teknologi tepat guna. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Elvida Siregar bahwa ia msendiri mengikuti
penyuluhan kesehatan KB, dimana pada saat itu ia mendapat pemeriksaan kesehatan dan pemasangan alat KB secara gratis. Selain itu juga ada sunat massal
secara gratis dimana ada 80 anak yang mengikutinya. Seperti yang dikatakan oleh Abdul Razak dalam penyuluhan pertanian, masyarakat dibagikan bibit mahoni
untuk ditanami. Masyarakat Tanjung Baringin dan Sigading sendiri sangat berterima
kasih sekali dengan adanya kegiatan TMMD di desa mereka. Mereka sangat bersukur karena dengan adanya kegiatan ini dapat membuka akses jalan yang
selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Seperti yang dikatakan
Kepala Desa Sigading Bapak Zuber Harahap bahwa untuk desa mereka adalah pelaksanaan TMMD yang kedua kalinya setelah tahun 1995, namun karena tidak
adanya perhatian dari pemerintah untuk melanjutkan dan memelihara hasil dari kegiatan TMMD maka kondisi desa mereka kembali seperti semula. Berbicara
tentang perhatian pemerintah terhadap desa mereka, dari hasil wawancara masyarakat kedua desa berpendapat bahwa perhatian pemerintah setempat baik
ketika masih kabupaten Tapanuli Selatan maupun sekarang yang telah menjadi Kabupaten Padang Lawas terhadap pembangunan di desa mereka masih rendah.
Bagi masyarakat Tanjung Baringin seperti yang dikemukakan oleh Mual Siregar bahwa belum ada kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
setempat sebelum pelaksanaan TMMD, melalui kegiatan TMMD lah baru aja pembukaan jalan dan terbukanya akses bagi masyarakat. Dan yang sangat
disayangkan oleh masyarakat Tanjung Baringin adalah belum nyatanya tindak lanjut pemerintah dalam melanjutkan pembangunan hasil TMMD. Untuk kita
ketahui bersama bahwa setelah penutupan TMMD selesai maka semua hasil pembangunan yang dilaksanakan diserahkan ke pemerintah daerah untuk dirawat
dan dilanjutkan. Memang ada tanggapan dari pemerintah tapi masih sangat jauh dari yng diharapkan. Seperti yang dikatakan oleh Irwan Harahap yang
mengatakan sangat prihatin melihat apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam menindaklanjuti hasil TMMD. Ia mengatakan seperti itu karena biaya yang
digunakan selama kegiatan TMMD hanya sebesar empat ratus juta tetapi bisa membuka jalan sampai lima koma tujuh kilometer, tetapi pemerintah hanya
menyirtu jalan sepanjang dua ratus meter telah menghabiskan dana sebesar dua
ratus juta. Masyarakat sendiri mengatakan bahwa mereka lebih menyukai pembangunan yang dilakukan oleh TMMD. Seperti yang dikatakan oleh Bonar
Harahap, ia berharap ada TMMD lagi di desanya. Ia menilai pemerintah bekerja secara lambat, berbeda dengan TMMD yang terjun langsung bergotong royong
bersama masyarakat. Jika pemerintah yang mengerjakan pasti akan diserahkan ke pemborong sehingga hasilnya tidak “becus”. Pendapat tersebut juga di dukung
oleh Kepala Desa Bapak Aujar Bhakti yang mengatakan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh TMMD lebih mantap dibanding dengan pemerintah. Bahkan
untuk merawat hasil TMMD, masih atas swadaya masyarakat setempat dibantu oleh Koramil binanga.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat masyarakat Tanjung Baringin, masyarakat Sigading juga menilai pembangunan yang dilakukan melalui hasil
TMMD jauh lebih bermanfaat dibanding dengan yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti yang telah dibahas di atas bahwa Desa Sigading pada tahun 1995 juga
pernah jatah kegiatan yang dulunya masih bernama AMD, namun karena tidak ada perhatian dari pemerintah untuk merawat dan melanjutkannya maka kondisi
desa ini kembali terpuruk. Bahkan menurut Bapak Nasaruddin yang merupakan pensiunan guru, saat penulis bertanya tentang penilaiannya terhadap pembanguna
yang dilakukan oleh pemerintah dengan TNI mengatakan bahwa ia belum bisa membandingkan karena tidak adanya perhatian pemerintah terhadap Desa
Sigading, yang selama ia tahu adalah bahwa TNI telah dua kali melakukan pembangunan di desanya. Yang ia minta adalah agar jalan yang ada didesanya
sepanjang empat kilometer agar dikeraskan dan jembatan diperbaiki. Saat penulis
tanyakan kepada siapa ia meminta pengerasan jalan ia hanya mengatakan bahwa yang Ia perlu Cuma bukti, pembangunan dari TMMD telah Ia rasakan kalau dari
pemerintah belum. Yang menarik adalah ia mengatakan bahwa dalam menanggapi pembangunan ia mengumpamakan dirinya seperti kucing, siapa yang memberinya
makan maka ia akan ikut kepada orang yang memberinya makan. Masyarakat sangat merasakan manfaat dari pelaksanaan TMMD terhadap
peningkatan pembanguna di desa mereka. Masyarakat sendiri berpendapat bahwa mereka lebih menyukai pembangunan yang dilakukan oleh TNI dibandingkan
yang dilakukan oleh pemerintah. Yang masyarakat butuhkan adalah bukti bukan janji. Mereka sudah melihat sendiri bahwa mereka benar-benar merasa sangat
bersukur dan menikmati hasil dari pelaksanaan TMMD. Selama ini mereka merasa kurang adanya perhatian dari pemerintah sehingga desa mereka terisolir.
Jalan dan jembatan yang ada sangat memprihatinkan. Tetapi sesudah adanya pembukaan jalan dan pembuatan jembatan darurat melalui TMMD, mereka
merasa kehidupan mereka jauh lebih baik, usaha semakin berkembang, dan perekonomian meningkat. Jika selama ini mereka kesulitan untuk mengangkut
hasil perkebunan seperti sawit dan karet, kini semakin lancar karena jalanan yang telah dapat dilalui kendaraan bermotor. Selama ini hanya ada satu toke, kini telah
ada lima toke. Dalam pelaksanaannya masyarakat bekerja sama dengan TNI melakukan pembukaan jalan, penggalian parit, dan memperbaiki jembatan
penghubung antara kedua desa tersebut. Selama 21 hari bekerja sama, masyarakat bisa menilai sendiri tentang sosok TNI yang mereka anggap kejam dan
menyeramkan. Namun anggapan itu sirna seiring dengan adanya kegiatan TMMD
ini. Masyarakat akhirnya dapat menilai sendiri dan membuang anggapan tentang sosok TNI yang menakutkan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Murniati Sitompul
bahwa selama kegiatan TMMD, para prajurit TNI bersikap baik, ramah dan sopan kepada masyarakat, bahkan mereka menganggap bahwa mereka adalah bagian
dari desa Tanjung Baringin dan Sigading. Masyarakat sendiri dengan sukarela ikut membantu kegiatan TMMD, mereka datang secara sukarela dan membawa
peralatan masing-masing, dan kemanunggalan TNI dengan rakyat dapat terwujud. Masyarakat sendiri tidak menyalahkan pemerintah, tetapi mereka ingin
agar pemerintah lebih memperhatikan mereka terutama untuk melanjutkan hasil pembangunan dari TMMD. Masyarakat juga mengetahui bahwa pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah biasanya diserahkan kepada pemborong, sehingga banyak kekurangan, bukan pemerintahnya langsung yang
mengerjakannya. Masyarakat merasa sedih dengan pembangangun yang menelan biaya dua ratus juta hanya mencapai dua ratus meter jalan, sementara TMMD bisa
mencapai lima koma tujuh meter dengan biaya empat ratus juta. Jika TMMD yang mengerjakan, TNI-nya sendiri yang turun langsung dibantu oleh rakyat sehingga
tidak ada yang main-main. Semua dikerjakan secara serius sehingga hasil yang diinginkan tercapai bahkan mencapai over prestasi
Dari pemerintah daerah sendiri yang diwakilkan oleh Sekretaris Daerah sangat berterimah kasih dengan pelaksanaan kegiatan TMMD di Kabupaten
Padang Lawas. Bagi mereka TNI telah ikut membantu pembangunan di daerah Padang Lawas. Menurut pemerintah daerah, dengan pelaksanaan TMMD ini,
maka biaya pembangunan dapat ditekan karena anggaran yang digunakan dapat
dimaksimalkan karena tidak menggunakan upah tenaga kerja. Pemerintah Padang Lawas juga tetap menjalin kerja sama dengan pihak Kodim 0212TS tidak hanya
mengenai TMMD tetapi berbagai jenis kerja sama lainnya. Namun yang perlu diperhatikan bagi pemerintah daerah adalah
menindaklanjuti hasil dari pelaksanaan TMMD itu agar pekerjaan yang dilakukan oleh TNI bersama rakyat tidak sia-sia. Dengan adanya pembukaan jalan melalui
TMMD, maka pekerjaan pemerintah semakin mudah, karena jalanan sudah rata. Pemerintah hanya perlu memperkeras atau mengaspal jalan dan mengganti
jembatan darurat dengan jembatan yang permanen. Jika terus mempertahankan hasil TMMD tanpa ada tindak lanjut dari pemerintah maka tidak lama lagi jalanan
akan semakin rusak dan jembatan bisa rubuh karena tergurus air sungai. Bercermin dari berbagai kegiatan TMMD yang telah ada, didapat bahwa
pemerintah setempat kurang memperhatikan hasil dari pelaksanaan TMMD. Tidak jarang daerah yang tadinya telah dilaksanakan TMMD kembali ke kondisi
sebelum TMMD. Desa Sigading sebagai contonya, di mana pada tahun 1995 desa ini pernah mendapat pelaksanaan TMMD dulu AMD. Namun karena tidak ada
tindaklanjut pemerintah maka desa itu kembali terisolir. Mungkin pada saat itu Kabupaten Padang Lawas masih menjadi wilayah Tapanuli Selatan, sehingga
dengan wilayah yang sangat luas sulit untuk menjangkau pembangunan hingga ke pelosok desa. Dengan berdirinya Padang Lawas sebagai kabupaten baru, tentunya
akan memperkecil ruang lingkup pembangunan, sehingga diharapkan pembangunan dapat dirasakan hingga ke pelosok desa. Dan tentunya yang paling
diharapkan oleh masyarkat Desa Tanjung Baringin dan Sigading adalah adanya
usaha pemerintah menindaklanjuti hasil dari pelaksanaan TMMD agar desa mereka semakin maju dan berkembang. Namun dari hasil wawancara dengan
Kabid Fisik Bappeda, Kasi Jalan dan Jembatan Kimprasda dan Sekretaris Daerah belum didapat kepastian tentang tindak lanjut pemerintah Padang Lawas untuk
tahun 2011. Saat ditanyakan ke Bappeda mereka mengatakan belum ada, mereka menyarankan untuk bertanya ke Kimprasda karena menurut mereka Kimprasda
yang lebih mengetahuinya. Sebagai badan perencana daerah seharusnya Bappeda Padang Lawas sudah mengetahui dengan pasti apakah ada tindak lanjut dari
kegiatan TMMD, karena kegiatan TMMD sendiri masuk dalam perencanaan daerah. Saat hal ini dikonfirmasikan ke Kimprasda melalui Kasi Jalan dan
Jembatan mengatakan kalau tidak salah anggaran untuk tindak lanjut TMMD sudah ada. Apapun pendapat dari pemerintah daerah dalam menanggapi tindak
lanjut TMMD, yang jelas bahwa setelah penutupan TMMD seluruh hasil dari kegiatan tersebut telah diserahkan ke pemerintah daerah untuk dirawat dan
dilanjutkan pembangunannya. Terlepas dari kapan mereka akan melanjutkannya, yang jelas masyarakat sangat berharap agar pemerintah cepat bertindak sebelum
apa yang telah dibangun oleh TNI dan rakyat sia-sia karena tidak adanya perawatan.
Dengan adanya manfaat yang dirasakan melalui kegiatan TMMD dapat mengangkat keterpurukan warga untuk segera bangkit dan maju, karena persoalan
minimnya sarana dan prasarana terkadang itu menjadi sebab kemajuan menjadi lamban, tetapi dengan adanya TMMD yang lebih dikonsentrasikan pada
pengerjaan-pengerjaan yang menyentuh kepentingan warga, seperti jalan dengan
perlahan kemajuan itu bisa dirasakan, transportsai semakin mudah, aksespun semakin terbuka. Apa yang dialami oleh masyarakat Desa Tanjung Baringin dan
Sigading juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat desa Pesalakan Kotawingun. Camat Poncowarno, Dra. Siti Alfiah Anggraini mengaku
lega dengan adanya TMMD. Hubungan Poncowarno dengan Kotowinangun akan semakin lancar dan diharapkan nanti ada jalur angkudes yang melayani
masyarakat di pedesaan untuk bepergian ke kota Kebumen. Hal ini terlihat dalam penyelenggaraan TMMD II di Desa Pesalakan Kotawinangun wilayah Kodim
0709Kebumen. Yang serupa juga terjadi pada TMMD II di Desa Surajaya KecamatanKabupaten Pemalang. Dengan adanya kegiatan TMMD tahap II yaitu
jika program-program proyek tersebut dilaksanakan oleh pemborong dikalkulasi mencapai Rp. 238 juta, sedang melalui operasi TMMD II Rp.163 juta sehingga
operasi TMMD tahap II mempunyai nilai tambah sebesar Rp. 163 juta. Manfaat TMMD meningkatkan sarana transportsai, memperlancar arus perekonomian
desa, mempercepat pembagunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sama seperti TMMD di Desa Tanjung Baringin-Sigading yang berhasil
dilaksanakan dengan biaya Rp. 400 juta, jika itu diserahkan ke pemborong mungkin akan memakan biaya milyaran rupiah.
Gambaran tentang masih adanya kondisi wilayah yang secara ideal belum tersentuh pembangunan dalam memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakatnya secara keseluruhan, merupakan salah satu cermin kegagalan negara dalam melakukan pemerataan pembangunan. Tentu banyak sebab yang
bisa dicari tentang kegagalan tersebut, namun adalah kurang pas kalau hanya
malah saling tuding menuding, dengan prasangka positif dapat dikatakan bahwa negara dalam satu sisi memang banyak mengalami keterbatasan baik dari segi
pembiayaan pembangunan maupun alat peralatan yang minim. Dalam mengejar sebuah ketertinggalan itu, tentu butuh kesadaran dan
partisipasi semua komponen bangsa untuk saling bahu-membahu membantu tugas negara dan pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan. TNI
sebagai bagian dari elemen bangsa yang mempunyai fungsi khusus sebagai alat pertahanan dalam Undang-Undang no. 34 tahun 2004 tentang TNI, menyebutkan
dua pola operasi pokok TNI, yakni operasi perang dan operasi selain perang yang terbagi dalam beberapa bentuk kegiatan. Keterlibatan TNI dalam bentuk
partisipasi aktif terhadap sensifitas persoalan masyarakat yang dikemas dalam kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa TMMD, TNI Manunggal KB
Kesehatan TMKK dan lain sebagainya secara hukum memang telah dipayungi, namun lebih dari itu sebenarnya TNI tidak boleh tinggal diam terhadap persoalan
masyarakat padahal dengan segenap kemampuan yang dipunyai, TNI bisa memberikan kontribusi positif dalam membantu persoalan masyarakat. Selain itu
konsep pertahanan rakyat semesta dimana TNI sebagai komponen utama dan rakyat sebagai komponen pendukung semakin kuat. Tugas pokok TNI dalam
menjaga kedaulatan NKRI tidak akan terbantu kalau tidak ada kebersamaan dan kesatupaduan, Semoga saja semangat kemanunggalan TNI rakyat ini terus terjaga.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan