Persemaian Agribisnis Pengembangan Potensi Kopi sebagai Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi

14 budidaya kopi yang akan dibahas yaitu budidaya kopi Arabika dan kopi Robusta yaitu sebagai berikut :

2.2.1. Kopi Arabika

Penanaman kopi Arabika memiliki syarat tumbuh ketinggian 700-2000m dpl, dengan garis lintang 20 o LS sampai 20 o LU. Untuk curah hujan 1.500 sd 2.500 mmthn, kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, kemiringan tanah kurang dari 45 dan pH 5,5 - 6,5. Iklim sangat berpengaruh terhadap produktifitas tanaman kopi. Pengaruh iklim mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Pada saat bunga membuka sampai dengan berlangsung penyerbukan pertumbuhan buah muda sampai tua dan masak menjelang kemarau pada umumnya cuaca mulai terang, udara tidak berawan, berarti penyinaran matahari akan lebih banyak maka suhu akan meningkat. Banyak atau lamanya penyinaran merupakan stimulan bagi besar kecilnya persiapan pembungaan. Semakin banyaknya penyinaran maka persiapan pembentukan bunga akan semakin cepat. Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan diantaranya bahan bahan tanaman dan persiapan areal. Persiapan bahan tanaman meliputi penyediaan benih, penyemaian benih dan persemaian lapangan.

a. Persemaian

Untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk mendapatkan yang terbaik. Kulit dan daging buah dipisahkan dan lender Universitas Sumatera Utara 15 dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan. Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan apsir tebal kirakira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepersemaian lapangan.

b. Penanaman

Persiapan lahan dilakukan pembersihan dari semak, membongkar tunggul atau akar pohon yang ada. Kumpulkan seluruh bagian semak yang ada, kemudian diberaikan dan dilakukan pengajiran. Jarak tanam berbentuk segi empat yaitu : 2,5m x 2,5m; pagar 1,5m x 2,5m untuk tumpangsari 2 x 4 m. Untuk lubang tanamnya dibuat tiga bulan sebelum tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm dan tanah galian dicampur dengan pupuk kandang ke dalam lubang setelah 2 - 4 minggu. Bibit kopi harus berumur 4-5 bulan, tinggi minimal 20 cm, jumlah minimal tiga pasang. Selain itu juga perlu ditanam pohon pelindung yang hendaknya sudah ditanam 1-2 tahun. Biasanya jenis pohonnya seperti lamtoro, dapdap dan sengon. Pohon pelindung selain untuk melindungi tanaman kopi itu berguna sebagai memperpanjang umur produksi, menghindari penyakit, mengurangi biaya penyiangan, dapat menurunkan suhu air dan tanah pada musim panas. Penanaman kopi Arabika dapat dilakukan pada awal musim penghujan, dan Universitas Sumatera Utara 16 agar tidak banyak tanah yang terlepas dari akar dan leher akar, bibit ditanam rata dengan permukaan tanah. c. Pemeliharaan Penyulaman dilakukan pada bibit yang sudah mati untuk menjamin jumlah tegakan tanaman. Penyiangan dilakukan empat kali sebulan pada tanaman muda sedangkan tanaman dewasa dua kali sebulan yang bertujuan meratakan unsur hara dan air. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu awal musim hujan dan akhir musim hujan. d. Panen dan Pasca Panen Kopi Arabika mulai berbuah pada umur tiga tahun. Buah yang sudah masak berwarna merah tua dan pemetikan dilakukan harus hati-hati jangan sampai ada bagian pohon yang rusak. Pengolahan hasil dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Pengolahan secara kering yaitu buah kopi yang sudah kering diperam selama 24 jam, kemudian dijemur panas matahari diputar balikan agar merata sampai 10-14 hari, untuk memisahkan kulit buah. b. Pengolahan secara basah buah yang baru dipetik ditumbuk dengan lesung dan diberi sedikit air supaya cepat keluar, selain itu juga untuk menghilangkan lendir-lendir masih memikat perlu diperam dulu dalam kaleng atau diisi air 3-4 hari dan dicuci bersih.

2.2.2. Kopi Robusta

Penanaman kopi Robusta memiliki syarat tumbuh ketinggian 400-800 m dpl, rata-rata temperatur harian 21-24 o C. Untuk curah hujan rata-rata Universitas Sumatera Utara 17 membutuhkan 2000-3000 mmtahun dan pH atau keasaman 5,5 - 6,5. Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa proses yang berkesinambungan. Proses- proses itu antara antara lain adalah sebagai berikut:

1. Persemaian

Untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk mendapatkan biji untuk benih kulit dan daging buah dipisahkan dan lender dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan. Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan pasir tebal kirakira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepersemaian lapangan.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan pada musim hujan. Untuk itu tiga sampai enam bulan sebelumnya harus dibuat dengan ukuran 0,4 x 0,4 x 0,4 m. Pembuatan lubang dan luasnya tergantung pada struktur tanah. Makin berat struktur tanah makin lama lubang harus dibuat, makin besar dan luas. Setelah itu baru dilakukan penanaman serta diberi serasah. Universitas Sumatera Utara 18 Untuk memperoleh produksi yang optimal jarak kopi perlu diperhatikan. Jarak tanam harus dipilih sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah dan tipe iklim. Untuk tanah lebih subur atau yang mempunyai iklim lebih basah diperlukan jarak tanam lebih lebar dari pada tanah yang kurang subur atau mempunyai iklim kering.

3. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi : a. Pemeliharaan Tanah atau Lahan Pemeliharaan tanah dimaksudkan untuk menjaga agar media tanam kopi tetap dalam kondisi baik. Disini yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan gulma yang dapat menyaingi pengambilan makanan. Untuk itu pemberian serasah perlu dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma. Serasah dapat diperoleh baik dari rembesan pohon pelindung atau dari hasil siangan. b. Pemeliharan Tanaman Pokok Pemeliharaan dapat berupa pemangkasan dan penyulaman. Tujuan pemangkasan adalah untuk mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Terdapat tiga macam pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi serta pemangkasan rejuvinasi. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Sedangkan pemangkasan Universitas Sumatera Utara 19 produksi bertujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui pemangkasan bentuk. Sementara itu, pemangkasan rejuvinasi bertujuan untuk peremajaan batang. Dilihat dari jumlah batang terdapat dua sistem dalam pemangkasan yaitu pemangkasan berbatang ganda dan pemangkasan berbatang tunggal. Pemangkasan berbatang ganda dilakukan biasanya diperkebunan rakyat sedangkan pemangkasan berbatang tunggal dilakukan di perkebunan besar. Sistem pemangkasan batang dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan jenis kopi yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi yang banyak membentuk cabang-cabang sekunder. Oleh karena itu bila peremajaan batang kurang diperhatikan produksi cepat menurun karena pohon menjadi berbentuk payung. Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang. Oleh karena itu lebih sesuai bagi daerah yang basah dan letaknya rendah dimana pertumbuhan batang baru berjalan lebih cepat. Peremajaan tidak hanya mengganti tanaman yang rusak atau tua dengan tanaman yang baru, tetapi juga perlu pergantian varietas atau klon yang unggul serta perbaikan kultur teknis. Rejuvinasi sebaiknya dilakukan pada akhir suatu panen besar, pada waktu akhir musim kemarau. Rejuvinasi dilakukan secara :  Total, yaitu mengganti seluruh pohon kopi dari suatu area.  Selektif, yaitu rejuvinasi selektif yang dipilih pada pohon-pohon yang jelas sudah tua atau rusak dan produksinya rendah.  Sistematis, yaitu peremajaan bertahap untuk diremajakan seluruhnya. Universitas Sumatera Utara 20 c. Pemupukan Pupuk diperlukan karena adanya pengambilan hara oleh tanaman dan persediaan dalam tanah. Kopi mengambil hara dalam tanah untuk pertumbuhan vegetatif serta untuk pertumbuhan buah. Tujuan pemupukan adalah :  Memperbaiki kondisi tanaman, tanaman yang dipupuk secara optimal dan teratur akan memiliki daya tahan lebih besar, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan yang ekstrim.  Peningkatan produksi dan mutu, walaupun pada tahun pertama pemupukan lebih banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, tetapi pemupukan ini juga meningkatkan mutu yaitu besarya biji kopi dan rendemen lebih tinggi.  Stabilisasi produksi, tanaman kopi bersifat biannual bearingpanen raya setiap empat tahun sekali. Oleh karena itu untuk menjaga agar produksi tidak turun terlalu banyak maka perlu pemupukan yang teratur dosis dan jenis pupuk harus disesuaikan sebab pemberian pupuk yang salah tidak hanya tidak efektif tetapi juga menurunkan produksi.  Demikian pula dengan waktu pemupukan yang harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan iklim. Dosis dan waktu pemupukan baiknya dilakukan pada awal musim dan akhir musim hujan Universitas Sumatera Utara 21 d. Hama dan Penyakit Terdapat banyak sekali hama dan penyakit yang dapat menyerang kopi diantaranya :  Serangan bubuk buah akan mengakibatkan gugurnya buah muda, menurunkan mutu akibat biji berlubang dan penyusustan berat. Pemberantasan terhadap hama ini dilakukan dengan pemusnahan sumber infeksi petik bubuk, lelesan dan pemutusan siklus hidup.  Bubuk cabang, yang menyerang cabang dan wiwilan yang masih muda dan mengakibatkan cabang kering atau patah. Untuk mengatasi serangan hama bubuk cabang, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki kondisi tanaman kopi, menghambat pertumbuhan cendawan, memusnahkan cabang-cabang yang terserang.  Kulit putih, akibat dari serangan ini mengakibatkan tanaman kopi menjadi kerdil dan buah mudah gugur. Untuk mengatasinya maka dilakukan pemberantasan semut, membabat tanaman yang disenangi kutu, memusnahkan tanaman pelindung yang terserang dan menyemprot obatobatan.  Cendawan akar coklat dan akar hitam, tanaman yang terserang daunnya akan layu kuning dan kering. Untuk menghindari serangan lebih luas maka tanaman yang terserang didongkel dan dimusnahkan, kemudian diisolasi dengan pembuatan parit. Universitas Sumatera Utara 22

4. Panen dan Pasca Panen

Kopi berbuah tidak serentak maka panennya juga tidak dapat dilakukan sekali saja. Untuk itu pemetikan haruslah dipilih yang lazim disebut petik merah, yaitu pemetikan buah yang masak berwarna merah dipetik satu demi satu dari tiap dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan kopi untuk menghasilkan mutu yang tinggi yaitu : a. Petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk buah, biasanya dilakukan pada buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia delapan bulan. b. Panen raya atau sistem petik merah, yakni pemetikan buah yang sebenarnya, pemetikan sistem petik merah dapat berjalan antara empat sampai lima bulan dengan giliran sepuluh sampai 14 hari. c. Rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipilih, petik ini dilakukan bila sisa kopi dipohon masih berkisar 10 persen. Setelah kopi dipetik perlu dilakukan penggilingan dua tahap kemudian penjemuran kira-kira 36 jam Tjokrowinoto, 2002.

2.3. Perencanaan Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah dilaksanakan dalam upaya menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pembangunan tersebut, pemerintah merupakan aktor yang penting karena memiliki wewenang dan kemampuan dalam membuat strategi, perencanaan dan kebijakan-kebijakan serta mengimplementasikannya di lapangan. Walau demikian dalam mewujudkan Universitas Sumatera Utara 23 perencanaan pembangunan tersebut harus didukung oleh pihak-pihak lain seperti pihak swasta dan juga masyarakat. Sasaran utama yang banyak dicanangkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah adalah meningkatkan pertumbuhan produktivitas productivity growth , memeratakan distribusi pendapatan income distribution, memperluas kesempatan berusaha atau menekan tingkat pengangguran unemployment rate , serta menjaga pembangunan agar tetap berjalan secara berkesinambungan sustainable development. Berikut ini beberapa konsep perencanaan pembangunan di suatu daerah menurut Komet Mangiri dan Ati Widiati Urbanus dan Socia, 2002:101-108 :

2.3.1. Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Sumberdaya

Sumberdaya merupakan semua potensi yang dimiliki oleh alam dan manusia, baik dalam bentuk tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian, keindahan alam, maupun sosial budaya. Potensi-potensi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan daerah yang bersangkutan. Dalam kenyataannya, kualitas dan kuantitas yang dipunyai suatu daerah berbeda dengan daerah yang lainnya. Di Indonesia misalnya, ada beberapa propinsi yang memiliki sumberdaya melimpah dibandingkan dengan propinsi- propinsi lainnya. Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Kalimantan Timur dan Papua kaya akan potensi dan hasil migas. Maluku dan Maluku Utara memiliki potensi dan hasil laut yang berlimpah. Sebaliknya, Bengkulu memiliki sumber daya alam yang sangat terbatas. Begitu juga dengan Papua yang kualitas sumber daya Universitas Sumatera Utara 24 manusianya masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa propinsi lainnya di Indonesia. Karena adanya perbedaan kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut maka di dalam konsep perencanaan pembangunan daerah menurut sumberdaya ini terdapat beberapa pilihan, yakni : a Pembangunan daerah berbasis input, tetapi surplus sumber daya manusia. Dalam teori ekonomi klasik, strategi seperti ini dikenal pula dengan istilah labor surplus strategy. Bagi daerah yang memiliki sumber daya manusia yang sangat banyak, tetapi lahan dan sumber daya alamnya terbatas, maka labor surplus strategy cukup relevan untuk diterapkan. Tujuan utama strategi ini adalah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya dan mengupayakan ekspor tenaga kerja ke daerah lain. b Pembangunan daerah berbasis input, tetapi surplus sumber daya alam. Strategi ini mengupayakan berbagai upaya dalam memaksimalkan sumber daya alam yang mengalami surplus sehingga bisa diekspor ke daerah lain. Hasil ekspor nantinya dapat dimanfaatkan untuk mendatangkanmengimpor sumber daya yang dibutuhkan namun tidak tersedia di daerah tersebut. c Pembangunan daerah berbasis sumberdaya modal dan manajemen. Sebagian daerah mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup. Namun daerah tersebut tidak memiliki sumber daya modal yang mencukupi untuk menciptakan pembangunan daerah. Oleh karena itu strategi pembangunan daerah yang tepat adalah dengan Universitas Sumatera Utara 25 pengembangan lembaga keuangan perbankan dan nonperbankan yang kuat dan sistem manajemen yang baik. d Pembangunan daerah berbasis seni, budaya, dan keindahan alam. Di Indonesia ada banyak daerah yang memiliki sumber daya berupa pantai dan panorama yang indah, iklim yang sejuk, cagar alam yang fantastis, seni yang atraktif, serta budaya yang unik. Contohnya Pantai-pantai di Bali, pesona bawah laut Wakatobi di Sulawesi, Bunaken di Manado, Raja Ampat di Papua. Dengan sumberdaya seperti itu, daerah yang bersangkutan dapat mengembangkan wilayahnya dengan cara pembangunan transportasi, perhotelan, restoran, kerajinan cinderamata dan sarana- sarana serta usaha yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata. e Pembangunan Daerah berbasis penataan ruang lokasi strategis. Pengembangan wilayah berbasis penataan ruang dapat dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi strategis untuk berbagai kegiatan pembangunan fisik maupun nonfisik. Pemilihan lokasi-lokasi strategis tersebut bisa didasarkan pada basis input bahan baku dan tenaga kerja, basis transformasi produksi, ataupun basis output marketconsumer oriented. Untuk mengembangkan lokasi-lokasi strategis tersebut, ada tiga alternatif yang bisa dipilih, yakni dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan growth poles, integrasi fungsional functional integration, dan pendekatan desentralisasi dezentralization approach . Universitas Sumatera Utara 26

2.3.2. Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Komoditas Unggulan

Konsep ini menekankan motor penggerak pembangunan suatu daerah terletak pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan, baik di tingkat domestik maupun internasional. Ada beberapa kriteria megenai komoditas unggulan, di antaranya : a Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama prime power pembangunan perekonomian. Artinya komoditas unggulan tersebut dapat memberikan konstribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran. Misalnya adalah cengkeh di Sulawesi, minyak bumi dan gas alam di Aceh, jasa perdagangan di Jakarta, jasa pariwisata di Bali. b Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang forward linkages and backward linkages yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya. c Komoditas unggulan mampu bersaing competitiveness dengan produk sejenis dari daerah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupum aspek-aspek lainnya. d Komoditas unggulan di suatu daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain complementarity, baik dalam hal pasar konsumen maupun pemasokan bahan baku jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali. Universitas Sumatera Utara 27 e Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi. f Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. g Komoditas unggulan bosan bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran increasing, pertumbuhan growing, puncak maturity, hingga penurunan decreasing. h Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. i Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentifdisinsentif, dan lain-lain. j Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Apabila komoditas unggulan sudah memasuki fase penurunan, maka pengembangan selanjutnya dapat diteruskan dengan cara : a Memperkuat strategi pemasaran agar dapat mempengaruhi konsumen untuk terus mengkonsumsi komoditas tersebut. Misalnya melalui eksebisi, potongan harga, keringanan pajak, hingga promosi ekspor. b Meningkatkan kualitas produk agar tetap memiliki daya saing, sehingga permintaan terhadap komoditas tersebut tidak menurun secara drastis. Universitas Sumatera Utara 28 c Menciptakan permintaan oleh industri antara intermediary industry yang berarti sekaligus menciptakan nilai tambah baru bagi perekonomian daerah yang bersangkutan.

2.4. Pengembangan Kawasan Agropolitan

Agropolitan adalah wilayah pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian sektor usaha pertanian dalam artian luas di wilayah sekitarnya. Sedangkan kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dengan sistem agribisnis. Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan. Melalui pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan dengan wilayah produksi pertanian. Melalui pendekatan sistem Kawasan Agropolitan, produk pertanian akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan sebelum dijual ke pasar ekspor, sehingga nilai tambah tetap berada di Kawasan Agropolitan Daidullah, 2006. Hal.1 Universitas Sumatera Utara 29

2.4.1. Prinsip Pemberdayaan Agropolitan

Agropolitan memiliki 4 empat prinsip pemberdayaan yang harus diterapkan dalam mengembangkan kawasan agropolitan yaitu: a Prinsip Kerakyatan Pembangunan diutamakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan perorangan ataupun kelompok. b Prinsip Swadaya Bimbingan dan kemudahan fasilitas yang diberikan harus mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian, bukan menumbuhkan ketergantungan. c Prinsip Kemitraan Memperlakukan pelaku agribisnis sebagai mitra kerja pembangunan yang berperan serta dalam seluruh proses pengambilan keputusan dan menjadikan mereka sebagai pelaku dan mitra kerja yang aktif dalam melaksanakan pembangunan. d Prinsip Bertahan dan Berkelanjutan Pembangunan dilaksanakan sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakat setempat serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

2.4.2. Penerapan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan

Penerapan Strategi untuk mengembangkan agropolitan berbasiskan komoditi unggulan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 30 a Peningkatan kemandirian masyarakat tokoh petani, tokoh masyarakat dan LSM dengan memberikan peran kepada masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. b Penguatan kapasitas kelembagaan tani yang mengarah pada pengembangan koperasi atau asosiasi atau bentuk lain yang cocok dengan kondisi kawasan, pada kelembagaan ini juga dikembangkan kegiatan simpan pinjam atau lembaga keuangan mikro untuk membantu permodalan masyarakat perdesaan. c Di Kawasan Agropolitan perlu dikembangkan Klinik Konsultasi Agribisnis KKA yang berfungsi sebagai sumber informasi modal, pasar, tehnologi dan pelatihan bagi petani sekitarnya. Kegiatan ini sebaiknya merupakan kegiatan kerjasama lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, masyarakat dan atau swasta. d Pemberian fasilitas sarana dan prasarana strategis yang dibutuhkan masyarakat pasar, jalan, irigasi, jaringan telepon listrik, air bersih dan lain- lain yang sesuai dengan master plan. e Pemberian insentif kepada pelaku agribisnis untuk mengembangkan produksi dan produk komoditi unggulan harga dasar, pajak, permodalan dan lain-lain. f Pemberian insentif dan penghargaan terhadap aparatur dan petugas seperti Camat, penyuluhpetugas lapangan, Kepala DesaKepala Dusun yang terkait dengan pelaksanaan Gerakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Djakapermana, 2007 Hal 1. Universitas Sumatera Utara 31

2.5. Agribisnis

Menurut Suryanto, B 2004 Hal 4, pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan setiap aktivitas itu sebagai upaya memaksimalkan potensi pertanian agar dapat menjadi andalan di sektor perekonomian. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki komponen-komponen atau yang disebut dengan sistem agribisnis. Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, yaitu 1 subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia ; 2 subsistem budaya dan usaha tani ; 3 subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri ; dan 4 subsistem pemasaran hasil pertanian.Rahim dan Diah, 28 : 188 Sedangkan Hermawan, 2008 Hal 4 menyatakan bahwa Agribisnis terdiri dari lima subsistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interdepedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas, dengan kelima subsistem sebagai berikut :

a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi