63
pendapatan dalam agribisnis kopi adalah : harga jual biji kopi kering, suku bunga bank, sistem upah, penanganan pasca panen dan kondisi iklim.
6.2.2. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Potensi Kopi
Kabupaten Dairi a.
Faktor-faktor Internal
Faktor-faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan faktor kelemahan dari pengembangan potensi kopi Kabupaten Dairi. Faktor-faktor internal ini
merupakan faktor-faktor yang keberadaannya ditentukan oleh Kabupaten Dairi itu sendiri, baik melalui pemerintahnya maupun melalui pelaku-pelaku usaha
pengembangan potensi kopi. Berdasarkan hasil observasi peneliti serta hasil wawancara dengan Kabid
Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Dairi Bapak P. Sianturi, Staff Dinas Perkebunan Dairi Ibu Theresia Panggabean, para petani kopi, pengusaha kopi,
serta pedagang pengumpul yang ada di lokasi penelitian, maka disimpulkan faktor-faktor internal pengembangan potensi kopi Kabupaten Dairi adalah sebagai
berikut :
6.2.2.a.1. Kekuatan Strenghts
Kekuatan merupakan bagian dari faktor internal yang merupakan nilai- nilai positif yang harus dikembangkan secara maksimal. Faktor kekuatan ini
menjadi kelebihan dari pengembangan potensi kopi Kabupaten Dairi apabila dibandingkan dengan pengembangan potensi kopi di daerah ataupun di
Universitas Sumatera Utara
64
kabupaten-kabupaten lainnya. Adapun faktor-faktor internal yang berupa kekuatan tersebut antara lain :
1. Keberadaan AlamAgroklimat yang Sesuai untuk Pengembangan Kopi
Kabupaten Dairi merupakan daerah dataran Tinggi, memiliki beberapa jenis tanah. Jenis tanah yang ada umumnya merupakan jenis tanah liparit yang
merupakan hasil peletusan dari Gunung Toba dengan luas sekitar 103.812 Ha 53,85 yang tersebar di seluruh kecamatan. Tanah jenis ini sangat baik
digunakan untuk perkebunan kopi. 2.
Ketersediaan Lahan Luas wilayah Kabupaten Dairi adalah 192.780 ha, dan yang digunakan untuk
perkebunan adalah seluas 32.779 ha atau yang paling banyak digunakan dibandingkan sektor pertanian lain. Lahan perkebunan yang paling luas
digunakan untuk perkebunan kopi yaitu seluas 18.999 ha Berdasarkan data Dairi Dalam Angka 2012 yang dipublikasikan BPS, di Kabupaten Dairi
terdapat lahan yang tidak diusahakan atau menganggur seluas 7.313 ha. Lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan.
3. Pengalaman Petani
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber yaitu petani-petani yang ada di Kecamatan Sumbul dan Sidikalang bahwa pertanian kopi telah
lama di geluti oleh mereka dan telah menjadi sumber pendapatan keluarga sejak dari beberapa generasi di atas mereka. Pengetahuan bertani kopi juga
sudah banyak mereka ketahui karena sejak kecil mereka sudah diikutsertakan bertani kopi di ladang. Begitu juga dengan keturunan mereka sejak kecil sudah
Universitas Sumatera Utara
65
diajak ke ladang membantu bertani kopi misalnya saja untuk memanen buah- buah kopi yang sudah matang. Demikianlah pengetahuan bertani kopi mereka
akan turun temurun. 4.
Lokasi Pengembangan Kopi Dekat dengan Ibukota Propinsi Sebagai Pintu Masuk Pasar Ekspor
Kabupaten Dairi diukur dari ibukotanya yaitu Sidikalang hanya berjarak kurang lebih 150 km dengan ibukota propinsi yaitu Medan. Selain itu kondisi
jalan yang relatif bagus antara Sidikalang dan Medan juga mendukung terbukanya pintu ekspor bagi komoditas kopi Kabupaten Dairi.
5. Akses Transportasi
Secara umum, jalur transportasi dalam Kabupaten Dairi dapat digunakan dengan baik, mulai dari jalan antar desa maupun antar kecamatan. Hal ini
dapat mempermudah kegiatan mobilitas penduduk dan hasil produksi kopi. Demikian juga jalur transportasi antar Kabupaten Dairi dengan Kabupaten
lainnnya telah memadai dan dapat digunakan dengan baik. 6.
Identitas Kopi Sidikalang yang Sudah Dikenal di Luar Kabupaten Dairi Kopi Dairi dari dahulu sudah dikenal dengan baik di luar wilayah Kabupaten
Dairi dengan nama kopi Sidikalang. Hal ini karena dari dahulu Kabupaten Dairi dapat menghasilkan kopi dengan jumlah yang banyak dan dengan
kualitas yang baik dan cita rasa yang nikmat. Bahkan menurut observasi peneliti banyak penduduk di luar Kabupaten Dairi mengenal Kabupaten Dairi
dengan Kopi Sidikalangnya.
Universitas Sumatera Utara
66
6.2.2.a.2. Kelemahan Weaknesses
Kelemahan merupakan faktor-faktor internal dalam pengembangan potensi kopi Kabupaten Dairi yang dapat menjadi kendala dan hambatan dalam upaya
pengembangan potensi kopi Kabupaten Dairi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Penggunaan peralatan tradisional
Penggunaan teknologi tepat guna dalam pengembangan Kopi di Kabupaten Dairi memegang peranan yang cukup penting. Akan tetapi hal ini masih
menjadi kendala karena masih rendahnya minat petani untuk memanfaatkan teknologi di bidang pertanian ini untuk mengembangkan pertanian kopinya.
Namun hal ini diengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingginya harga peralatan pertanian yang sudah memanfaatkan terknologi kekinian, rendahnya
kualitas petani sehingga merasa bahwa mereka tidak sanggup mengoperasikan peralatan yang sudah memanfaatkan teknologi tersebut.
Akibatnya sebagian besar petani kopi ini masih mempertahankan cara-cara tradisional dalam melakukan usaha taninya. Sehingga hasil yang diperoleh
belum maksimal dan kualitas yang dihasilkan relatif rendah dan tidak stabil. Sebagai contohnya berdasarkan penelitian di Kecamatan Sumbul dan
Sidikalang, untuk mengolah hasil kopi pasca panen, para petani menggunakan alat pengolah sederhana yang hanya berkapasitas 50 literjam dan dikayuh
dengan tenaga tangan manual.
Universitas Sumatera Utara
67
Sementara dalam perkembangannya, elah terdapat mesin pengolah kopi pasca panen otomatis yang berkapasitas 1-3 tonjam dan digerakkan dengan tenaga
mesin. 2.
Keterbatasan Modal Keterbatasan modal dalam berusahatani merupakan masalah klasik hampir di
semua daerah pertanian, khususnya usahatani kopi. Begitulah yang terjadi dengan para petani kopi di Kabupaten Dairi yang menyebabkan para petani
kesulitan untuk meningkatkan skala hasil produksinya. Dengan modal yang terbatas sangat sulit bagi petani untuk mengelola usahataninya, apalagi untuk
menambah lahan hasil pertaniannya. Menurut petani hal ini disebabkan hasil pertanian kopi tersebut seringkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sehingga tidak terdapat cukup sisanya untuk usaha meningkatkan hasil pertanian kopi.
Sebenarnya terdapat beberapa lembaga keuangan di Kabupaten Dairi mulai dari bank-bank, koperasi, pegadaian dan yang terbaru muncul yaitu CU Credit
Union, namun para petani enggan meminjam uang selain karena prosedur yang rumit, mereka juga seringkali tidak memiliki agunan yang bernilai untuk
diagunkan sebagai jaminan. 3.
Kualitas SDM yang rendah Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani kopi, bahwa sebagian
besar mereka menamatkan pendidikan mereka hanya sampai jenjang smp, dan sebagian lagi sampai sma. Oleh karena itu dalam pertanian kopi metode yang
mereka gunakan adalah metode-metode lama yang diwariskan dari orang tua
Universitas Sumatera Utara
68
tanpa ada inovasi dan temuan baru untuk meningkatkan produktifitas kopi tersebut.
4. Lembaga pembina penelitian dan pelatihan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan staff dari dinas perkebunan Kabupaten Dairi bahwa pemerintah belum memiliki lembaga pembina,
penelitian dan pelatihan milik pemerintah yang khusus untuk pengembangan potensi kopi di Dairi. Hal ini tentu sangat disayangkan karena pemerintah
seharusnya menjadi garda terdepan dalam upaya pengembangan potensi kopi di Kabupaten Dairi.
5. Siklus Pemasaran Kopi
Siklus pemasaran kopi dimulai dari petani kopi khususnya yang berada di luar ibukota kecamatan menjual kopi kepada pedagang pengumpul yang datang ke
desa atau kecamatan mereka. Kemudian dari pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengumpul yang skala usahanya lebih besar di pasar ibukota
kecamatan pada hari pekan yaitu hari Sabtu. Dari pedagang pengumpul tersebut kemudian diangkut ke Medan untuk dijual lagi kepada eksportir.
Setiap pedagang akan memperoleh keuntungan melalui kebijakan margin harga yang mereka buat. Misalnya apabila harga pasar kopi robusta adalah 20.000
rupiah, maka pedagang pengumpul yang menjemput barang ke desa akan menawar kopi petani dengan harga antara 18.000 rupiah sampai 19.000 rupiah.
Pedagang pengumpul ini akan menjual ke pedagang pengumpul yang lebih besar yang tinggal di kota dengan harga yang lebih tinggi misalnya 19.500
rupiah. Banyaknya alur siklus pemasaran ini mengakibatkan harga di petani
Universitas Sumatera Utara
69
kopi menjadi rendah, sehingga petani kopi sulit mengembangkan pertaniannya dengan pendapatan yang seperti itu. Berikut merupakan alur atau siklus
pemasaran dan distribusi kopi di Kabupaten Dairi.
Gambar 4.3 Siklus Pemasaran Distribusi Kopi Kabupaten Dairi
6. Dukungan Kebijakan Pemerintah dan Pelaksanaannya
Pemerintah melalui dinas perkebunan seharusnya memiliki kebijakan dalam upaya pengembangan kopi di Kabupaten Dairi. Berdasarkan wawancara
peneliti dengan salah satu staff dinas perkebunan bahwa mereka tidak mempunyai program yang nyata untuk mengembangkan produksi
7. Industri Pengolahan Kopi
Menurut data BPS Kabupaten Dairi dalam publikasinya ”Dairi Dalam Angka 2012” bahwa pada tahun 2011 jumlah industri pengolahan kopi yang
menghasilkan kopi bubuk di Kabupaten Dairi adalah sebanyak 16 industri. Hal ini tentu tidak selaras dengan potensi Kabupaten Dairi yang merupakan
penghasil kopi terbanyak di Sumatera Utara. Bahkan menurut observasi Petani
Kopi di
Desa Pedagang
Pengumpul I
Pedagang Pengumpul
II Medan
Industri Kopi
Bubuk Lokal
Pasar Domestik
Pasar LN
Ekspor
Universitas Sumatera Utara
70
penulis serta pendapat beberapa orang masyarakat bahwa hanya ada dua industri kopi yang sudah dikenal hampir seluruh masyarakat Kabupaten Dairi.
Kedua industri kopi tersebut yaitu UD. Tanpak dan UD. Kopi Ida. 8.
Kemitraan usaha Pada umumnya budidaya kopi dilakukan oleh petani dengan lahan yang telah
diwariskan oleh orangtua secara turun-temurun, diolah sendiri dan hanya mengandalkan kesuburan tanah. Mereka tidak memiliki rekan bermitra
misalnya dengan meminjam dana sebelum panen, sehingga memiliki modal untuk meningkatkan produksi kopinya. Kemitraan usaha hanya dilakukan oleh
pengumpul di pasar dengan rekan mitra pedagang pengekspor di Medan Dari segi harga petani juga akan menderita rugi karena yang menentukan harga kopi
mereka adalah pedagang-pedagang pengumpul. 9.
Pengendalian hama dan penyakit Pada umumnya petani kopi di Dairi tidak terlalu memperhatikan kesehatan
tanaman kopi mereka. Mereka membiarkan kopi tumbuh begitu saja untuk kemudian ditunggu sampai panen. Padahal menurut petani sendiri masalah
yang sering mengganggu kopi mereka adalah munculnya hama dan penyakit yang mengakibatkan biji kopi mereka busuk sebelum panen baik busuk
setengah maupun busuk seutuhnya.
b. Faktor-faktor Eksternal