Makna Al-Musawa Dalam Kerangka Politik Islam Nusantara Berbasis Maqashid Syariah

3.1 Makna Al-Musawa Dalam Kerangka Politik Islam Nusantara Berbasis Maqashid Syariah

Konsep persamaan (Al-Musawa) dalam politik islam menempatkan pilar keadilan tanpa

memandang perbedaan agama bangsa, bahasa dan budaya atau paham politik 17 . Keadilan disini diartikan membawa nilai-nilai kemaslahatan yang sejalan dengan cita-cita syariat (Maqashid Syariah). Kemaslahatan harus dilihat secara kontekstual agar bisa menangkap prinsip-prinsip universal syariat ini dengan mendefinisikan bahwa keadilan mempunyai arti sama, yaitu kese- taraan yang tidak membedakan antara satu dengan yang lain secara diskriminasi berdasarkan

hal-hal yang bersifat subjektif. 18 Hal ini berarti setiap warga negara harus diperlakukan sesuai dengan nilai keadilan yang menjadi kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya dalam praktik. Keadilan yang hendak diwujudkan adalah keadilan dengan menekankan pada prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat, artinya setiap kebijakan pemerintah yang sudah ditetapkan seyogyanya mencerminkan nilai-nilai keadilan yang hidup ditengah masyarakat, karena kebijakan atau peraturan yang berlaku itu tidak hanya menjamin kepentingan pihak yang berkuasa, melain- kan menjamin kepentingan akan rasa adil bagi semua pihak tanpa kecuali. Sebagaimana secara eksplisit al-quran menyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 105, yang artinya:

15 Ibid, hlm 332. 16 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1995), hlm 42

17 Hamid Fahmi Zarkasy, Konsep Adil Dalam Politik Islam, http://inpasonline.com/konsep-adil-dalam-politik-islam/, diakses 29 April 2011.

18 Tim Forza Pesantren, Ijtihad Politik Islam Nusantara: Membumikan Fiqih Siyasah Melalui Pendekatan Maqashid Asy-Syari’ah, (Kediri:Lirboyo Press, 2015), hlm 73.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak mene- rimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”.

Ayat tersebut secara kontekstual mengingatkan kepada pemegang kekuasaan/ pemerintah dalam menetapkan suatu hukum harus bersikap adil. Artinya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia modern yang dikategorikan dalam hak-hak sipil, hak sosial ekonomi, hak politik dan sosial budaya harus dijadikan prioritas utama dalam menegakkan keadilan dengan menempatkan warga yang lemah sebagai prioritas agendanya untuk memenuhi hak-haknya yang hilang.

Dalam konteks Indonesia dengan Pancasila, persamaan disini mempunyai hubungan yang sejajar dan serasi antara hubungan pemerintah dengan rakyat sebagai warga negara berdasarkan asas kerukunan. 19 Dalam artian, adanya keseimbangan antara hak dengan kewajiban. Rakyat mempunyai hak-hak tertentu yang tidak boleh dilanggar oleh Pemerintah dan menyadari kewajibannya untuk mematuhi aturan-aturan pemerintah yang dibangun atas kehendak bersama sebagai dorongan kodrat untuk hidup bermasyarakat. namun yang terpenting adalah sarana dan cara penyelesaian sengketa dalam batas-batas yang tetap menjaga keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat. 20

Berpangkal dari uraian diatas, materi muatan dari konsep Al-musawa yang telah diuraikan diatas, khususnya di bidang politik yaitu lebih ditekankan pada keadilan dalam perlindungan hak-hak politik warga dan persamaan hak di muka hukum dan pemerintahan tanpa diskriminatif yang mengedepankan asas kerukunan dalam NKRI. Dalam penulisan ini juga akan dijabarkan terkait konsep Al-musawa di bidang politik, yaitu:

1) Perlindungan Hak Politik Salah satu kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan syariat (maqashid asy-syariah) adalah

perlindungan terhadap akal. Dalam konteks demokrasi dimaknai adanya jaminan perlindungan hak untuk mengembangkan dan memberdayakan potensi intelektual dan potensi pemikiran atau biasanya lazim dengan kebebasan berbicara dan berpendapat terkait persoalan-persoalan publik tanpa rasa takut dan mengeluarkan kritik terhadap pemerintah baik pada saat proses pembuatan kebijakan mupun pada pelaksanaan kebijakan tersebut. Mengutip pendapatnya dari Abdurrahman Wahid bahwa pemberdayaan politik rakyat itu sangat menentukan dalam tercapainya stabilitas politik antara pemerintah dengan masyarakat. Semua unsur masya- rakat harus dilibatkan tanpa mengenal golongan manapun. Hal inilah yang mendasari adanya penguatan terhadap civil society untuk melakukan control sosial politik terhadap dominasi negara, karena penguatan lembaga negara dngan prinsip check n balance masih memung- kinkan adanya peluang dominasi kepentingan politik pemerintah.

2) Perlindungan persamaan hak di muka hukum dan pemerintahan Ketika pemikiran politik masyarakat itu djamin hak kebebasannya, maka harus di imbangi

dengan persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yang lazim dikenal dengan equality before the law sebagai nilai-nilai fundamental demokrasi yang akan menuju pada kemaslahatan yang dicita-citakan, yaitu Maqashid Asy-syariah. Hal ini pernah dipraktekkan dalam constitution of Medina pada pasal 1 yang berbunyi: “Antara orang-orang beriman dari kaum muslimin dari kalangan Quraisy dan yang berasal dari Yastrib (Madinah) beserta yang mengikuti mereka dan menyusul mereka, dan berjuang bersama mereka adalah satu umat, diluar golongan yang lain”. 21

Sedangkan di Indonesia sebagai negara hukum berada dalam tataran negara yang menganut prinsip-prinsip rule of law dalam arti luas, sebagaimana dinyatakan oleh Robeerto M. Unger dalam bukunya “Law andModrenSociety: Toward a Criticism Of SocialTheory”, yaitu mendefinisikan

19 Philippus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1987), hlm. 88. 20 Ibid 21 Muhammad Haekal Husain, Sejarah Hidup Muhammmad (Jakarta: Lentera Antar Nusa,2003), hlm 202.

bahwa lewat gagasan tentang sifat netral (neutrality), seragam (uniformity), dan dapat dipredik- sikan (predictability). Penggunaan pemerintah harus berlangsung didalam batasan-batasan per- aturan yang berlaku bagi cukup banyak kategori orang dan tindakan. Segenap peraturan ini,

apapun bentuknya, harus diberlakukan secara seragam. 22 Hal ini dapat dipahami bahwa Prinsip Equality Before The Law dalam konteks negara hukum berasaskan Pancasila adalah hukum dibuat menurut prosedur yang dapat diterima dan setiap orang memiliki hak persamaan didepan hukum untuk turut berpartisipasi dalam proses pembentukan kebijakan pemerintah yang bersifat

otonom substantive diantara golongan-golongan/ sekolompok masyarakat dengan tidak meng- utamakan kepentingan individu tetapi secara bersama-sama dan tidak didiskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, golongan maupun kelompok yang memiliki pandangan politik tertentu dalam rangka. mewujudkan tujuan yang berdasarkan pada nilai Keadilan Sosial Pancasila. Hal ini tentunya sejalan dengan prinsip-prinsip politik islam yang mengutamakan kemaslahatan publik

Dengan demikian , dalam konsep persamaan (Al-Musawa), nilai keadilan menduduki peran sentral dalam konteks politik terkait relasi kekuasaan anatara negara dengan masyarakat. Oleh karena itu, politik islam nusantara harus menjadi tuntunan baik prinsip, pemikiran dan tindakan untuk mewujudkan kehidupan politik yang santun dan bermoral dengan tidak menghalalkan segala macam cara, namun mengacu pada tujuan mensejahterakan rakyatnya. Etika poltik disini bermuara pada upaya kulturisasi politik dengan menempatkan sistem nilai yang memiliki karakteristik tertentu (local wisdom) sebagai salah satu elemen utama dalam konsepsi Islam Nusantara yang mampu menyeimbangkan antara islam dengan budaya lokal dalam wilayah nilai-nilai luhur dan universal keislaman dan kenusantaraan dengan menempati posisi yang sejajar. Dengan kerangka berpikir seperti itu, tentunya akan melahirkan wawasan yang tidak hanya menekankan aspek yang bersifat tekstual tetapi lebih berorientasi pada pemikiran yang substantif.