KAJIAN TEKS

A. KAJIAN TEKS

1. Hadits Tentang Pekerjaan Terbaik

“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi) .”

2. Kajian Tematik Komprehensif

Ada beberapa hadits dengan tema sama berkaitan dengan profesi/pekerjaan yang paling baik menurut Rasulullah SAW, perbedaannya hanya bersifat redaksional tanpa merubah kesamaan tema kandungannya. Beberapa redaksi dari hadits tersebut adalah sebagai berikut:

“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya. ”

4 Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, terj. M Imam Azis dkk, Yogyakarta, Lkis, 1997, hlm. 43. 5 Ibid., hlm. 44. 6 Imam al-Baehaqiy, Sunan Baehaqiy al-Kubra, Maktabah Syumila NU, juz 5, hlm. 263. Hadits ini diriwyatkan

oleh Syarik bin Abdullah al-Qadli, dalam periwayatannya beliau melakukan kesalahan di dua tempat, (1) keliru menyebutkan nama Jami’ bin ‘Umair, seharusnya adalah Sa’id b ‘Umair, (2) berkaitan dengan kemuthasilan sanad, bahwasanya yang meriwayatkan hadits tersebut dari Wa-il adalah perawi lain secara mursal . Dalam penjelasan kitab Al-Musnad, hadits ini dikategorikan sebagai Hasan Li-ghairihi, sedangkan Abu Hatim menilai beliau sebagai orang yang tsiqah, Imam Al-Bukhariy masih mempertimbangkanya (lihat

Jami’ul Ahadits; Makatabah Syumila NU, juz V, hlm. 239.). 7 Imam Bukhari, Jami’us Shahih, Maktabah Syumila NU, bab kasbir rajuli bi’amali yadihi, juz III, hlm. 57.

“Sesungguhnya, pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan yang berasal dari hasil kerja keras tangan si pekerja di saat ia (mampu) menasehati (dirinya dari hasil pekerjaanya tersebut) ”.

“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan .”

Sedangkan hadits di bawah ini lebih menitik beratkan pada keutamaan dan peluang ekonomi sektor perdagangan, dibandingkan sektor usaha selainnya:

“Sembilan dari sepuluh (pintu) rizqi itu terdapat dalam sektor perdagangan, sedangkan sisanya tersebar di beberapa sektor (selain sektor perdagangan). ”

Berlawanan dengan hadits mengenai jenis profesi terbaik, hadits berikut ini membicarakan tentang jenis-jenis pekerjaan yang dikategorikan sebagai pekerjaan terburuk:

8 Imam Ahmad b Hanbal, al-Musnad, Maktabah Syumila NU, bab musnad Abu Hurairah, juz II, hlm. 357. 9 Imam as-Suyuthi, Jami’ul Ahadits, Maktabah Syumila NU; Bab Hamzah ma’a Tho‘, juz V, hlm. 15. 10 Imam as-Suyuthi, Jam’ul Jawami’ aw al jami’ al-kabiir as-Suyuthiy , Maktabah Syumila NU, Juz I, Bab hurufta‘ al-mutsannah, hlm . 10929. 11 Ibid., hlm. 13540.

“Seburuk-buruknya pekerjaan itu ada tiga macam, (1) maharnya pelacur, (2) harga anjing, dan (3) pekerjaan tukang bekam.”

3. Kajian Linguistik

Kata merujuk kepada kondisi ideal (kata terjemah standarnya adalah baik), misal saat menyebut air yang tawar dan menyegarkan digunakan istilah

(kadangkala kalimat

ini diguakan untuk menyebut air yang suci), untuk menyebut makanan yang enak dan lezat digunakan istilah

, untuk meyebut orang yang pandai bergaul digunakan istilah begitupun untuk menggambarkan sebuah negeri yang damai, subur makmur maka digunakan istilah

12 Dalam konteks pekerjaan, profesi ataupun mata pen- .

caharian, kata bisa dimaknai dengan pekerjaan yang paling halal dan paling berkah. 13 Dan perlu dicatat di sini adalah penggunaan kata dengan sighat tafdhil yang berarti yang paling .... atau yang ter..., di mana hal itu menunjuk pada sebuah kondisi ideal suatu profesi bagi umat Muhammad SAW.

Kata berarti mencari rizki, 14 mata pencaharian, 15 memperoleh harta / laba, mencari nafkah 16 bisa juga diartikan sebagai segala bentuk aktivitas ekonomi.

Kata berarti pekerjaan/profesi yang menitik beratkan pada penggunaan

anggota badan (terutama tangan) untuk menghasilkan sebuah “produk” yang akan dijual. Para ulama memasukkan beberapa pekerjaan yang bisa include dalam cakupannya, yaitu bisa bertani, bisa berdagang, bisa juru tulis, bisa seorang tukang (kayu/batu) dan setiap jual

beli yang mabrur. 17 Khusus mengenai pertanian, Imam Nawawi berargumentasi bahwasanya

pertanian paling mendekati level tawakkal di antara profesi yang lain. Imam Nawawi menambahkan bahwasanya sektor pertanian juga memiliki manfaat yang luas baik bagi manusia, mamalia, burung, dan sebagainya, karena itulah bertani merupakan profesi yang paling ideal. 18

Sedangkan yang dimaksud dengan perdagangan yang (yang diberkahi) adalah per-

dagangan yang terhindar dari penipuan, kebohongan, serta berbagai bentuk kecurangan,

baik terkait dengan harga, timbangan maupun aspek lainnya. 19 Secara praktis, ia adalah

seorang penjual yang memiliki kesalehan pribadi sebagai seorang muslim serta kesalehan sosial sebagai seorang pedagang, sebagaimana dalam hadits berikut:

12 Imam Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, Maktabah Syumila NU, bab

,juz I, hlm. 563

13 Ali Al-Qariy , Muraqatul Mafatih Syarkh Misykatul Misbah, Maktabah Syumila NU,Babul Kasbi, juz IX. Hlm. 271. 14 Al-Azhariy, Tahdzibul Lughah, Maktabah Syumila NU ; bab tentang , Juz 3, hlm. 332. 15 Waliyuddin Abi Abdillah Muhammad b Abdulah al-Khatib al-Umariy at-Tabrizy, Misykatul Masabih ‘Alaa

Syarkhihi Mura’atul Mafaatih, Maktabah Syumila NU, pasal I , juz 1, hlm. 360. 16 KH Warson Munawir., Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta, Yogyakarta, tnp., hlm. 1206.

17 Ali Al-Qariy, Muraqatul Mafatih Syarkh Misykatul Misbah, Maktabah Syumila NU,Babul Kasbi, juz IX. Hlm. 271.

18 Ibid. 19 Muhammad b Ismail al Amir al-Kahlaniy as-Shan’aniy, Subulussalam, Maktabah Syumila NU, juz III, hlm. 4.

“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan .”

4. Kajian Konfirmatif Dalam al-Qur‘an, di antara ayat yang mengangkat tema mengenai profesi / pekerjaan yang

halal dan baik dalam rangka mencari rizki adalah sebagai berikut:

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan .” (QS. Al Mulk: 15)

Dalam ayat ini, al-Baghawi tidak memberikan kriteria khusus berkenaan dengan tawaran Allah kepada manusia untuk bisa memanfaatkan segala karunia Allah yang dianugerahkan kepada manusia sebagai rizki yang harus disyukuri. 21

“Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kalian yang baik-baik, dari sebagian yang Kami keluarkan dari bumi untuk kalian. Dan janganlah kalian memilih yang buruk-buruk lalu kalian nafkahkan sebagian daripadanya, padahal kalian sendiri tidak maumengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267)

Ayat ini lebih menyoroti pengelolaan harta di mana sebagai muslim memiliki kewajiban untuk selalu menafkahkan rizki hasil jerih payahnya. Ayat ini menggaris bawahi bahwasanya ikhtiyar dalam mencari rizki harus dai sumber yang baik, sebab ketika hendak diinfakkan, Allah hanya akan menerima sedekah/infak yang berasal dari harta yang halal. 22

20 Imam As-Suyuthi, Jami’ul Ahadits, Maktabah Syumila NU; Bab Hamzah ma’a Tho‘, juz V, hlm. 15. 21 Imam Al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, Maktabah Syumila NU, surat al-Mulk: 15, hlm. 563. 22 Sayyid Tantowi, Tafsir Al-Quran al-‘Adzim, Maktabah syumila NU, hlm. 563.

Dan katakanlah kamu:”Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Menethaui akan yang ghaib dan nyata, lalu diberikannya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan .” (QS. At-Taubah: 105)

“Apabila telah kamu tunaikan sholat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung. ” (QS. Al-Jum’ah: 10)