Hak Cipta EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN KARYA CIPTA MOTIF BATIK KEBUMEN SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

HKI secara garis besar terbagi atas dua bidang, yaitu bidang yang terkait dengan ilmu pengetahuan, seni dan sastra, serta bidang yang terkait dengan industri. Hak cipta adalah cabang HKI yang terkait dengan bidang yang pertama. Sedangkan cabang HKI yang terkait dengan industri meliputi Merek, Paten, Desan industri, rahasia dagang, varietas tananan dan juga tata letak sirkuit terpadu. Dan batik sebagaimana diketahui berkembang bukan hanya dibidang seni tetapi juga industri, maka cabang HKI yang terkait dengan batik adalah hak cipta dan juga merek.

a. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, hak cipta secara langsung dimiliki oleh pencipta begitu dia selesai melakukan penciptaan. Pencipta tidak perlu mendaftarkan ciptaannya kepada Direktorat Jenderal HKI untuk mendapatkan perlindungan. Pencipta memiliki hak penuh untuk mengumumkan, memperbanyak dan memanfaatkan hasil ciptaannya sekaligus melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memanfaatkan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial. Menurut sistem hukum Indonesia, setiap hak milik mempunyai fungsi sosial termasuk juga di dalamnya adalah hak kekayaan intelektual. Fungsi siosial itu mengandung makna bahwa hak milik, disamping dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, juga mesti ada kemanfaatan yang diperuntukkan bagi umum. Fungsi sosial ini merupakan pembatasan bagi hak eksklusif yang dimiliki seseorang berdasarkan undang-undang yang mengaturnya. 21 Dalam hal hak cipta, fungsi sosial atau pemabatasan hak individu diatur dalam UU Hak Cipta Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18. Pasal 14 menyebutkan, Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: a. Pengumuman danatau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli; b. Pengumuman danatau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan danatau diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan danatau diperbanyak; atau c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap. 21 Abdulkadir Muhammad, 2007, Kajian Hukum ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, cet. 2, Citra Aditya Bakti, Bandung. Hlm: 30-31 Sementara Pasal 15 menyebutkan bahwa dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta; b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan; c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: i ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau ii pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta. d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial; e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya; f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan; g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. Pada Pasal 16 Pasal 17 dan Pasal 18 UU Hak Cipta menjelaskan bahwa penggunaan hak cipta untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pendidikan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Pengatruan fungsi sosial ini sejalan dengan doktrin penggunaan yang pantas fair use fair daeling yang berakar pada hukum kebiasaan the Anglo-American common law tradition. 22 Doktrin ini mengandung pengertian bahwa penggunaan yang pantas adalah pemberian ijin kepada pihak masyarakat untuk membuat salinan karya yang dilindungi hak cipta, jika digunakan untuk tujuan yang bermanfaat bagi masyarakat dan pertimbangan-pertimbangan lain yang mendukung. Doktrin ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

b. Pengetahuan Tradisional