perbuatan melawan hukum dan restitution dan tidak berdasar pada hukum benda. Hukum harus melindungi pencipta dari tindakan-
tindakan yang melawan hukum yang membahayakan. Doktrin misapropriation mengharuskan hukum untuk melindungi pelaku dari
tindakan-tindakan yang merugikan karena telah merusak hubungan kepercayaan konsumen atas produsen. Dari perspektif tindakan
memperkaya diri dengan tidak adil, tindakan tersebut jelas merugikan karena memperoleh kekayaan dari yang seharusnya
dimiliki pemilik hak. Dari sudut pandang ini, HKI memiliki justifikasi yang sangat kuat.
c. Pembenaran Dari Sudut Pandang Masyarakat Pembenaran ini sering disebut sebagai economic justification for the
intellectual property regimes. Hal ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan produksi, penyebaran dan eksploitasi yang efisien
terhadap berbagai hal. Keuntungan dari HKI diperuntukkan agar masyarakat secara umum dapat terpenuhi hajat ekonominya. Oleh
karena itu dari segi ekonomi, HKI menjadi sebuah sistem yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat luas.
4. HKI Sebagai Bagian dari Hukum Ekonomi
HKI adalah salah satu cabang dari hukum ekonomi. Sampai saat ini, definisi baku tentang hukum ekonomi sendiri belum disepakati oleh
para pakar. Sri Redjeki Hartono berusaha mendefinisikan hukum
ekonomi sebagai rangkaian perangkat peraturan yang mengatur kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi.
44
Dari pengertian tersebut tampak bahwa semua kegiatan ekonomi
masyarakat dalam pengertian luas menjadi kajian hukum ekonomi. Dalam kajian hukum ekonomi sendiri ada dua pendekatan, yaitu makro
dan mikro. Pendekatan makro yaitu kajian hukum terhadap setiap hal yang ada kaitannya dengan kegiatan ekonomi secara makro. Dalam
bagian ini ada campur tangan negara terhadap kegiatan tersebut sehingga tercapai suatu masyarakat ekonomi yang sehat dan wajar.
Kemudian kajian bersifat mikro yaitu kajian yang mempunyai wawasan khusus terhadap hubungan-hubungan yang tercipta karena adanya
hukum para pihak yang sifatnya nasional, kondisional, dan situasional.
45
Ruang lingkup hukum ekonomi sendiri sangat luas, sehingga masih tercecer pertanyaan mendasar sekitar kemampuan hukum dalam
mengatur kegiatan ekonomi sendiri, benarkah hukum dibutuhkan dalam ruang lingkup kegiatan ekonomi? Mestinya hukum harus mampu
memberikan solusi atas persoalan-persoalan mendasar dalam kegiatan ekonomi. Salah satu hal mendasar itu adalah keseimbangan
kepentingan dalam kegiatan ekonomi pada umumnya, yaitu dengan
44
Lebih spesifik, hukum ekonomi juga diartikan setiap perangkat hukum undang- undang atau peraturan lain yang mengatur setiap kegiatan menjalan perusahaan. Lihat
Sri Redjeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung. Hlm: 73.
45
Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Malang, Bayumedia Publishing. Hlm: 9-12
memberikan perangkat peraturan yang sifatnya protektif.
46
Tugas sistem hukum dalam adalah mengontrol jalannya perekonomian, yaitu
dengan mendayagunakan hukum secara efektif agar dapat mengoperasikan sistem pasar, persaingan bebas, dan sebaginya.
47
Hukum ekonomi memiliki sifat ganda, yaitu yang bersifat mengatur dan memaksa, karena hukum ekonomi bergerak dalam dua ranah
sekaligus, yaitu privat atau perdata dan juga ranah publik.
48
Pada ranah perdata, hukum ekonomi memposiskan diri sebagai perangkat
peraturan yang mengatur, memberikan pilihan hukum, memberikan kesempatan pada para pihak sendiri, dan seterusnya yang berdasarkan
pada asas hukum perdata berupa kebebasan berkontrak. Sedangkan pada ranah publik, hukum ekonomi menempatkan diri sebagai undang-
undang, peraturan pemerintah, dan peraturan-peraturan di bawahnya. Dalam ranah publik ini, hukum ekonomi bersifat mengatur dan
memaksa demi kepentingan umum, seperti kebijakan-kebijakan mengenai perizinan, investasi dan sebagainya.
49
Berdasarkan gambaran tentang hukum ekonomi ini, maka jelas bahwa rezim
undang-undang HKI yang termasuk di dalamnya adalah undang- undang tentang Hak Cipta, merupakan bagian dari hukum ekonomi.
46
Ibid. Hlm: 76
47
Satjipto Rahardjo, 2009, Membangun dan Merombak Hukum Indonesia; Sebuah Pendekatan Lintas Disiplin, Genta Publishing, Yogyakarta. Hlm: 101.
48
Memaksa artinya pembuat undang-undang tidak memberikan keleluasaan kepada para pihak untuk menerapkan atau tidak menerapkan aturan itu. Mengatur
artinya hukum itu akan dijadikan acuan oleh para pihak manakala para pihak tidak membuat aturan sendiri yang berlaku bagi hubungan mereka. Lihat Peter Mahmud
Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Kedua. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Hlm: 234-235
49
Satjipto Rahardjo, Op.Cit. Hlm: 79-80
Dalam UU Hak Cipta diatur tentang hak ekslusif yang dimiliki pencipta, dengan kebebasan baginya untuk mengeksploitasi hasil
ciptaannya, dan melarang siapa pun untuk memanfaatkan hasil kreasinya. Hal ini menunjukkan bahwa UU Hak Cipta ini merupakan
bagian dari hukum ekonomi yang bersifat mengatur dengan kebebasan ada pada pemilik ciptaan. Namun selain itu, dalam UU Hak Cipta diatur
pula mengenai ketentuan-ketentuan tentang masa berlaku, fungsi sosial, pelanggaran dan juga pidana, sehingga dapat dikatakan pula
bahwa UU Hak Cipta ini bersifat memaksa. Dengan demikian, UU Hak Cipta selain bersifat mengatur hak pencipta juga bersifat memaksa
pada publik.
G. Hukum Hak Cipta di Indonesia 1. Pengertian Hak Cipta