Namun mengingat karya cipta tradisional ini merupakan public domain, maka mestinya harus ditambah bahwa tindakan itu
bersifat merusak dan merugikan masyarakat.
b. Perlindungan Atas Motif Kontemporer Batik Kebumen 1 Subjek Perlindungan
Dalam hal perlindungan motif kontemporer batik Kebumen, yang menjadi subjek perlindungannya adalah para pencipta motif batik
tersebut. Perajin yang hanya menyelesaikan pesanan motif yang sudah digambarkan tidak menjadi pemilik hak cipta atas hasil karya
batiknya. Hak cipta dalam kondisi tersebut berada pada pemesan yang telah menentukan bentuk motifnya. Berbeda ketika pemesan itu
hanya memesan jenis motif batik tertentu dengan jenis motif yang ditentukan oleh perajin sendiri, maka hak cipta secara moral melekat
pada perajin tersebut. Pemesan hanya memiliki batik secara materil. Ketika suatu motif dikerjakan bersama-sama, maka hak cipta atas
motif batik tersebut juga dimiliki secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan ketentuan umum pada Pasal 1 UU Hak Cipta yang
menyatakan bahwa pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu
Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi.
2 Objek Perlindungan
Hak cipta atas motif kontemporer batik Kebumen yang diciptakan secara individu, sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf i, seni
batik termasuk salah satu objek yang dilindungi hak cipta. Ada beberapa persyaratan untuk suatu objek agar bisa mendapat
perlindungan hak cipta antara lain adalah keaslian karya. Dalam dunia kerajinan batik yang sangat sangat terbuka akan tindakan peniruan
dan juga pengaruh motif-motif yang sudah berkembang, orisinalitas suatu motif menjadi penting. Hanya motif-motif kontemporer yang
benar-benar asli dan baru lah yang akan memperoleh perlindungan. 3 Perbuatan Hukum Perlindungan
Perlindungan hak cipta secara otomatis timbul bersama terwujudkan hasil karya secara fisik. Hal ini dikarenakan secara prinsip
hak cipta tidak melindungi ide melainkan karya yang nyata. Selain itu sistem perlindungan hak cipta bersifat deklaratif sehingga untuk
mendapat hak dan perlindungan tidak harus dengan mendaftarkan. Pendaftaran hanya bersifat administratif dan antisipatif, yang nantinya
bisa digunakan sebagai sebuah alat bukti yang sah untuk mempertahankan hak cipta atas karya intelektual yang dimilikinya. Hal
ini sesuai dengan ketentuan pasal 35 ayat 4 yang menyatakan bahwa pendaftaran bukan merupakan kewajiban. Lebih lanjut dalam
Pasal 36 dinyatakan bahwa pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum
Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar.
Untuk menentukan bentuk pelanggaran atas suatu karya cipta motif batik memerlukan ketelitian yang tinggi, mengingat suatu motif dapat
saja diciptakan mirip atau hampir serupa dengan motif yang lain. untuk menentukan ada tidaknya pelanggaran harus ada unsur ittikad buruk.
Hal ini karena dalam prinsipnya hak cipta memang tidak dilindungi dari keberadaan karya independen.
120
Sehingga dimungkinkan adanya dua karya cipta yang dalam perwujudannya sama dapat dimiliki oleh
orang yang berlainan. Dalam penjelasan Pasal 15 UU Hak Cipta, pelanggaran atas hak
cipta sulit diidentifikasi secara kuantitatif. Sehingga pelanggaran lebih bisa dinilai secara kualitatif dengan pengambilan bagian yang subtantif
dari sebuah karya cipta. Dalam hal motif batik, ada disebut motif dasar dan isen-isen. Motif dasar merupakan bagian yang pokok dalam
sebuah motif, sehingga ketika ditemukan persamaan dalam bagian
tersebut, maka ada indikasi kuat telah terjadi pelanggaran hak cipta. 4 Jangka Waktu Perlindungan
Masa perlindungan atas karya cipta batik ini adalah sepanjang umur hidup pencipta sampai dengan lima puluh tahun setelah dia
meninggal. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 29 ayat 1 UU Hak Cipta. Setelah melewati masa perlindungan, maka suatu motif batik itu
120
Tim Lindsey dkk. 2005, Hak Kekayaan Intelektual; Suatu Pengantar, Cet. 4. Alumni, Bandung. Hlm: 122.
akan menjadi milik umum, dan siapa saja bisa menggunakannya. Hal ini merupakan bentuk kontrobusi nyata dari kreatifitas intelektual yang
bersifat sosial. Sehingga hak cipta tidak hanya memperhatikan
kepentingan individu namun juga kepentingan umum. 5 Tindakan Hukum Perlindungan
Pelanggaran atas hak cipta motif batik kontemporer yang dimiliki secara individual dapat dikenakan sanksi hukum. Palanggaran hak
cipta motif kontemporer batik ini dapat berupa memperbanyak, mengumumkan tanpa izin pemilik hak. Selain itu, tindakan
menampung dan memperjual belikan barang hasil pelanggaran juga merupakan pelanggaran atas hak cipta. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 2 dan juga Pasal 72 ayat 2 UU Hak Cipta. Pemilik hak cipta dapat mengajukan gugatan ganti rugi ke Pengadilan Niaga,
atau melaporkan tindak pelanggaran pidana atas motif batiknya kepada pihak kepolisian untuk ditindak lanjuti. Pengajuan gugatan
ganti rugi tidak menghalangi pemerintah untuk melakukan tuntutan pidana atas pelaku pelanggaran. Hal ini sesuai dengan ketentuan
pasal 56 tentang pengajuan gugatan ganti rugi dan permohonan penyitaan. Mengenai kewenangan aparat penegak hukum untuk
melakukan penuntutan pidana diatur dalam Pasal 66, sedangkan
masalah pemidanaan diatur pada pasal 72 UU Hak Cipta.
2. Perlindungan Motif Batik Kebumen Dalam Praktek
a. Efektivitas Hukum Hak Cipta