Peran Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan HKI Tradisional

Dengan konsep berpikir di atas, maka pemerintah daerah tidak harus berpangku tangan menunggu uluran tangan Pusat melalui DAU, karena pada dasarnya setiap daerah memiliki potensi besar yang dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunannya. Beragamnya sumber daya hayati serta banyaknya jenis pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya yang dapat dieksplorasi menjadi nilai ekonomi, dengan ditunjang kualitas SDM yang unggul, akan menjadi sebuah modal pembangunan yang sangat potensial bagi sebuah daerah otonomi.

2. Peran Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan HKI Tradisional

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang merupakan perubahan dari UU nomor 22 tahun 1999, memiliki politik hukum dan visi yang sama. Menurut Riyas Rosyid sebagai salah satu arsitek UU Pemerintahan Daerah di era reformasi, ada tiga hal yang menjadi visi daripada UU Pemerintahan daerah ini: a. Membebaskan pemerintah pusat dari beban mengurus soal- soal domestik dan menyerahkannya kepada pemerintah lokal agar pemerintah lokal secara bertahap mampu memberdayakan dirinya untuk mengurus urusan domestiknya; b. Pemerintah pusat dapat berkonsentrasi pada masalah makro nasional; c. Daerah bisa lebih berdaya dan kreatif. Dari ketiga visi tersebut, kemudian dimanefestasikan dalam visi bidang politik ekonomi dan sosial budaya sebagai berikut: a. Di bidang politik: munculnya kepala daerah yang dipilih secara demokratis, lahirnya pemda yang responsif atas tuntutan masyarakat, lahirnya keputusan-keputusan yang bertanggungjawab, adanya transparansi kebijakan, adanya struktirp pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, adanya sistem dan pola karier yang kompetitif, adanya manajemen pemerintahan yang efektif san objektif. b. Dibidang ekonomi: menjamin lancarnya ekonomi nasional di daerah sekaligus memberi kesempatan bagi daerah untuk membuat kebijakan ekonominya sendiri. c. Di bidang sosial dan budaya: membanguan harmoni sosial sekaligus memelihara nilai-nilai lokal yang dianggap kondusif. 93 Berdasarkan pemaparan di atas, maka secara filosofis keberadaan sistem otonomi daerah memberikan kewenangan yang begitu luas kepada daerah untuk berinovasi dalam kemandirian. Masing-masing daerah dapat merancang sistem ekonominya sendiri melalui prioritas- prioritas pembangunan yang menunjang. Industri kreatif yang selama ini kurang menjadi prioritas pengembangan, seiring dengan bertambahnya pengetahuan tentang HKI, dapat dijadikan salah satu modal pembangunan daerah. 93 Moh. Mahfud MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta, Pustaka LP3ES. Hlm: 228-229. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Eksistensi Motif Batik Kebumen Sebagai Karya Cipta Intelektual Tradisional