Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
28
Tabel 2.3 Pembangunan Jembatan Timbang
Tahun Lokasi Pembangunan Jembatan Timbang
Pembangunan UPPKB Jembatan Timbang
Pembangunan UPPKB Jembatan Timbang
Selesai Lokasi Pembangunan UPPKB
Jembatan Timbang Selesai 2014
1 -
2015 1
Jumlah 2
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
d. RehabilitasiPeningkatan UPPKB JembatanTimbang
RehabilitasiPeningkatan UPPKB Jembatan Timbang tahun 2014-2015 yang telah selesai sebanyak 2 dua lokasi sebagai berikut:
Tabel 2.4 RehabilitasiPeningkatan Jembatan Timbang
Tahun Lokasi RehabilitasiPeningkatan Jembatan Timbang
Peningkatan Jembatan
Timbang Peningkatan
Jembatan Timbang Selesai
Lokasi Rehabilitasi Peningkatan Jembatan Timbang Selesai
2014 2
2 Sarjo Sulbar, Pasar Panas Kalteng
2015
Jumlah 2
2 Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
e. Pembangunan Prasarana Dermaga Penyeberangan
Pembangunan Prasarana Dermaga Penyeberangan yang telah selesai pembangunannya pada tahun 2014-2015 sebanyak 34 tiga puluh empat
lokasi yang tersebar seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.5
Pembangunan Dermaga Penyeberangan
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
Tahun Jumlah
Lokasi Kegiatan
2014 18
Dermaga Penyeberangan Selat Belia, Ndao, Solor, Kalabahi, Sei Asam, Bahaur, Sebatik, Parigi, Timampu, Beau, Dermaga Plengsengan
Gorontalo, Labuan, Amolengu, Teluk Bara, Saketa, Gebe, Kayoa, dan Dermaga Penyeberangan Makian.
2015 16
Dermaga Danau Sipinggan, Meulaboh, Penarik, Gunaksa, Seba, PaluePamana, Kewapante, Ciremai, Bahaur, Saka Kajang, Pulau Laut
Timur, Simanggaris, Amolengo, Labuan, Amahai, Gorom dan Pamako
Jumlah 34
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
29
f. Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai
Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai yang telah selesai pada tahun 2014
–2015 sebanyak 26 dua puluh enam lokasi yang tersebar seperti pada table di bawah ini:
Tabel 2.6 Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
g. Pembangunan Prasarana Dermaga Danau
Pembangunan Prasarana Dermaga Danau yang telah selesai pada tahun 2014-2015 sebanyak 3 lokasi yang tersebar seperti terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.7 Pembangunan Prasarana Dermaga Danau
NO TAHUN
JUMLAH LOKASI
KEGIATAN
1 2014
- 2
2015 3
Dermaga Maninjau Sumbar, Singkarak Sumbar, Kuala Tungkal Jambi
Jumlah 3
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
2. Pembangunan Bidang Lalu Lintas
Pembangunan ATCS Selesai
Pembangunan Area Traffic Control System ATCS yang dibiayai APBN tahun 2014
–2015 yang telah selesai sebanyak 3 tiga ATCS dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.8 Grafik dan Gambar Sebaran Lokasi Pembangunan ATCS
Tahun Lokasi Pembangunan ATCS
Pembangunan ATCS
Pembangunan ATCS Selesai
Lokasi Selesai 2014
7 -
-
2015
5 3
Padang Sumbar, Bandung Jabar, Pekalongan Jateng
Jumlah 12
3
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
Tahun Jumlah
Lokasi Kegiatan
2014 14
Dermaga Sungai Muara Batang Gadis, Nipah Panjang, Wiralaga, Sidang, KTM, Meliau, Barito, Lok Baintan, Nduga, Kelapa Lima, Kokonao, Senyerang,
Blitar, dan Dermaga Sungai Pangkalan Bun. 2015
9 Dermaga Kuala Enok Riau Kuala Indah,Nilau Parit, Rambe Jambi, Karang
Baru Sumsel, Kasongan Baru dan Lamunti Kalteng, Jatim, Batu Dinding Kaltim
Jumlah 26
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
30
3. Pembangunan Sarana Perhubungan Darat
Pembangunan Sarana dan Prasarana pada Tahun Anggaran 2015 terus dilanjutkan, untuk Bidang Prasarana Perhubungan Darat antara lain :
pembangunan BRT di 16 kota sebanyak 1.050 unit bus, pembangunan 16 terminal, penerapan ATCS di 15 kota. Adapun Dalam rangka peningkatan
keselamatan dan keamanan transportasi, telah dilaksanakan: pemasangan 16.368 unit rambu, pembuatan marka jalan sepanjang 2.500.533 m, pagar
pengaman jalan guard rail sepanjang 42.035 m, pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas APIL sebanyak 301 unit dan pemasangan alat penerang
jalan sebanyak 3.623 unit.
Sedangkan pembangunan Prasarana Angkutan Sungai, Danau Dan Penyeberangan SDP yang sedang dilaksanakan di tahun 2015, berupa
pembangunan pelabuhan penyeberangan sebanyak 44 pelabuhan dan pengadaan 12 kapal penyeberangan.
B. Perkeretaapian
1. Pencapaian Infrastruktur Perkeretaapian Tahun 2014-2015
Pencapaian penting Infrastruktur Perkeretaapian dalam kurun waktu 2014- 2015 diantaranya:
A. Kegiatan Peningkatan Pelayanan Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api
1 Pengoperasian KA Bandara Kualanamu-Medan; 2 Pengoperasian KA Perintis lintas Krueng Mane-Bungkah-Krueng
Geukeuh Aceh, lintas Padang-Solok Sumbar, lintas Kertapati- Inderalaya Sumsel, lintas Purwosari
–Wonogiri Jatengdan lintas Mojokerto-Tarik-Tulangan-Sidoarjo Jatim;
3 Pengalokasian PSO penumpang yang terus meningkat; 4 Pengoperasian KA Angkutan motor gratis di Pulau Jawa.
B. Kegiatan Pembangunan bidang Prasarana Perkeretaapian :
1 Pembangunan Stasiun Palmerah, Stasiun Kebayoran, Stasiun Maja dan Stasiun Parungpanjang di lintas Tanah Abang-Merak;
2 Pembangunan Jalur Ganda KA dan Elektrifikasi antara Parungpanjang- Maja sepanjang 21 Km;
3 Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Utara Jawa sepanjang 725 km; 4 Pembangunan Jalur Ganda KA antara Cirebon – Larangan sepanjang
57 Km; 5 Groundbreaking Jalur KA Trans Sulawesi antara Makassar-Parepare;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
31
6 Dimulainya pelaksanaan konstruksi MRT Jakarta lintas North-South mulai September 2013;
7 Dimulainya pembangunan Trans Sumatera lintas Langsa-Besitang- Binjai, Rantauprapat-Duri-Dumai dan Duri-Pekanbaru mulai tahun
2015; 8 Dimulainya pembangunan Jalur KA Layang antar Medan-Bandar
Khalipah mulai tahun 2015; 9 Dimulainya pembangunan Jalur KA antara Bandar Tinggi-Kuala
Tanjung mulai tahun 2015; 10 Dimulainya pembangunan Jalur KA dan Stasiun antara Duku-Bandar
Udara Internasional Minangkabau mulai tahun 2014; 11 Dimulainya pembangunan Jalur Ganda KA antara Prabumulih-
Kertapati dan Martapura-Baturaja di Provinsi Sumatera Selatan mulai tahun 2015;
12 Dimulainya pembangunan LRT di Sumatera Selatan mulai tahun 2015;
13 Dimulainya pembangunan Jalur Ganda KA antara Kutoarjo-Kroya mulai tahun 2016 dan Kroya-Purwokerto mulai tahun 2015 serta
Solo-Madiun-Surabaya mulai tahun 2015.
C. Kegiatan Pengadaan Sarana Perkeretaapian, meliputi :
1 Pengadaan Kereta Inspeksi, Multiyears 2014–2015 sejumlah 1 satu unit;
2 Pengadaan TMC lebar spoor 1.435 mm sejumlah 1 satu unit; 3 Pengadaan Lori Inspeksi sejumlah 5 lima unit;
4 Pengadaan Kereta Ukur Prasarana, Track dan LAA, Multiyears 2015– 2016, sejumlah 1 satu unit;
5 Pengadaan Kereta Kedinasan sejumlah 1 satu unit; 6 Pengadaan Gerbong Datar PPCW sejumlah 10 sepuluh unit;
7 Pengadaan Gerbong Terbuka ZZOW sejumlah 10 sepuluh unit; 8 Pengadaan Kereta Inspeksi sejumlah 1 satu unit;
9 Pengadaan Sarana Kerja Gerbong PPCW, ZZOW lebar spoor 1.067 mm untuk Trans Sumatera sejumlah 20 dua puluh unit;
10 Kereta Inspeksi lebar spoor 1.067 mm 1 set 2 unit Multiyears 2015
–2016.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
32
D. Kegiatan Peningkatan Keselamatan Perjalanan Kereta Api
1 Pembangunan Sterilisasi disepanjang Jalur KA, pembangunan underpassflyover dan pengadaan Palang Pintu Perlintasan KA;
1 Pengadaan Automatic Train Protection ATP pada prasarana KA; 2 Dilakukannya sertifikasi terhadap lebih dari 12.000 SDM Aparatur,
Operator, Kontraktor. Capaian di bidang perkeretaapian yang dibiayai APBN tahun 2014-2015
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.9 Hasil Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Tahun 2014
– 2015
NO URAIAN
SATUAN TAHUN
2014 2015
A PEMBANGUNAN PRASARANA
1 Pembangunan Jalur KA termasuk Jalur
Ganda Reaktivasi K ’sp
159,18 313,38
2 RehabilitasiPeningkatan Jalur KA
K ’sp 403,01
333,60 3
Pembangunan Jembatan KA Unit
23 151
4 RehabilitasiPeningkatan Jembatan KA
Unit 52
36 5
PeningkatanPembangunan Persinyalan dan Telekomunikasi
Pkt 34
13 6
PeningkatanPembangunan Listrik Aliran AtasElektrifikasi
Pkt 4
12 7
PembangunanPeningkatan StasiunBangunan Operasional
Pkt 37
69 8
Pengadaan Material Rel K ’sp
323 1.193
9 Pengadaan Material Wesel
Unit 10
185
B PEMBANGUNAN SARANA
1 Pengadaan Lokomotif, KRDI, KRDE,
KRL, Tram, Railbus, Sarana Kerja Unit
7 3
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
2. Kegiatan Perkeretaapian untuk Mendukung Pelayanan kepada Publik :
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kewajiban Publik PSO Pemerintah sejak tahun 2000 s.d 2015 telah memberikan subsidi kepada
Pengguna Jasa Kereta Api Kelas Ekonomi dalam bentuk Pelayanan Publik atau Public Service Obligation PSO, alokasi PSO yang diberikan
Pemerintah dari tahun 2014-2015 sebagai berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
33
Tabel 2.10 Realisasi PSO Tahun 2014-2015 Rp. Milyar
Tahun Kontrak
Realisasi
2014 1.224
1.089,31 2015
1.524 1.507,75
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
Sebagai gambaran pelaksanaan PSO Perkeretaapian pada Tahun 2015 terus meningkat mengingat pergerakanmobilisasi penumpang di wilayah
Jabodetabek sangat tinggi terutama pada Peak Hour pagi dan sore hari, dimana diperkirakan pergerakan per hari penumpang KRL Jabodetabek
sebanyak ± 700.000 oranghari maka dari itu dominasi Dana Alokasi PSO sebagian besar ditujukan untuk KRL AC Jabodetabek yaitu sebesar Rp.
754.232.650.504,- atau 49,50 dari Total Alokasi PSO. Dari Dana Alokasi PSO tersebut diperkirakan dapat dinikmati untuk Pengguna Jasa Transportasi
Kereta Api sebanyak 301.638.257 penumpang. Adapun Rincian subsidi kepada Penumpang Kelas Ekonomi dengan Relasi Subsidi PSO sebagaimana
data di bawah ini :
Tabel 2.11
Rincian Subsidi kepada Penumpang Kelas Ekonomi dengan Relasi Subsidi PSO
No Uraian
Tahun 2015 Jumlah pnp
Nilai Rp.
1 KA Ekonomi Jarak Jauh
6.361.341 115.068.716.485
2 KA Ekonomi Jarak Sedang
4.253.183 131.853.748.878
3 KA Ekonomi Jarak Dekat
29.594.674 464.479.984.841
4 KRD Ekonomi
3.766.599 44.304.482.366
5 KRL AC PT.KCJ
257.532.200 754.232.650.504
6 KA Ekonomi Lebaran
130.260 13.797.438.819
TOTAL 301.638.257
1.523.737.021.893
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
Alokasi Anggaran Subsidi KA perintis untuk setiap Lintas Pelayanan sebagai berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
34
Tabel 2.12 Alokasi Anggaran Subsidi KA Perintis
Rp. 000
No Lintas Pelayanan
2014 2015
1 Kreung Mane-Bungkah-Krueng Geukeuh
5.507.954 -
2 Mojokerto-Tarik-Tulangan-Sidorajo
9.619.280 19.100.000
3 Purwosari-Sukoharjo-Wonogiri
6.467.400 9.000.000
4 Kertapati-Inderalaya
- 3.000.000
5 Sukabumi-Cianjur-Padalarang
7.807.432 -
6 Padang-Lubuk Alung-Kayutanam-Padang
Panjang-Solok -
- Sumber: Ditjen Perkeretaapian
Lintas pelayanan Kreung Mane-Bungkah-Krueng Geukeuh dan Sukabumi- Cianjur-Padalarang tidak dioperasikan dikarenakan perlu perbaikan pada
kondisi prasarana KA eksisting. Keberadaan KA Perintis berguna untuk fungsionalisasi aset yang telah ada,
guna mempertahankan kondisi Sarana dan Prasarana yang dilalui KA Perintis tersebut. Penyelenggaraan Angkutan Kereta Api Perintis dilaksanakan untuk
menghubungkan masyarakat yang berdomisili di daerah yang lokasinya jauh dari lokasi rutinitas aktivitasnya, atau pun pusat kota dan lokasi yang minim
Angkutan Transportasi, sehingga sangat membantu perpindahan orang dari satu tempat ke tempat yang lain.
1. Kegiatan peresmian bidang perkeretaapian Peresmian bidang perkeretaapian terdiri dari Bangunan Stasiun dan Jalur KA
serta Elektrifikasi LAA yaitu : a. Stasiun Palmerah
Stasiun Palmerah terletak di lintas Tanah Abang –Serpong, sebelum
dibangun Stasiun Palmerah merupakan stasiun kecil peninggalan sejarah heritage dan saat ini Stasiun Palmerah terdiri dari 2 dua lantai
dilengkapi dengan Jembatan Penyeberangan Orang JPO, fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator sesuai Permenhub Nomor PM 9 tahun 2011
tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api dengan tetap mempertahankan bangunan peninggalan
sejarah. Adapun Foto Stasiun Palmerah sebelum dan sesudah dibangun dapat dilihat di gambar di bawah ini.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
35
b. Stasiun Kebayoran Stasiun Kebayoran terletak di Lintas Tanah Abang
– Serpong, sebelum dibangun Stasiun Palmerah merupakan stasiun kecil dan saat ini Stasiun
Kebayoran terdiri dari 2 dua lantai dilengkapi dengan fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9
tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.
Foto Stasiun Kebayoran sebelum dan sesudah dibangun.
Gambar 2.2 Kondisi Terbaru Stasiun Palmerah Gambar 2.1 Kondisi Lama Stasiun Palmerah
Gambar 2.3 Kondisi Lama Stasiun Kebayoran
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
36
c. Stasiun Parungpanjang Stasiun Parungpanjang terletak di Lintas Tanah Abang
– Serpong – Maja, sebelum dibangun Stasiun Parungpanjang merupakan stasiun kecil dan saat
ini Stasiun Parungpanjang terdiri dari 2 dua lantai dilengkapi dengan fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator sesuai Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.
Foto Stasiun Parung panjang sebelum dan sesudah dibangun.
Gambar 2.4 Tampak Stasiun Kebayoran Saat Ini
Gambar 2.5 Kondisi Lama Stasiun Parungpanjang
Gambar 2.6 Kondisi Saat Ini Stasiun Parungpanjang
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
37
d. Stasiun Maja Stasiun Maja terletak di Lintas Tanah Abang
– Serpong – Maja – Merak, sebelum dibangun Stasiun Maja merupakan stasiun kecil dan saat ini
Stasiun Maja terdiri dari 2 dua lantai dilengkapi dengan fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.
Foto Stasiun Maja sebelum dan sesudah dibangun.
e. Jalur Ganda KA dan Elektrifikasi antara Parungpanjang- Maja Pembangunan Jalur Ganda KA dan Elektrifikasi antaraParungpanjang- Maja
lintas Tanah Abang – Serpong – Maja – Merak selesai dibangun pada tahun
2014 menggunakan dana APBN. Panjang jalur KA tersebut yaitu 21 Km dan dilengkapi Fasilitas Listrik Aliran Atas LAA dan Persinyalan Elektrik
sehingga diharapkan dapat lebih menjamin keselamatan perjalanan KA. Jalur Parung panjang- Maja saat ini telah melayani KA Reguler Jarak
Menengah lintas Angke - Merak, Jarak Jauh lintas Merak - Madiun dan KRL Commuter Line lintas Tanah Abang
– Maja. Gambaran kondisi Prasarana KA antara Parung panjang- Maja.
Gambar 2.7 Kondisi Lama Stasiun Maja
Gambar 2.8 Kondisi Saat Ini Stasiun Maja
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
38
C.
Transportasi
Laut
Programkegiatan yang sedang dilaksanakan di Tahun 2015 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bidang Angkutan Laut
Pembangunan kapal perintis Pada Tahun Anggaran 2015 pada pembangunan kapal perintis guna
mendukung konektivitas, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan pemeliharaan docking Kapal Perintis, pembangunan
Kapal Perintis serta melanjutkan pembangunan Kapal Perintis dan Kapal Khusus Ternak. Lanjutan Pembangunan Kapal Perintis terdiri dari 6 unit
Kapal Perintis 750 DWT Tahap I-Multiyears dan 5 unit Kapal Ternak Tahap I-Multiyears. Untuk pembangunan Kapal Perintis terdiri dari 25
unit Kapal Perintis ukuran 2000 GT; 20 unit kapal ukuran 1200 GT, 15 u it kapal se iko tai er ukura
TEU’“; u it Kapal Peri tis DWT Tahap II-Multiyears; 2 unit Kapal perintis 500 DWT; dan 2 unit
Kapal Perintis 200 DWT dan pembangunan kapal Rede 20 unit. Selain pengadaan
Kapal Perintis,
Perhubungan Laut
melaksanakan pemeliharaan docking Kapal Perintis sebanyak 56 unit guna menjaga
tingkat keamanan, keselamatan maupun kenyamanan pelayanan. Untuk mendukung tercapainya target konektivitas pada angkutan laut
dilaksanakan juga pengembangan pembangunan sistem informasi serta pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan angkutan laut
lebaran.
Pelayanan Angkutan Perintis Pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan kegiatan pelayanan sebanyak 86 lintas angkutan laut perintis, dan dukungan untuk tol laut sebanyak 3 rute.
Gambar 2.9 Emplasemen Double Track dan LAA Antara
Parungpanjang - Maja Gambar 2.10 Lintas Raya Double
Track dan LAA Antara Parungpanjang - Maja
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
39
2. Bidang Kepelabuhanan
Pada Bidang Kepelabuhan, kegiatan pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terdiri dari Fasilitas Pelabuhan, Alur pelayaran
dan Studi Perencanaan Pelabuhan.
Fasilitas Pelabuhan
Pada Tahun Anggaran 2015 kegiatan pada Fasilitas Pelabuhan mencakup Lanjutan Pembangunan, Penyelesaian Pembangunan dan
Rehabilitasi Pengembangan diantaranya meliputi lokasi Pembangunan Faspel Laut Parlimbungan Ketek, Batang, Letung, Midai, Tg. Api-api,
Linau Bintuhan, Pangandaran, Wotunohu, Anggrek, Bungkutoko, Dawi- Dawi, Bajoe, Taddan, Batutua, Labuhan Bajo, Benteng, Pulau Buano,
Sofifi, Waren, dan Tanjung Buton.
Alur Pelayaran
Pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan kegiatan Pengerukan pada Alur Pelayaran di 13 lokasi
dengan volume pengerukan sebanyak 9.762.931 m³ diantaranya Belawan, Palembang, Tg. Priok, Tg. Emas, Juwana, Benoa, Pontianak,
Sintete, Kendawangan, Samarinda, Sampit, Kumai, Pulang Pisau.
3. Bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
Kegiatan pembangunan untuk sub sektor perhubungan laut juga sebagai perwujudan implementasi kebijakan Tol Laut sebagaimana telah
dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia. Pada bidang keselamatan dan keamanan pelayaran terdapat 3 jenis kegiatan yang menjadi fokus
utama yaitu kenavigasian, perkapalan dan kepelautan serta penjagaan laut dan pantai.
Kenavigasian
Pada Kenavigasian,
Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut
melaksanakan kegiatan Pembangunan Sarana Bantu Navigasi sebayak 232 unit, pembangunan 5 unit Vessel Traffic Services VTS,
pembangunan 25 unit Global Maritime Distress Safety System GMDSS, Pembangunan Kapal Induk Perambuan KIP sebanyak 5 unit,
Pembangunan Kapal Pengamat Perambuan KPP sebanyak 5 unit, Pembangunan Kapal Kelas I Kenavigasian sebanyak 10 unit.
Perkapalan dan Kepelautan
Pada Tahun Anggaran 2015 dilaksanakan Pengadaan Perangkat Pengembangan Pelayanan Sistem Informasi Buku Pelaut pada UPT di
Daerah.
Penjagaan Laut dan Pantai
Pada Penjagaan Laut dan Pantai meliputi Lanjutan Pembangunan Kapal Patroli Kelas II sebanyak 2 unit; Pembangunan Kapal Patroli Kelas III
alumunium sebanyak 6 unit, Pembangunan Kapal Patroli Kelas V sebanyak 10 unit; Pembangunan Fast Patrol Vessels FPV sebanyak 12
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
40
unit. Selain tersebut diatas, dilaksanakan juga pengadaan peralatan Search and Rescue SAR sebanyak 4 unit.
D. Transportasi Udara
1. Sarana Prasarana Perhubungan Udara
Sarana dan Prasarana Perhubungan Udara yang dibiayai melalui APBN meliputi : a. Kegiatan Pengembangan Rehabilitasi Bandara, Pembangunan Bandara
Baru; b. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Keamanan dan Fasilitas
Pelayanan Darurat PK-PPK. Selama
kurun waktu
tahun 2014-2015,
Jumlah Bandara
yang dikembangkandirehabilitasi sejumlah 363 lokasi, Bandara baru yang dibangun
2 bandara, sedangkan Pengembangan Fasilitas Navigasi sejak Tahun 2014, Ditjen Perhubungan Udara tidak memprogramkan PembangunanRehabilitasi Fasilitas
Navigasi karena telah terbentuk Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia PPNPI sesuai Peraturan Pemerintah No. 77
Tahun 2012 Tentang Perum LPPNPI tanggal 16 Januari 2013. Selain itu telah dilakukan serah terima peralatan Navigasi Penerbangan dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara kepada Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Perum LPPNPI termasuk
bangunannya sesuai Berita Acara Nomor: 22 Tahun 2014 tanggal 20 Januari 2014. Namun demikian, Ditjen Perhubungan Udara masih tetap melakukan
pengawasan terhadap Perum LPPNPI terkait pelaksanaan dan kepatuhan terhadap kebijakan terkait Navigasi Penerbangan. Untuk Fasilitas Keamanan
Penerbangan yang dibangun dan direhabilitasi sejumlah 451 lokasi dan Fasilitas Pelayanan Darurat PK-PPK sebanyak 132 lokasi.
Rekapitulasi perkembangan Capaian Pembangunan Infrastruktur Perhubungan Udara tahun 2014-2015, sebagai berikut :
Tabel 2.13 Pembangunan Infrastruktur Perhubungan Udara Tahun 2014-2015
Tahun Bandara
dikembangkan direhab
Bandara Baru yang
dibangun Fasilitas Keamanan
yang dibangun dan direhabilitasi
Fasilitas Pelayanan
darurat PK- PPK
2014 140
2 224
88 2015
223 -
127 44
Jumlah 363
2 451
132
Sumber : Ditjen Perhubungan Udara
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
41
Pembangunan 17 bandara baru, pembangunan pengembangan bandara di daerah rawan bencana, terisolir dan daerah perbatasan sebanyak 132 bandara,
pembangunan 27 terminal penumpang. Dalam rangka peningkatan keselamatan dan keamanan transportasi, telah dilaksanakan peningkatan sesuai dengan
standard ICAO mencapai sebesar 94,5.
2. Peningkatan Kualitas Layanan
a. Pembangunan Terminal Penumpang Bandara yang akan diresmikan oleh Presiden RI pada Desember 2015:
1 Peresmian Terminal Baru Bandar Udara Wamena
Bandara yang terletak di Kabupaten Jayawijaya Papua dengan kapasitas Gedung Terminal Penumpang seluas 4.000 m
2
dibangun tahun 2014 sampai Tahun 2015 dengan dana APBN mencapai sebesar Rp. 54 Miliar. Gedung
Terminal Baru ini untuk menggantikan Terminal Lama yang terbakar pada tahun 2011.
Gambar 2.11 Terminal Penumpang Bandar Udara Wamena
2 Peresmian Terminal Baru Penumpang Bandar Udara Utarom Kaimana.
Pembangunan Terminal Baru yang bersih dan nyaman merupakan upaya peningkatan pelayanan kepada penumpang. Terminal Baru ini memiliki luas
1800 m2 dengan kapasitas dapat menampung 102 penumpang.
Gambar 2.12 Terminal Penumpang Bandar Udara Utarom
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
42
3 Peresmian Terminal Penumpang Bandar Udara Labuan Bajo.
Terminal Penumpang baru Bandar Udara Komodo yang akan diresmikan oleh Presiden RI pada Desember 2015. Terminal dengan luas 9.687 m2 ini
merupakan upaya peningkatan pelayanan dan mendukung pariwisata di Pulau Komodo. Selain pembangunan Gedung Terminal Penumpang baru, terdapat
perpanjangan Landas Pacu menjadi 2250 m
2
x 45 m
2
sehingga mampu didarati pesawat berbadan besar.
Gambar 2.13 Terminal Penumpang Bandar Udara Labuan Bajo
b. Bandar Udara yang telah selesai dibangun Tahun 2015 dan akan diresmikan Tahun 2016 sebagai berikut :
1 Bandar Udara Domine Eduard Osok –Sorong merupakan Unit Penyelenggara Bandar Udara UPBU Ditjen Perhubungan Udara dengan panjang runway
2000 m x 30 m dan Kategori Kelas I satu .
Gambar 2.14 Terminal , Runway Bandar Udara DEO-Sorong
2 Bandar Udara Matahora – Wakatobi Terletak di Kota Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan panjang runway 200 m
x 30 m, Kategori Kelas II dan Hierarki Klasifikasi Domestik yaitu Pengumpan Tersier 4C.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
43 Gambar 2.15 Bandar Udara Matahora-Wakatobi
3 Bandar Udara Jalaluddin-Gorontalo merupakan Unit Penyelenggara Bandar Udara UPBU Ditjen Perhubungan Udara dengan Landas Pacu seluas 2500 x
45 m2 terletak 30 km dari Kota. Klasifikasi bandar udara kelas II Type C.
Gambar 2.16 Bandar Udara Djalaluddin-Gorontalo
4 Bandar Udara Juwata –Tarakan merupakan Bandar Udara Kelas I Unit Penyelenggara Bandar Udara UPBU Ditjen Perhubungan Udara dengan
panjang runway 2250 m x 45 m yang terletak di Kota Tarakan.
Gambar 2.17 Terminal baru dan Ruang Tunggu Bandar Udara Juwata Tarakan
5 Bandar Udara Rembele – Takengon merupakan Unit Penyelenggara Bandar Udara UPBU Ditjen Perhubungan Udara Kelas III, terletak di Gampong Bale
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
44
Kecamatan Bukit, Kabupten Bener Meriah yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan Kabupaten Termuda di Provinsi
Aceh.
Gambar 2.18 Terminal dan Ruang Tunggu Bandar Udara Rembele
3. Terobosan dalam Perizinan
a. Perizinan Angkutan Udara Udara Online bertujuan untuk memberikan Keterbukaan Informasi kepada Masyarakat Umum dan Industri Penerbangan Sipil
tentang Proses Pemberian Perizinan di Bidang Angkutan Udara secara cepat, mudah, akurat dan transparan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi secara
online. Sistem Perizinan Angkutan Udara Online berupa pengajuan Flight Approval FA secara online dilaksanakan tanggal 2 Februari 2015 dan sebagai Pilot Project
adalah Batik Air, Indonesia Air Asia dan Singapore Airlines. Commercial Launching pengajuan Flight Approval FA secara online 6 Februari 2015. Implementasi
Angkutan Udara Online Terintegrasi dengan Aplikasi: 1 Slot Time Indonesia Airport Slot Management IASM pada 8 Lokasi Bandar
Udara, yaitu : Soekarno Hatta, Kualanamu, Ngurah Rai, Juanda, Sultan Hasanuddin, Mahmud Badaruddin II, Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan
Sentani; 2 Aplikasi Simponi PNBP Online;
3 Monitoring Dash Board On Time Performance; berisi Informasi Movement ATAATD, Block Off Block On dan terintegrasi dengan Aplikasi Slot Time 25
bandar udara serta PT. Angkasa Pura I, PT. Angkasa Pura II dan Perum LPPNPI, serta terintegrasi dengan Info Kemenhub 151.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
45
b. Penerbitan Lisensi Personil Keamanan Penerbangan Berbasis Online : 1 Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Keamanan
Penerbangan dan Instansi tempat Personil Keamanan Penerbangan wajib melakukan registrasi terlebih dahulu.
2 Setiap Personel Keamanan Penerbangan wajib mengikuti pengujian menggunaan Computer Based Test CBT
4. Angkutan Udara Perintis
Pada Tahun 2014 Pelayanan Penerbangan Perintis 164 rute dan Pelayanan Subsidi Angkutan BBM sebanyak 6.677 drum, pada Tahun 2015 Pelayanan Penerbangan
Perintis 217 rute dan Pelayanan Subsidi Angkutan sebanyak BBM 6.677 drum. Sedangkan Tahun 2016 Pelayanan Penerbangan Perintis sebanyak 208 rute dan
Pelayanan Subsidi Angkutan BBM perintis sebanyak 7.396 drum. Realisasi jumlah penumpang, pada tahun 2015 sebanyak 168.921 penumpang dari target sebanyak
254. 631 penumpang , menurun 33,66 jika dibandingkan Tahun 2014 sebanyak 218.805 penumpang dari target 285.226 penumpang .
Gambar 2.19 Grafik Jumlah Penumpang Penerbangan Perintis
Sedangkan frekuensi penerbangan realisasinya mencapai 21.823 penerbangan 94,20 dari target sebanyak 22.765 penerbangan. Tidak tercapainya target
yang telah ditetapkan disebabkan oleh :
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
46
1 Ketidaksiapan Bandara dari sisi Teknis untuk Operasional Angkutan Udara Perintis;
2 Terbatasnya Penyedia Jasa Operator Angkutan Udara Perintis untuk memenuhi persyaratan minimal mekanisme penyedia jasa.
3 Pembatalan penerbangan yang disebabkan pesawat mengalami kerusakan dan tidak adanya pesawat cadangan;
4 Kurangnya informasi terkait Jadwal Penerbangan Perintis; Data capaian penumpang dan jumlah Frekuensi Penerbangan Perintis dalam 5
lima tahun terakhir :
Gambar 2.20 Grafik Jumlah Frekuensi Penerbangan Perintis
5. Peningkatan Keamanan Penerbangan dan Ketertiban di Bandara, dilakukan
upaya –upaya sebagai berikut :
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 33 tahun 2015 tanggal 12 Februari 2015 tentang Pengendalian Jalan Masuk Access Control Ke Daerah
Keamanan Terbatas di Bandar Udara melalui Pemenuhan Pagar Pengaman
Bandara.
b. Untuk Personel Keamanan Penerbangan sudah mengikuti : 1 Diklat untuk Tingkat Junior AVSEC harus dengan Sistem Computer Based
Training CBT; 2 Pengujian Personel AVSEC akan dilakukan dengan Sistem Elektronik Berbasis
CBT; 3 Harus mengikuti OJT Minimum 40 jam sebelum dilakukan pengujian.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
47
c. Hasil Audit Keamanan Penerbangan yang dilakukan oleh ICAO USAP CMA pada tanggal 29 Oktober sd 5 Nopember 2015 dengan Effective Implementation EI
mencapai 94,92. d. Pemeriksaan terhadap bagasi tercatat:
1 Teknologi Multi View dan Automatic Threat Detection; atau 2 Teknologi yang memiliki kemampuan Sistem Pendeteksi Bahan Peledak secara
otomatis Automatic Explosive Detection System.
6. Progres Bandar Udara baru UPBU Ditjen Perhubungan Udara
Pada Tahun 2014 s.d 2015 Terminal Baru yang selesai dengan Alokasi Anggaran di tahun 2015 terdapat pada 9 lokasi, yaitu :
a. Terminal Bandara Sys AL Jufri – Palu; b. Terminal Komodo – Labuhan Bajo Sudah Diresmikan;
c. Terminal Bandara Wamena Sudah Diresmikan; d. Terminal Bandara Kaimana Sudah Diresmikan;
e. Terminal Bandara DEO – Sorong Sudah Diresmikan; f. Terminal Bandara Juwata – Tarakan Sudah Diresmikan;
g. Terminal Bandara Djalaluddin – Gorontalo Sudah Diresmikan; h. Terminal Bandara Rembele – Takengon Sudah Diresmikan;
i. Terminal Bandara Matahora – Wakatobi. Sudah Diresmikan;
Bandara Baru yang selesai sampai dengan tahun 2015 dan dioperasikan 12 Bandara Baru;
a. Bandar Udara Pekonserai – Lampung; b. Bandar Udara Muara Bungo - Jambi;
c. Bandar Udara Baru Jos Orno Imsula – MOA; d. Bandar Udara Baru Bone;
e. Bandar Udara Baru Waghete; f. Bandar Udara Baru Waisai;
g. Bandar Udara Baru Enggano; h. Bandar Udara Baru Karel Sad Suitubun - Tual;
i. Bandar Udara Baru Stevanus Rumbewas – Serui; j. Bandar Udara Baru Mathilda Batyleri – Saumlaki;
k. Bandar Udara Baru Kufar;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
48
l. Bandar Udara Baru Sumarorong.
E. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
1. Peningkatan Kualitas SDM Kementerian Perhubungan
Dalam rangka peningkatan kualitas SDM sebagai upaya menunjang kelancaran tugas pada sektor perhubungan, telah dilakukan kegiatan pendidikan dan
pelatihan antara lain :
a. Pelatihan untuk Aparatur Perhubungan antara lain : Pelatihan Prajabatan, Pelatihan StrukturalKepemimpinan, Pelatihan Fungsional, Pelatihan Teknis
Manajerial, Pelatihan Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas SDM dan Pelatihan lainnya;
b. Pendidikan dan Pelatihan untuk TarunaMasyarakat antara lain: Pelatihan dan Pendidikan Sektor Darat dan Perkeretaapian di STTD Bekasi, PKTJ Tegal,
BP2TD Palembang, BP2TD Bali dan API Madiun, Pelatihan dan Pendidikan Sektor Transportasi Laut di STIP Jakarta, PIP Semarang, PIP Makassar,
Poltekpel Surabaya, BP2IP Tangerang, BP2IP Barombong, BP2IP Malahayati Aceh, BP2IP Sorong, BP3IP Jakarta, BP2P Minahasa Selatan, BP2P Padang
Pariaman dan BP2TL, Pelatihan dan Pendidikan Sektor Transportasi Udara di STPI Curug,
ATKP Medan, ATKP Surabaya, ATKP Makassar, BP3 Palembang, BP3 Jayapura, BP3 Curug dan BP3 Banyuwangi.
Tabel 2.14 Jumlah Peserta dan Lulusan Diklat BPSDMP 2014-2015
NO URAIAN
2014 2015
Peserta Lulusan
Peserta Lulusan
1 SDM TRANSPORTASI DARAT DAN
PERKERETAAPIAN
6.673 5.373
6.930 5.493
a. Pendidikan Pembentukan
1.655 357
1.853 430
b. Pendidikan Penjenjangan
16 16
13 c.
Pelatihan Teknis Short Course 5.002
5000 5.064
5.063 d.
Pelatihan Lainnya
2 SDM TRANSPORTASI LAUT
274.648 264.398
433.248 423.338
a. Pendidikan Pembentukan
14.891 3.790
10.017 2.006
b. Pelatihan Penjenjangan
22.340 23.360
46.445 45.754
c. Pelatihan Ketrampilan Khusus Pelaut
PKKPPelatihan Teknis Short Course
237.297 237.128
376.253 375.045
d. Pelatihan Lainnya
120 120
533 533
3 SDM TRANSPORTASI UDARA
8.245 5.591
10.572 8.018
a. Pendidikan Pembentukan
2.953 488
3.263 813
b. Pendidikan Penjenjangan
248 127
200 129
c. Pelatihan Teknis Short Course
4.951 4.883
6.751 6.718
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
49 NO
URAIAN 2014
2015 Peserta
Lulusan Peserta
Lulusan
d. Pelatihan Lainnya
93 93
358 358
4 SDM APARATUR PERHUBUNGAN
9.186 8.240
12.311 12.052
a. Pelatihan Prajabatan
461 461
787 786
b. Pelatihan StrukturalKepemimpinan
413 413
280 278
c. Pelatihan Fungsional
163 163
149 148
d. Pelatihan Teknis Manajerial
3.025 2.405
3.504 3.314
e. Rintisan Gelar S2S3
353 27
126 61
f. Pelatihan Pengembangan dan
Peningkatan Kapasitas SDM Diklat Kesamaptaan, Diklat Peningkatan
Kapasitas Pegawai, dll 4.771
4.771 7.465
7.465
JUMLAH 298.752
283.602 463.061
448.901
Sumber: SatkerUPT Badan Pengembangan SDM Perhubungan Keterangan:
Dari tabel tersebut di atas telah dilaksanakan juga Diklat untuk Daerah Kesenjangan 10 Provinsi, Diklat Pembangunan Karakter SDM Perhubungan
dan pemberian beasiswa sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Diklat untuk 10 daerah KesenjanganProvinsi melalui APBNP Tahun 2015 dengan total sebanyak 6.126 orang dan Jenis Diklat:
1 Pelatihan Pembantu Penguji Kendaraan Bermotor; 2 Pelatihan Teknisi Kendaraan Bermotor;
3 Pelatihan Pengemudi Profesional; 4 Basic Safety Training BST Kapal Niaga;
5 BST Kapal Layar Motor KLM dan Kapal Nelayan; 6 Basic AVSEC;
7 Basic PKP-PK; 8 Marshaller;
9 Basic Traffic Service ATC.
b. Pelaksanaan Diklat Pembangunan Karakter SDM Perhubungan, yaitu : 1 Pelaksanaan Diklat Masa Dasar Pembentukan Karakter Taruna
Transportasi Madatukar. Peserta berjumlah 2.723 taruna dilaksanakan dari tanggal 24 Agustus
s.d. 21 September 2015 dari 13 Sekolah BPSDMP di Pusat Latihan Pertempuran PLP Marinir Purboyo Malang.
2 Pelaksanaan Diklat
Kesamaptaan Aparatur
Kementerian Perhubungan
Total pegawai yang mengikuti Diklat Kesamaptaan Aparatur sebanyak 1.394 pegawai yang dilaksanakan pada tahun 2015 sebanyak 6
angkatan dengan jumlah peserta sebanyak 636 pegawai dan pada tahun 2016 dengan jumlah peserta sebanyak 5 angkatan 758 orang di
Pusat Latihan Pertempuran PLP Marinir Grati Pasuruan.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
50
c. Beasiswa yang telah diberikan pada tahun 2015 : 1 Pemberian Beasiswa khusus Putra – Putri Papua dengan total
sebanyak 568 orang; 2 Pemberian Beasiswa Reguler di seluruh Diklat dengan total sebanyak
538 orang; 3 Pemberian Beasiswa Rintisan Gelar S2S3 dengan total sebanyak 353
pegawai.
2. Peningkatan Prasarana dan Sarana Pendidikan dan Pelatihan
a. Prasarana : Dalam kurun waktu 2014-2015 telah dilaksanakan pembangunan
prasarana yaitu :
1 Pembangunan Kampus Baru Akademi KA Madiun, BP2TD
Kalimantan, BP2IP Sumatera Barat, BP2IP Sulawesi Utara, Pembangunan Kampus Baru Balai Pendidikan dan Pelatihan
Penerbang BP3 Banyuwangi, Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan BP3 Curug, Pusat Pembangunan Karakter SDM
Transportasi di Jawa Barat Pasir Jambu;
2 Pengembangan Kampus PKTJ Tegal, Pembangunan Kampus BPPTD
Bali;
3 Pembangunan Kampus Terpadu Pendidikan dan Pelatihan
Transportasi di Makassar, yaitu : a. Pembangunan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran PIP Makassar;
b. Pembangunan ATKP Makassar; c. Pembangunan Kampus Baru BP2TD Makassar.
Gambar 2.21 Gedung Rektorat BP2TD Kalimantan Gambar 2.22 Asrama Kampus BP3 Curug
Gambar 2.23 Hanggar dan Apron ATKP Makassar Gambar 2.24 Gedung Kelas PIP Makassar
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
51
b. Sarana Diklat : Dalam kurun waktu 2014-2015 telah dilaksanakan pengadaan sarana
yaitu : 1 Transportasi Darat dan Perkeretaapian berupa Pengadaan Peraga
Rem Angin, Pengadaan Brake Meter Mobil, Simulator Mengemudi, Peralatan Praktek Prasarana Perkeretaapian, Alat Survey dan
Kelengkapan Pengaturan Operasional Lalu Lintas, Alat Praktek Pengangkutan Barang Beracun dan Berbahaya, Pintu Perlintasan, Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas APILL, Trouble Shooting APILL Teknologi Wifi nircable dll;
2 Transportasi Laut berupa Pengadaan Kapal Latih Special Purpose
1200 GT sebanyak 6 unit multiyears 2015 – 2017, Full mission
engine Simulator, Helicopter rescue, Automatic Control Laboratorium, Lab. Permesinan Bantu, Global Maritime Distress and Safety
System GMDSS Simulator, Full Mission Bridge Simulator System, Simulator Vessel Trafic System, Cubical Ship Handling Simulator,
Cargo Handling Laboratory, Full Motion Ship Handling Simulator, Real Equipment Gas Turbine Trainer dll;
3 Transportasi Udara berupa Pengadaan Pesawat Latih 51 unit
multiyears 2015 – 2017 di STPI Curug, Pengadaan Pesawat latih
Sayap Tetap Single Engine 3 Unit di BP3 Banyuwangi, Peralatan Pembelajaran
Instrument Landing
System ILS,
Peralatan Pembelajaran Avionics, Sistem Pembelajaran Aviation Security dan
Dangerous Goods, Helicopter Trainer Mock Up, Piston Turbine Engine Complete Non Runable, Aircraft Painting Lab and Workshop,
Laboratorium Aeronautical Telecommunication Network - ATS Message Handling System ATN-AMHS, Alat Praktek Diklat
Dangerous Goods, Aviation Security dan Teknik Bangunan dan Landasan dll.
Gambar 2.25 Pesawat Sayap Tetap Multi Engine Gambar 2.26 Gambar Aircraft Mock Up PKP-PK di STPI Curug di BP3 Palembang
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
52 Gambar 2.27 Praktek Pintu Perlintasan Kereta Gambar 2.28 Full Mission Engine Simulator
di API Madiun di STIP Jakarta
Gambar 2.29 Peralatan Diklat X
– Ray Gambar 2.30 Real Equipment Gas Turbine di ATKP Medan
Trainer di BP2IP Malahayati Aceh
2.3. PERMASALAHAN
Transportasi merupakan salah satu roda pendorong pertumbuhan ekonomi dan tulang punggung dari proses distribusi orang maupun barang serta berperan
sebagai pembuka keterisolasian wilayah. Ketersediaan infrastruktur transportasi merupakan salah satu aspek dalam meningkatkan daya saing produk nasional
sehingga harus didukung dengan sumber daya manusia yang profesional, tanggap terhadap perkembangan teknologi dan kondisi sosial masyarakat. Di masa
mendatang Kementerian Perhubungan berupaya untuk dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat atas kualitas transportasi baik dari aspek keselamatan,
keamanan, pelayanan dan ketersediaan kapasitas.
Meskipun telah dicapai kemajuan di berbagai bidang pada pelayanan jasa sarana dan prasarana transportasi, permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana
meningkatkan keamanan keselamatan, kehandalan pelayanan jasa transportasi dan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dalam kondisi pendanaan
pemerintah yang terbatas dan di tengah situasi perekonomian nasional yang terimbas krisis keuangan global. Adapun beberapa permasalahan transportasi yang
dihadapi saat ini, diantaranya :
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
53
A. Aspek Keselamatan dan Keamanan Transportasi
1. Belum optimalnya fungsi kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi secara terintegrasi;
Saat ini fungsi lembaga keselamatan moda transportasi ditangani oleh masing-masing unit kerja moda transportasi, padahal keselamatan
transportasi saling berkaitan antar moda transportasi, dan juga terkait dengan unit KL lain karena keselamatan transportasi bukan hanya menjadi
tanggung jawab Kementerian Perhubungan. Termasuk pada tahap pencegahan kecelakaan maupun setelah terjadinya kecelakaan, misalnya
pendataan kecelakaan yang terjadi.
2. Minimnya kesadaran dan peran serta masyarakat akan keselamatan dan keamanan transportasi;
Keselamatan dan keamanan transportasi merupakan prinsip dasar dalam penyelenggaraan transportasi yang meliputi angkutan jalan, angkutan sungai,
angkutan danau, angkutan penyeberangan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Jumlah kejadian dan fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan
merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan moda lainnya. Masih tingginya jumlah dan fatalitas kecelakaan ini akibat kurangnya disiplin
pengguna jalan dan rendahnya tingkat kelaikan armada. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keselamatan penerbangan yang terlihat dari
masih diaktifkannya peralatan elektronik dan komunikasi serta masih terdapatnya barang-barang yang tidak diperbolehkan dibawa saat
menggunakan jasa penerbangan. Masih ditemukannya masyarakat yang merusak fasilitas bandar udara antara lain fasilitas lampu pendaratan, pagar
bandar udara akibat kurang sosialisai akan pentingnya peralatan bandar udara. Sedangkan tingkat kesadaran masyarakat dalam keselamatan
pelayaran ditunjukan pada masih terdapatnya masyarakat yang merusak fasilitas navigasi pelayaran. Sedangkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya keselamatan perkeretaapian terlihat dari pemanfaatan jalur kereta api untuk berjualan dan mendirikan bangunan pada daerah larangan.
3. Belum optimalnya pengawasan dan penegakan hukum dalam pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi.
Pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi dianggap belum optimal banyak disebabkan karena keterbatasan
personil dan lebih pada aspek keterbatasan kapasitas sumberdaya manusia. Apabila dilihat dari aspek penegakan hukum dalam pemenuhan standar
keselamatan dan keamanan transportasi, saat ini masih tingginya tingkat toleransi aparatur dalam memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang
terjadi. Sebagai contoh pengguna alat elektronik di dalam pesawat tentunya perlu ditindak tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,
demikian juga pelaku pelanggaran terhadap lalu lintas di jalan, maupun pengguna jasa layanan transportasi laut, dan perkeretaapian.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
54
4. Belum optimalnya pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi meliputi kecukupan dan kehandalan sarana prasarana
keselamatan dan keamanan transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi.
Saat ini tingkat kecukupan dan kehandalan sarana dan prasarana keselamatan dan keamanan transportasi masih kurang, dimana masih
terdapat daerah rawan kecelakaan yang belum dipasang pagar pengaman jalan, masih belum optimalnya tingkat kecukupan dan keandalan sarana
bantu navigasi pelayaran, serta masih terdapatnya kinerja yang kurang pada peralatan navigasi udara. Hal ini menjadi permasalahan yang harus ditangani
untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi yang ditujukan dalam rangka meningkatkan rasa
aman dan kenyamanan pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api,
pelayaran, dan penerbangan dalam menuju target zero accident.
5. Minimnya kualitas dan kuantitas SDM Transportasi sesuai kompetensi standar keselamatan dan keamanan transportasi.
Saat ini kualitas SDM pelaku transportasi masih rendah dan kualitas SDM yang ada belum sesuai dengan perkembangan teknologi transportasi. Untuk
mengatasi permasalahan ini diperlukan peningkatan peran pemerintah dalam rangka pengembangan SDM Transportasi, pembangunan dan peningkatan
sarana dan prasarana diklat serta pengembangan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar serta pengembangan metode pembelajaran.
6. Tingginya tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan Fatalitas korban kecelakaan khususnya pada lalu lintas jalan disebabkan oleh
peningkatan pertumbuhan kendaraan setiap tahun. Hal ini memberikan pengaruh terhadap semakin meningkatnya kepadatan lalu lintas khususnya
pada kawasan perkotaan. Dominasi pengguna sepeda motor di jalan menjadi salah satu bagian penyumbang permasalahan lalu lintas di ruas jalan
khususnya kemacetan dan kesemerawutan lalu lintas jalan yang berdampak pada meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas karena banyak diantaranya
terjadi karena ketidaktertiban terhadap aturan maupun rambu, serta marka lalu lintas. Dominasi kecelakaan lalu lintas pada sepeda motor adalah paling
tinggi jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.
7. Belum terintegrasinya data kecelakaan yang dapat digunakan untuk peningkatan keselamatan jalan
Data menjadi bagian penting dalam memberikan informasi dan menjadi bahan analisis kaitannya dengan pencegahan dan penanganan masalah
keselamatan jalan. Namun ketersediaan data keselamatan jalan saat ini masih belum memberikan informasi yang komprehensif, serta belum menjadi bahan
evaluasi maupun pertimbangan secara optimal dalam perencanaan dan pembangunan transportasi. Integrasi data kecelakaan dengan data-data sub
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
55
sektor transportasi menjadi bagian penting didalam usaha meningkatkan keselamatan jalan.
8. Belum optimalnya penanganan perlintasan sebidang jalur KA dengan jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Dalam UU 232009 tentang Perkeretaapian mengatur bahwa perlintasan sebidang jalur KA tidak diizinkan. Namun pada kenyataannya telah terbangun
jalur KA yang sebidang dengan jalan sebelum terbitnya UU tersebut, sehingga penanganan perlintasan sebidang sebagai jalur kereta api di beberapa
wilayah menemui berbagai macam kendala, khususnya terkait dengan masalah pendanaanpenganggaran. Persilangan sebidang pada ruas jalan
tidak hanya melewati ruas jalan nasional, melainkan juga melewati ruas jalan berstatus sebagai jalan provinsi, jalan kota maupun Kabupaten, sehingga
pendanaan dalam penanganannya misalnya pembangunan flyover underpass menjadi kewenangan masing-masing wilayah sesuai dengan
kewenangan ruas jalan tersebut. Namun perlu dipahami bahwa persilangan sebidang ruas jalan dengan jalur kereta api pada beberapa lokasi
menimbulkan permasalahan signifikan terkait dengan tundaan lalu lintas sampai dengan menimbulkan permasalahan kemacetan lalu lintas pada ruas
jalan.
B. Aspek Pelayanan
1. Belum optimalnya skema multi operator dalam penyelenggaraan transportasi Permasalahan mendasar yang dihadapi sektor transportasi selama ini
terutama adalah masih kurang memadainya sarana dan prasarana transportasi jika dibandingkan dengan permintaan akan pelayanan jasa
transportasi. Penyediaan, kepemilikan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi selama ini masih didominasi oleh
Pemerintah dan BUMN. Peran swasta dalam skema penyelenggaraan transportasi sampai saat ini masih perlu peningkatan, karena masih minimnya
minat swasta sebagai operator dalam penyelenggaraan transportasi. Hal ini menyebabkan
kurangnya kompetisi
dalam penyediaan
pelayanan transportasi oleh operator.
2. Kurang optimalnya pelaksanaan perlindungan lingkungan yang diakibatkan penyelenggaraan transportasi
Kaitannya perlindungan lingkungan terhadap penyelenggaraan transportasi adalah peningkatan emisi gas buang kendaraan akibat pertumbuhan
kendaraan bermotor, serta peningkatan volume limbah B3 dari sisa oli kendaraan. Perlindungan lingkungan terkait dengan penyelenggaraan
transportasi saat ini dapat dikatakan belum optimal, mengingat peningkatan emisi gas buang kendaraan tidak diiringi dengan usaha mereduksi pengaruh
emisi gas buang, misalnya melalui pengembangan Ruang Terbuka Hijau, mekanisme punishment untuk kendaraan yang tidak lolos uji emisi maupun
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
56
penyediaan lokasi pengolahan limbah B3 yang dapat mengakomodir limbah pembuangan oli bekas tersebut.
3. Tingginya penggunaan bahan bakar minyak berbasis fosil dalam penyelenggaraan transportasi
Masalah lain yang dihadapi sektor transportasi adalah besarnya jumlah penggunaan Bahan Bakar Minyak BBM sebagai sumber energi transportasi.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2004 hampir separuh 48 persen konsumsi BBM nasional digunakan oleh sektor transportasi. Penggunaan BBM
untuk pengoperasian kendaraanangkutan saat ini menjadi beban berat bagi pemerintah. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan
meningkatnya harga BBM di pasar dunia, penggunaan energi alternatifbahan bakar
non BBM
yang ramah
lingkungan untuk
pengoperasian kendaraanangkutan saat ini merupakan suatu keharusan. Selain mempunyai
keuntungan ekonomis penggunaan energi alternatif non BBM juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Tingginya penggunaan bahan
bakar minyak berbasis fosil memunculkan permasalahan lebih lanjut kaitannya dengan pencemaran lingkungan dari emisi gas buang kendaraan
yang berkorelasi dengan masalah lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan pencemar lain, seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida,
senyawa organik berbau, dan logam berat.
4. Belum optimalnya pelayanan transportasi multimoda dan antarmoda yang terintegrasi
Tidak bisa dipungkiri bahwa ongkos transportasi publik di Indonesia masih mahal, yang disebabkan oleh belum terwujudnya integrasi antar moda
transportasi secara menyeluruh yang dapat mengefisienkan waktu, biaya, dan tenaga. Saat ini sudah terdapat beberapa moda transportasi yang terkoneksi
dengan moda lainnya, seperti Bus Damri yang menghubungkan antara Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Stasiun Gambir, serta beberapa lokasi terminal
bus di wilayah Jakarta, demikian juga dengan Bus Rapid Transit BRT yang dikembangkan di beberapa kota di Indonesia, sudah terkoneksi dengan
Bandar Udara, Stasiun, maupun Terminal Bus Reguler. Konektivitas antar dan intermodal tersebut masih terkendala dengan belum terbentuknya sistem
feeder dari bus-bus regular yang beroperasi pada ruas-ruas jalan, sehingga beberapa diantaranya masih tercampur.
5. Belum optimalnya pemenuhan standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi
Saat ini kondisi sarana dan prasarana transportasi masih banyak yang belum memenuhi standar pelayanan, yang tercermin dari kondisi kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana transportasi yang ada. Ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan dan kondisi angkutan umum sebagai bagian dari
pelayanan dasar public service tentu sangat maksimal, yaitu : aman safety and secure, nyaman bersih, tidak pengap, dan tidak berdesakan, tarif
terjangkau tarif yang pantas, tepat waktu on schedule, bahkan door to
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
57
door sedikit mungkin pergantian moda angkutan, dan memiliki fasilitas penunjang yang memadai misalnya jumlah toilet di simpul transportasi yang
cukup. Namun, secara faktual kondisi pelayanan sarana dan prasarana transportasi masih belum memenuhi harapan masyarakat tersebut.
6. Belum optimalnya penyelenggaraan dan pelayanan angkutan keperintisan Keperintisan merupakan jalan pembuka terisolasinya suatu daerah untuk
menghubungkan daerah satu dengan yang lain atau dari daerah minus ke daerah maju maupun berkembang. Guna menjaga kesinambungan pelayanan
keperintisan, maka perlu adanya pengaturan sarana dan cadangannya apabila terjadi kerusakan atau pelaksanaan pemeliharaan tahunan. Permasalahan
penyelenggaraan angkutan perintis yang paling menonjol adalah waktu pelayanan. Untuk transportasi laut, lama pelayaran round voyage kapal
perintis berkisar 10 sampai dengan 22 hari karena keterbatasan jumlah sarana angkutan laut perintis. Pelayanan keperintisan udara juga memiliki
permasalahan yang sama, dimana pelayanan flight perintis tidak tersedia setiap hari, bahkan ada beberapa flight perintis yang akhirnya ditiadakan
karena tidak ada maskapai yang melayani. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan sarana yang dimiliki oleh operator dalam penyelenggaraan
pelayanan keperintisan.
7. Rendahnya tingkat pelayanan angkutan umum perkotaan dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi
Tingginya penggunaan kendaraan pribadi sebagai bagian dari dampak peningkatan pertumbuhan penduduk, serta belum optimalnya penyediaan
sarana transportasi dalam melayani kebutuhan penduduk. Kebutuhan masyarakat akan moda transportasi yang cukup, aman, nyaman, dan handal
masih belum terpenuhi sehingga masih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Selain lebih aman dan nyaman, menggunakan kendaraan
pribadi dianggap dapat menempuh perjalanan lebih cepat dibandingkan menggunakan angkutan umum. Pertumbuhan kendaraan pribadi juga
menimbulkan kerentanan kaitannya dengan keamanan dan keselamatan transportasi, salah satunya sepeda motor yang menjadi bagian moda
transportasi pribadi dengan pelayanan nyaman, fleksibel, cepat, namun dari aspek keselamatan cukup rendah.
8. Pengaturan slot time penerbangan yang masih menumpuk pada jam-jam sibuk di bandara tertentu.
Kondisi pengalokasian slot time penerbangan di Indonesia sangat berbeda dengan kondisi dari negara lain yang telah melakukan koordinasi slot
time dengan baik. Di beberapa negara di dunia, slot time di suatu bandar udara telah tersebar merata dan tidak hanya menumpuk pada jam-jam sibuk
pada rute-rute tertentu. Slot time penerbangan di Indonesia belum teratur dan terencana dengan baik karena belum berjalannya market intelegent yang
sudah seharusnya dilakukan oleh operator penerbangan nasional yang bertujuan untuk mengukur keberlangsungan rute-rute penerbangan baik
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
58
yang baru akan masuk ke dalam airline business plan maupun yang telah dioperasikan oleh operator penerbangan tersebut.Permasalahan utama yang
terjadi pada pengalokasian slot time penerbangan di Indonesia dapat disebabkan terlebih dahulu oleh permasalahan yang terjadi pada komponen
yang berkaitan dengan slot time di bandar udara, diantaranya adalah: i Airside, yaitu terbatasnya kapasitas runway, taxiway dan apronparking
stand; ii Landside, yaitu terbatasnya kapasitas terminal khususnya pada check-in counter, ruang tunggu penumpang, conveyer belt serta
pengaturan ruang Imigrasi, Bea Cukai, Badan Karantina Hewan dan Tumbuhan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan bandar udara; iii Operator
penerbangan, yaitu yang berkaitan dengan pengajuan slot time pada jam-jam sibuk dan slot time di luar jam operasi bandar udara; iv Tenaga kerja, yaitu
permasalahan pada keterbatasan jumlah Petugas Pemandu Lalu Lintas Udara atau Air Traffic Controller dan Petugas Pengawas Pergerakan Lalu Lintas di
area Apron atau Apron Movement Controller; dan v Sistem, yaitu yang menyangkut pengaturan ruang udara atau Air Traffic Flow Management,
Central Operating Terminal dan Coordinated Airport System serta proses penerbitan rekomendasi slot time yang belum terkoordinasi baik oleh
petugas di bandar udara pada masing-masing unit.
9. Terbatasnya kualitas, kuantitas, standar kompetensi SDM Transportasi dan tenaga pendidik transportasi
Meningkatnya pembangunan infrastruktur transportasi menimbulkan konsekuensi akan pemenuhan sumber daya manusia transportasi yang
berdaya saing. Pemenuhan akan sumber daya manusia transportasi regulator dan operator yang berdaya saing menemui beberapa hambatan
antara lain adalah kurangnya standar kompetensi SDM transportasi, terbatasnya ketersediaan kesempatan sekolah dan diklat transportasi,
keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga pendidik transportasi. Selain itu, perkembangan teknologi yang cepat dalam
penyelenggaraan transportasi menyebabkan sumber daya manusia transportasi perlu ditingkatkan agar tetap memiliki daya saing.
10. Masih rendahnya tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan masih kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga auditor internal serta belum menggunakan
teknologi informasi secara optimal; Terkait dengan rendahnya tindak lanjut hasil audit lebih banyak disebabkan
karena permasalahan sumberdaya manusia, serta komplektisitas kasus yang terjadi. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia SDM yang belum sesuai
kebutuhan, kompetensi tenaga auditor yang belum merata, Standar Operating Procedure SOP kegiatan internal belum tersusun dengan baik,
Sistem Informasi Pengawasan SIP yang belum dimanfaatkan secara maksimal, dan kurangnya kesadaran objek audit untuk menindaklanjuti hasil
audit menjadi beberapa permasalahan terkait dengan sumberdaya manusia tenaga auditor internal. Dalam kaitannya dengan hal tersebut tindaklanjut
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
59
rekomendasi hasil audit perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan reformasi birokrasi.
11. Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM Peneliti sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, dan belum optimalnya kolaborasi penelitian dengan
universitas dan lembaga penelitian dalam pengembangan riset transportasi serta ujicoba sektor transportasi;
Dari sisi sumber daya manusia SDM kecenderungan formasi rekrutmen SDM yang ditetapkan untuk Badan Litbang Perhubungan masih dalam jumlah yang
sangat terbatas, sedangkan jumlah SDM Badan Litbang Perhubungan selama lima tahun terakhir mengalami stagnasi yang akan berakibat fatal pada
keberlanjutan Badan Litbang Perhubungan kedepan apabila tidak ada rekrutmen pegawai baru khususnya untuk tenaga peneliti akan berakibat
pada terbatasnya pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang Perhubungan. Dari komposisi jenjang peneliti di tahun 2014, tercatat
peneliti pertama mendominasi sebesar 40, selanjutnya peneliti madya 34, peneliti muda 24 dan peneliti utama 2. Kondisi ini berbanding lurus
dengan tingkat pendidikan SarjanaS1 yang mendominasi SDM Badan Litbang Perhubungan, yakni sebesar 37. Sementara itu untuk tingkat pendidikan
MagisterS2 sebanyak 32 dan tingkat pendidikan DoktoralS3 sebesar 4. Tingkat pendidikan S1 dan jenjang peneliti pertama yang mendominasi cukup
menunjukkan kondisi sumber daya manusia Badan Litbang Perhubungan saat ini masih membutuhkan dukungan peningkatan kompetensi secara sistematis
yang besar.
Lebih lanjut terkait dengan kolaborasi penelitian dengan universitas dan lembaga penelitian dalam pengembangan riset transportasi serta uji coba
sektor transportasi masih belum optimal. Dalam hal ini optimalisasi pada prinsipnya
akan mampu
memberikan pengaruh
positif terhadap
pengembangan konsep, strategi, serta perumusan perencanaan, dan kebijakan pembangunan transportasi ke depan.
12. Belum optimalnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan
Reformasi birokrasi menjadi grand design nasional yang ingin dicapai dari tahun 2010
– 2025. Agenda nasional ini tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 yang diterjemahkan oleh
Kementerian Perhubungan ke dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 38 Tahun 2011 tentang roadmap reformasi birokrasi 2010
– 2014 di lingkungan kementerian perhubungan. Upaya ini dilakukan untuk mendukung
tata kelola yang baik good governance. Belum
optimalnya pelaksanaan
reformasi birokrasi
di lingkungan
Kementerian Perhubungan tentunya lebih pada kinerja organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, sumberdaya manusia aparatur,
sistem pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, serta mindset maupun cultural set aparatur. Permasalahan tersebut tentunya
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
60
Upaya mewujudkan optimalisasi reformasi birokrasi diarahkan pada upaya mewujudkan organisasi yang : i tepat fungsi dan tepat ukuran, ii sistem,
proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai prinsip-prinsip good governance, iii regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang
tindih dan kondusif, iv SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera, v meningkatnya
penyelenggaraan pemerintahan yang bebas KKN, vi meningkatnya kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi, vii pelayanan prima sesuai kebutuhan dan
harapan masyarakat, serta viii birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi.
C. Aspek Kapasitas Transportasi
1. Kurangnya tingkat kesesuaian, kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana transportasi
Kurangnya tingkat kesesuaian, kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini sangat terkait dengan upaya pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana transportasi. Keterbatasan dalam penyediaan
sarana transportasi
menyebabkan masyarakat
beralih menggunakan kendaraan pribadi, sedangkan keterbatasan dalam penyediaan
prasarana transportasi menyebabkan wilayah akan sulit diakses, sehingga menyebabkan sistem distribusi barang dan penumpang menjadi terhambat.
Kurangnya tingkat kesesuaian, kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana transportasi banyak direpresentasikan tidak hanya pada aspek
kuantitas, melainkan juga terkait dengan kualitas kemudahan, keamanan, serta kenyamanan dalam menggunakan sarana dan prasarana transportasi.
2. Belum memadainya ketersediaan fasilitas penunjang dalam optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana transportasi
Belum memadainya ketersediaan fasilitas penunjang dalam optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana transportasi, seperti pengembangan
transfer point transfer moda, lokasi park and ride, maupun terminal dan stasiun feeder akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja
transportasi. Fasilitas penunjang akan membantu pengguna dalam memberikan kenyamanan dan kemudahan pemanfaatan sarana dan
prasarana transportasi. Selain itu, fasilitas penunjang seperti jalan akses pada simpul transportasi masih ada beberapa yang belum terbangun, sehingga
memerlukan koordinasi dengan pemerintah daerah maupun Kementerian PU.
3. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan bidang perhubungan
Teknologi bidang transportasi pada prinsipnya memberikan dampak signifikan terhadap penataan dan pengaturan sistem transportasi di
Indonesia. Beberapa konsep pengembangan teknologi melalui Intelligent Transport System ITS akan memberikan kemudahan dalam manajemen
transportasi. Namun kendala yang dihadapi saat ini bahwa permasalahan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
61
transportasi di Indonesia tidak serta merta karena masalah teknologi, melainkan lebih pada masalah sosial dan ekonomi.
4. Masih rendahnya minat swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi Masih rendahnya minat swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi
dipengaruhi oleh faktor komitmen pemerintah dalam memberikan road map, penataan transportasi, serta kepastian investasi yang akan dilakukan oleh
swasta dan pertimbangan ekonomi. Pola pengembangan Kerjasama Pemerintah Swasta KPS terkait dengan prosedur dan komitmen
pembangunan maupun sharing sampai saat ini masih memerlukan perbaikan terkait dengan usaha mewujudkan kemudahan prosedur KPS dan kemudahan
dalam berinvestasi di Indonesia.
Di dalam kerangka perencanaan pembangunan nasional yang tertuang di RPJMN Tahun 2015-2019 Kerjasama Pemerintah Swasta KPS atau Public
Private Partnership PPP menjadi salah satu alternatif dalam pembiayaan infrastruktur yang melibatkan peran badan usaha. Permasalahan dalam
penyediaan infrastruktur melalui skema KPS atau PPP adalah 1 Masih kurangnya informasi mengenai proyek baik dari sisi detail teknis maupun
informasi keuangan serta analisis terhadap berbagai macam risiko dan jaminan pemerintah untuk pengelolaan resiko tersebut; 2 Masih sulitnya
penerapan peraturan terkait dengan KPS oleh para Penanggung Jawab Proyek Kerja sama PJPK; 3 Masalah pengadaan lahan yang terkadang belum
terlihat di awal pengusulan proyek; 4 Kapasitas aparatur dan kelembagaan dalam melaksanakan KPS masih belum sesuai kebutuhan; 5 Belum
optimalnya dokumen perencanaan proyek KPS bidang infrastruktur mengakibatkan pilihan strategi pelaksanaan proyek yang kurang memihak
pada KPS sehingga proyek infrastruktur yang menarik bagi pihak swasta dilaksanakan
melalui pembiayaan
APBNAPBD, sedangkan
proyek infrastruktur yang tidak menarik justru ditawarkan kepada pihak swasta.
5. Masih minimnya peralihan transportasi barang yang selama ini didominasi moda jalan
Pemilihan moda jalan banyak dipilih oleh perusahaan jasa pengiriman ekspedisi dikarenakan beberapa kelebihannya, salah satunya adalah tidak
terikat oleh waktu dimana pengiriman dapat dilakukan kapan saja apabila kuota pengiriman telah tercapai. Namun tingginya beban jalan pada akhirnya
akan menimbulkan kerusakan jalan, kemacetan, serta dampak lain seperti meningkatnya polusi udara, inefisiensi penggunaan BBM dan meningkatnya
resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Masih minimnya peralihan moda transportasi barang yang didominasi moda jalan menjadikan peran
transportasi lainnya kurang optimal. Khususnya transportasi laut dan udara. Transportasi laut dan udara lebih banyak mendominasi pengangkutan
komoditasbarang pada wilayah lain di luar Pulau Jawa atau wilayah terpencil. Namun optimalisasi pola pengangkutan dalam mewujudkan
konektivitas nasional belum terwujud dengan baik, sehingga optimalisasi
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
62
pengembangan angkutan non darat sangat dibutuhkan ke depan khususnya dalam sistem distribusi barang dan komoditas.
6. Belum optimalnya dukungan hasil penelitian untuk menunjang kebutuhan sektor transportasi
Peningkatan kinerja penelitianpengkajian transportasi membutuhkan peran aktif dari setiap sub-sektor khususnya untuk merumuskan kebutuhan
penelitianpengkajian sehingga hasil penelitiankajian memiliki nilai pemanfaatan yang tinggi. Namun dalam pelaksanaannya hasil penelitian yang
dilakukan belum optimal untuk menunjang kebutuhan sektor transportasi, yang disebabkan banyak kegiatan penelitiankajian masih bersifat sektoral
dan belum memberikan nuansa lintas sektor. Hal ini menyebabkan penanganan permasalahan transportasi yang pada prinsipnya membutuhkan
keterlibatan lintas sektor untuk mewujudkan peran transportasi yang maju, handal, dan produktif menjadi kurang optimal.
7. Angkutan BarangLogistik masih didominasi moda jalan Angkutan barang logistik di Indonesia masih didominasi oleh angkutan jalan.
Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan meningkatnya kerusakan jalan. Selain itu, terlalu banyaknya angkutan barang
melalui transportasi jalan tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi tetapi juga tidak ramah lingkungan akibat kemacetan dan yang dapat meningkatkan
emisi gas buang. Hingga saat ini, sekitar 80 pergerakan transportasi di Pulau Jawa masih didominasi oleh transportasi jalan. Para pelaku usaha lebih
memilih penggunaan truk daripada kereta api karena alasan handling, jadwal, aksesibilitas, dan sebagainya. Pengurangan beban jalan dapat dialihkan dan
diseimbangkan dengan moda transportasi lainnya seperti kereta api dan transportasi laut yang memiliki kapasitas daya angkut lebih besar dan waktu
perjalanan yang relatif cepat, bebas pungutan liar dan keamanan serta keselamatan barang lebih terjaga.
Selain permasalahan yang muncul dalam mencapai target pembangunan pada tahun 2015-2019, terdapat beberapa permasalahan baru diantaranya dengan
adanya perubahan organisasi dan tata kerja Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 189 Tahun
2015. Dengan adanya perubahan nomenklatur maka akan terdapat penyesuaian dalam target pencapaian output dari masing masing sektor sesuai dengan
perubahan yang terjadi.
2.4. TANTANGAN
1. Kesenjangan Antar Wilayah Masih terdapat kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan
Timur Indonesia KBI-KTI. Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur dan jaringan transportasi harus difokuskan di wilayah timur dan dalam upaya
mewujudkan konektivitas antar wilayah. Terwujudnya konektivitas jaringan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
63
transportasi antar pulau dan nasional dengan membangun jaringan infrastruktur
transportasi yang
mengikat kuat
interkoneksi yang
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
2. Penurunan biaya logistik nasional Pada Tahun 2014, World Bank merilis data bahwa LPI Logistics Performance
Index Indonesia berada pada rangking 53 dunia, dengan skor 3,08. Sedangkan perkiraan total biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi, yakni di atas 25
dari PDB, dengan komposisi 12,04 untuk biaya transportasi, 9,47 untuk biaya persediaan inventory, dan 4,52 untuk biaya administrasi. Data
tersebut menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi, bahkan jika dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Singapura 8,
Malaysia 13, dan Thailand 20. Pengembangan moda transportasi sangat penting khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja transportasi untuk
meningkatkan nilai LPI Indonesia ke depan, serta usaha untuk memberikan nilai biaya logistik yang lebih rendah sebagai salah satu upaya memberikan
jaminan kemudahan dalam sistem distribusi komoditas.
3. Optimalisasi penyerapan anggaran Kementerian Perhubungan Realisasi anggaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015 hanya sebesar
71,6 atau Rp.46,68 Triliun dari total alokasi anggaran sebesar Rp.65,12 Triliun. Realisasi anggaran kurang optimal karena beberapa pekerjaan kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana transportasi tidak dapat dilaksanakan atau blokir yang tidak dapat dicairkan dan sisa dana pekerjaan kegiatan. Oleh
karenanya alokasi anggaran 2016 sebesar Rp.48,46 Triliun harus lebih dioptimalkan melalui lelang tidak mengikat di awal tahun 2016.
4. Terdapat program-program penugasan melalui Peraturan Presiden yang perlu diantisipasi diantaranya terkait kesiapan regulasi, dokumen perencanaan, serta
pendanaan yaitu: a. Pembangunan LRT Sumatera Selatan, Jabodebek, Bandung Raya, Surabaya;
b. Pembangunan trans Papua Sorong – Manokwari, Jayapura – Sarmi; c. Peningkatan kecepatan operasional jalur kereta api lintas utara Jawa
menjadi 150 kmjam; d. Pembangunan jalur kereta api express line menuju Bandara Soekarno
Hatta; e. Pembangunan kereta api cepatHST lintas Jakarta – Bandung;
f. Pembangunan Pelabuhan Patimban; g. Pembangunan Bandara Kertajati;
h. Pembangunan Bandara Banten Selatan.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
64
5. Peningkatan pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenhub melalui tata kelola kapabilitas Inspektorat Jenderal dalam Internal Capability Audit Model IACM
untuk dapat berada di level III Integrated.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
65
BAB 3 SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR
KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
3.1.
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Presiden maka visi dan misi tersebut dijabarkan menjadi sasaran pembangunan nasional beserta indikator sektor transportasi yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2015- 2019, sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel 3.15 Sasaran dan Indikator RPJMN Tahun 2015-2019
NO SASARAN
INDIKATOR Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan
1. Meningkatnya kapasitas sarana
dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi
multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun
bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana
transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem
transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda
a
Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor untuk koridor utama dari 2,6 jam
per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama;
b
Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional
dengan membangun 15 bandara baru;
c
Pengembangan 9
bandara untuk
pelayanan kargo udara;
d
Peningkatan On-time
Performance Penerbangan menjadi 95;
e
Modernisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan pelayaran;
f
Meningkatnya kapasitas 24 pelabuhan untuk mendukung tol laut yang terdiri 5
pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder;
g
Pembangunan dan pengembangan 163 Pelabuhan non komersial sebagai sub
feeder tol laut;
h
Dwelling time pelabuhan;
i
Pembangunan 50 kapal perintis dan terlayaninya 193 lintas angkutan laut
perintis;