Bahan Ajar Cetak KAJIAN PUSTAKA

22 5. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja. 6. Memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas. 7. Dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar. 8. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri. Pada tabel tersebut dapat diketahui kelebihan dan kelemahan bahan ajar. Dari kelebihan dan kelemahan tersebut dapat dikategorikan dalam proses produksi, pemanfaatan, perawatan, dan distribusi. Sehingga kita harus memperhatikan beberapa hal untuk menyusun bahan ajar cetak agar penyusunannya lebih baik dan meminimalisir kelemahan. 2. Penyusunan Bahan Ajar Cetak Berikut hal-hal yang dapat diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar cetak menurut Depdiknas 2008 : 18, antata lain: 1. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca. 2. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. 3. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman. 23 4. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan. 5. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca, urutan teks terstruktur, mudah dibaca. 6. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja work sheet. Keenam hal tersebut lebih dominan atau lebih memperhatikan pada isi bahan ajar cetak agar lebih dipahami oleh siswa. akan tetapi bahan ajar cetak tidak hanya tentang isi, juga memperhatikan halaman, penataan, dan keutuhan. Ronald H. Anderson melalui Andi Prastowo 2014 : 193 menyatakan empat hal yang harus diperhatikan dalam teknis penataan halaman yaitu sebagai berikut: 1. Keragaman variety. Penataan halaman hendaknya menggunakan variasi antara narasi deskriptif dan ilustrasi foto atau gambar kartun atau bagan sehingga dapat mempertahankan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Keseimbangan balance. Keseimbangan di sini merupakan keseimbangan formal yang ditandai dengan adanya garis tak terlihat di tengah halaman. Penataan seperti ini akan menghasilkan “gambar kaca” yakni, satu sisi halaman terlihat sama dengan sisi lainnya. Dengan cara ini kita bisa membangkitkan perhatian siswa dan menghilangkan kebosanan mereka. 3. Kesederhanaan simplicity. Kesederhanaan merupakan kunci lain bagi rancangan komposisi halaman yang baik. Ada tiga cara untuk mencapainya: 24 pertama, gunakanlah jenis huruf yang bersih, jelas, dan rata kegelapannya ketebalannya. Kedua, gunakanlah foto cetak yang bersih, jelas, dan tajam sedapat mungkin gunakanlah foto hitam putih yang mrngilap. Ketiga, jika perlu gunakanlah gambar dan satu warna. Sedapat mungkin jangan menggunakan gambar yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut. Guntingan gambar yang tidak ada hak ciptanya sering kali digunakan untuk penataan yang bagus dan biayanya relatif murah. 4. Jangan. Maksudnya, ada tiga hal yang terlarang penataan komposisi, yaitu: pertama, menjejali halaman dengan gaya huruf yang berbagai jenis dengan banyak gambar sisakanlah ruangan kosong secukupnya. Kedua, mencampuradukkan gaya huruf, kecuali untuk tujuan memberikan penekanan. Ketiga, membuat judul terlalu tebal sehingga menghilangkan isi naskah. 3. Macam-Macam Bahan Ajar Cetak a. Handout 1 Pengertian Handout Menurut Echols dan Shadily dalam Andi Prastowo 2014:194 menyatakan bahwa handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara menurut Depdiknas 2008:18 menyatakan bahwa Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Adapun dalam Kamus Oxford, handout dimaknai sebagai “is prepered statement given” atau pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi 25 yang akan ditulis dan diajarkan pada handout tersebut untuk mempermudah penguasaan materi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa handout merupakan beberapa lembar kertas yang disusun untuk mempermudah penguasaan materi dan berisi tentang materi pelajaran, tugas, maupun tes yang akan diberikan kepada siswa. 2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaannya Steffen-Peter Ballstaedt dan Durri Andriani melalui Andi Prastowo 2014 : 195 mengemukakan tujuh fungsi handout, yaitu: a Guna membantu siswa agar tidak perlu mencatat, b Sebagai pendamping penjelasan guru, c Sebagai bahan rujukan siswa, d Memotivasi siswa lebih giat belajar, e Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan, f Memberi umpan balik, dan g Menilai hasil belajar. Selain fungsi terdapat tujuan pembuatan handout yang meliputi tiga macam yaitu: 1 Untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pelajaran sebagai pegangan bagi siswa, 2 Untuk memperkaya pengetahuan siswa, dan 3 Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik. 26

b. Modul

1 Pengertian modul Depdiknas 2008 : 20 menyatakan bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitatorguru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran. Sedangkan menurut Prastowo 2014:209 menyatakan bahwa modul merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya agar mereka dapat belajar sendiri mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari guru. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar yang disusun berdasarkan pokok-pokok bahasan untuk membantu mempermudah pemahaman siswa dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar berupa nilai dan disusun sesuai dengan perkembangan siswa. 2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaanya Prastowo dalam buku Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif 2012 : 107-108 menyatakan bahwa empat fungsi modul yaitu: a Bahan ajar mandiri, b Pengganti fungsi pendidik, 27 c Sebagai alat evaluasi, dan d Sebagai bahan rujukan bagi siswa. Penyusunan modul juga memiliki lima tujuan yaitu: a Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik, b Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran, c Melatih kejujuran siswa, d Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa, dan e Agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari. Selain fungsi dan tujuan, modul juga memiliki kegunaan. Berikut empat kegunaan penyusunan modul: a Modul sebagai penyedia informasi dasar, b Modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi siswa, c Modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif, dan d Modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik dan menjadi bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan penilaian seniri self-assesment.

c. Buku

1 Pengertian Buku Depdiknas 2008:19 menyatakan bahwa sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika 28 seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Majid melalui Prastowo 2014 : 243 menyatakan bahwa buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa buku merupakan lembaran kertas berbentuk tulisan yang dijadikan satu, didalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan kurikulum kompetensi dan indikator sehingga memiliki makna dalam membantu proses pembelajaran. 2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Buku Ajar Nasution dalam Prastowo 2014 : 244 menyatakan fungsi, tujuan, dan kegunaan. Buku ajar memiliki 5 fungsi yaitu : pertama, buku ajar sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh siswa. Kedua, buku ajar sebagai bahan evaluasi. Ketiga, buku ajar sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum. Keempat, buku ajar sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunaan pendidik. Dan kelima, buku ajar sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan. Selain itu, buku ajar juga memiliki sejumlah tujuan, sebagai berikut: pertama, memudahkan pendidik dalam menyampaikann materi pembelajaran; kedua, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau memberi 29 pelajaran baru; dan ketiga, buku ajar menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi siswa. Adapun kegunaan buku ajar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: pertama, buku ajar membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kedua, buku ajar menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran. Ketiga, buku ajar memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru. Keempat, buku ajar menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan pangkat dan golongan. Kelima, buku ajar menjadi sumber penghasilan, jika diterbitkan. 3 Karakteristik dan Unsur-Unsur Buku Ajar Setiap bahan ajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal tersebut bertujuan untuk membedakan dengan bahan ajar yang lain. Terdapat empat karakteristik buku ajar, yaitu: a Secara formal, buku ajar diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN. b Penyusunan buku ajar juga memiliki dua misi utama, yaitu optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, dan pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah. c Buku ajar dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku dengan senantiasa mengacu pada apa yang sedang diprogramkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada tiga ketentuan penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan buku ajar, yaitu: 30 d kurikulum pendidikan nasional yang berlaku, e berorientasi pada keterampilan proses menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi dan masyarakat, serta demonstrasi dan eksperimen, dan f Memberi gambaran secara jelas tentang keterpaduannya atau keterkaitannya dengan disiplin imlu lainnya. Buku ajar memiliki tujuh keuntungan, sebagai berikut: a buku ajar membantu guru melaksanakan kurikulum, b buku ajar juga merupakan pegangan dalam menentukan metode pengajaran, c buku ajar memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru, d buku pelajaran dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya dan jika direvisi dapat bertahan dalam waktu lama, e buku ajar yang uniform memberi kesamaan mengenai bahan dan standar pengajaran, f buku ajar memberi kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan, sekalipun pendidik berganti, dan g buku ajar memberi pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap jika guru menggunakannya dari tahun ke tahun. Setiap bahan ajar memilliki unsur masing-masing. Seperti halnya dengan buku ajar memiliki empat unsur utama yaitu judul, kompetensi atau materi pokok, latihan, dan penilaian. 31 4. Langkah-Langkah Membuat Buku Ajar Depdiknas 2008 : 20 menyatakan delapan langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya. 2. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya. 3. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi. 4. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya. 5. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat. 6. Mengevaluasimengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan. 7. Memperbaiki tulisan. 8. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. DePorter dalam Prastowo 2008: 253 menyatakan dua strategi yang bisa digunakan untuk mengatur gagasan yang akan dituliskan ke dalam buku ajar yaitu peta pikirna dan kerangka. 32 1. Peta Pikiran Peta pikiran digunakan untuk menata dan menghubungkan apa yang ingin kita tuliskan. Membuat peta pikiran dimulai dengan menelusuri dan mengidentifikasi berbagai materi pokok dan materi-materi penjelas yang akan ditulis. Dimulai dari ide utama, membuat cabang, ide tambahan, detail, dan contoh. 2. Kerangka Strategi kerangka membantu kita membangun ide paragraf kuat yang tersusun secara rapi membangun ide kita dan menuntun pembaca siswa untuk memahami tulisan kita.

d. Lembar Kerja Siswa LKS

Depdiknas 2008: 230 Lembar kegiatan siswa student work sheet adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Andi Prastowo 2014: 269 menyatakan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa baik bersifat teoritis dan atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter Wynne 1991 dalam buku Manajemen Pendidikan Karakter yang ditulis oleh Mulyasa 2011: 3 menyatakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to work” manandai dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai- 33 nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Menurut Gaffar dalam Muhammad dan Lilif M 2013: 22 menyatakan bahwa pendidikan karakter ialah suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Sedangkan menurut Narwati menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu pembentuk perilaku dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang berkembang menjadi kepribadian seseorang dalam hubungannya dengan diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat. 2. Tujuan Pendidikan Karakter