PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK KELAS III SD NEGERI TUKANGAN.

(1)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI

UNTUK KELAS III SD NEGERI TUKANGAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Rosiana Nur’aini NIM 13108241091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI

UNTUK KELAS III SD NEGERI TUKANGAN Oleh:

Rosiana Nur’aini NIM 13108241091

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar cetak berbasis karakter yang dapat digunakan untuk pembelajaran pada Tema Kehidupan Sehari-hari kelas III SD N Tukangan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) model Borg and Gall (1983). Namun pada penelitian ini hanya melalui sembilan tahap, yaitu penelitian dan pengumpulan data awal, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, uji coba lapangan awal, revisi produk, uji coba lapangan, revisi produk operasional, uji coba lapangan operasional, dan revisi produk akhir. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian pada tahap studi pendahuluan yaitu peneliti mendapatkan sebuah gagasan untuk membuat bahan ajar cetak berbasis karakter cinta tanah air. Hasil tahap perencanaan yaitu merumuskan tujuan penggunaan media, mempersiapkan alat dan bahan, serta merancang desain pengembangan media. Pengembangan bentuk awal menghasilkan produk bahan ajar yang siap untuk divalidasi. Validasi dilakukan dengan dua ahli, yaitu ahli materi dan ahli media. Validasi terakhir dari segi materi memperoleh skor rata-rata 4,08 dengan kriteria “baik”. Validasi terakhir dari segi media memperoleh skor rata-rata 4,78 dengan kriteria “sangat baik”. Hasil uji coba lapangan awal memperoleh skor rata-rata 4,73 dengan kriteria “sangat baik”. Uji coba lapangan memperoleh skor rata-rata 4,68 dengan kriteria “sangat baik”. Uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata -rata 4,7 dengan kriteria “sangat baik”. Dengan demikian, bahan ajar cetak yang telah dikembangkan dikatakan layak digunakan sebagai bahan ajar cetak berbasis karakter cinta tanah air pada Tema Kehidupan Sehari-hari untuk kelas III SDN Tukangan.


(3)

iii

DEVELOPMENT OF PRINTED TEACHING BASED ON PATRIOTISM CHARACTER ON THE THEME OF DAILY LIFE FOR 3rd GRADER AT SD

N TUKANGAN By: Rosiana Nur’aini

13108241091 ABSTRACT

This research aims to develop printed teaching materials based on characters that can be used for learning on the Theme of Daily Life for 3rd Grader at SD N Tukangan.

This research was conducted with the methods of research and development of Borg and Gall model (1983), but only through nine stages, which were research and data collection, planning, development of primary product form, operational field testing, the revision of the product, trial of the field, revision of operational products, trial of operational field, and revision of the final product. Data collection techniques used were poll, interview, and observation. Data analysis technique used was descriptive quantitative statistics.

The results of research on the stage of the preliminary study that the researcher got an idea to make printed teaching materials based on patriotism character. The results of the planning stage were formulating the purpose of media use, preparing tools and materials, and designing media development design. The development of the primary product form stage produced a teaching material

product that was ready to be validated.Validation was done by two experts, namely

material experts and media experts.The final validation in terms of material earned an average score of 4.08 with the criteria of "good"The final validation in terms of media earned an average score of 4.78 with the criteria of "excellent". Primary field test results earned an average score of 4.73 with the criteria of "excellent". Field trials scored an average of 4.68 with the criteria of "excellent". Operational field trials scored an average of 4.7 with the criteria of "excellent". Thus, printed teaching material that had been developed is said to be worthy of use as a printed teaching materials based on patriotism character on the theme of daily life for 3rd grader at SD N Tukangan.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain” (Al Hadist)


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah hi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah karena dengan izin-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ibu, Bapak, dan Mas tercinta

2. Almamater Universitas Negeri Yogtakarta 3. Nusa dan Bangsa


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Karakter Cinta Tanah Air pada Tema Kehidupan Sehari-hari untuk Kelas III SD N Tukangan”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

2. Bapak Suparlan, M.Pd.I. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dan kemudahan penelitian serta penyusunan skripsi. 3. Ibu Unik Ambarwati, M.Pd. Dosen Pembimbing Skipsi yang telah memberikan

dukungan dan membimbing peneliti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dr. Wuri Wuryandari, M.Pd selaku pengkaji materi yang telah bersedia memberikan saran dan kritik terhadap bahan ajar cetak berbasis karakter cinta tnah air.

5. Bapak Sungkono, M.Pd selaku pengkaji media yang telah bersedia memberikan saran dan kritik terhadap bahan ajar cetak berbasis karakter cinta tanah air.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...ii

SURAT PERNYATAAN ...iv

LEMBAR PERSETUJUAN ...v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Pengembangan ...8

G. Spesifikasi Bahan Ajar ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ...12

1. Pengertian Bahan Ajar ...12

2. Peran dan Kedudukan Bahan Ajar dalam Pembelajaran ...13

3. Fungsi Bahan Ajar ...14

4. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Penyususnan Bahan Ajar ...16

5. Kriteria Buku Ajar ...18

B. Bahan Ajar Cetak ...21

1. Keunggulan dan Kelemahan Bahan Ajar Cetak ...21

2. Penyusunan Bahan Ajar Cetak ...22

3. Macam-Macam Bahan Ajar Cetak ...24

C. Pendidikan Karakter ...32

1. Pengertian Pendidikan Karakter ...32

2. Tujuan Pendidikan Karakter ...33

3. Nilai-Nilai Pembentuk Karakter ...34

D. Cinta Tanah Air ...36

1. Kriteria Cinta Tanah Air ...36

2. Kajian Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air ...38 Halaman


(12)

xii

E. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar ...40

F. Perkembangan dan Karakteristik Peserta Didik Kelas III SD ...41

G. Penelitian yang Relevan ...46

H. Kerangka Berfikir ...47

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...50

B. Prosedur Pengembangan ...50

C. Validasi dan Uji Coba Produk ...55

D. Setting dan Subjek Penelitian ...56

E. Jenis Data ...56

F. Teknik Pengumpulan Data ...57

G. Instrumen Pengumpulan Data ...58

H. Teknik Analisis Data ...59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...62

1. Penelitian dan Pengembangan Data ...62

2. Perencanaan ...63

3. Pengembangan Bentuk Awal Produk ...70

4. Uji Coba Lapangan Awal ...88

5. Revisi Poduk ...89

6. Uji Coba Lapangan ...90

7. Revisi Produk ...90

8. Uji Coba Lapangan Operasional ...91

9. Revisi Produk Akhir ...92

B. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ...94

C. Pembahasan ...95

D. Keterbatasan Peneliti ...98

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...100

B. Saran ...101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ... 58

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media ... 59

Tabel 3. Kisi-kisi Respon Siswa ... 59

Tabel 4. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif berskala 5 ... 60

Tabel 5. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 72

Tabel 6. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 78

Tabel 7. Hasil Validasi Ahli Media Tahap III ... 82

Tabel 8. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap I ... 83

Tabel 9. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap II ... 87

Tabel 10. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 89

Tabel 11. Hasil Uji Coba Lapangan ... 90

Tabel 12. Hasil Uji Coba Lapangan Operasional ... 91 Halaman


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Menjodohkan nama suku ... 66

Gambar 2. Potongan provinsi ... 67

Gambar 3. Potongan kalimat ... 67

Gambar 4. Peta jelajah budaya ... 67

Gambar 5. Peraga jam ... 68

Gambar 6. Cover sebelum revisi ... 73

Gambar 7. Cover sesudah revisi ... 73

Gambar 8. Halaman pendahuluan sebelum revisi ... 74

Gambar 9. Halaman pendahuluan sesudah revisi ... 74

Gambar 10. Bacaan Rara sebelum revisi ... 74

Gambar 11. Bacaan Rara sesudah revisi ... 74

Gambar 12. Percakapan sebelum revisi ... 75

Gambar 13. Percakapan sesudah revisi ... 75

Gambar 14. Nama suku sebelum revisi ... 76

Gambar 15. Nama suku sesudah revisi ... 76

Gambar 16. Bhineka sebelum revisi ... 77

Gambar 17. Bhineka sesudah revisi ... 77

Gambar 18. Perekat sebelum revisi ... 77

Gambar 19. Perekat sesudah revisi ... 77

Gambar 20. Kekontrasan sebelum revisi ... 78

Gambar 21. Kekontrasan sesudah revisi ... 78

Gambar 22. Cover belakang sebelum revisi ... 79

Gambar 23. Cover belakang sesudah revisi ... 79

Gambar 24. Warna kekontrasan sebelum revisi ... 80

Gambar 25. Warna kekontrasan sesudah revisi ... 80

Gambar 26. Evaluasi sebelum revisi ... 81 Halaman


(15)

xv

Gambar 27. Evaluasi sesudah revisi ... 81

Gambar 28. Cek list sebelum revisi ... 81

Gambar 29. Ceklist sesudah revisi ... 81

Gambar 30. Tambahan petunjuk penggunaan buku ... 85

Gambar 31. Tambahan Sumpah Pemuda ... 85

Gamabr 32. Provinsi sebelum revisi ... 86

Gambar 33. Provinsi sesudah revisi ... 86

Gambar 34. Soal sebelum revisi ... 86

Gambar 35. Soal sesudah revisi ... 86

Gambar 36. Halaman belum urut ... 93

Gambar 37. Halaman sudah urut ... 93

Gambar 38. Jarum jam sebelum revisi ... 94


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap I ... 103

Lampiran 2. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap II ... 106

Lampiran 3. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 109

Lampiran 4. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 112

Lampiran 5. Hasil Validasi Ahli Media Tahap III ... 115

Lampiran 6. Angket Respon Siswa ... 118

Lampiran 7. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 120

Lampiran 8. Hasil Uji Coba Lapangan ... 121

Lampiran 9. Hasil Uji Coba Lapangan Opersional ... 122

Lampiran 10. Surat Keterangan Validasi ... 123

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian ... 124

Lampiran 12. DokumentasI ... 126 Halaman


(17)

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Era globalisasi merupakan proses mendunia yaitu masuknya berbagai budaya dari berbagai negara di dunia. Pada proses globalisasi ini sangat mudah bagi kita untuk mengakses berbagai informasi tentang kebudayaan, gaya hidup, teknologi, bahkan karakteristik suatu bangsa. Dengan kemudahan teknologi yang mendukung seperti internet dan perangkat teknologi yang lainnya semakin marak dan mempermudah globalisasi. Globalisasi memiliki dampak yang positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut tidak hanya terdapat pada satu bidang, namun juga bisa dari berbagai bidang seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan.

Salah satu dampak positif dari globalisasi yaitu kita dapat mengenal berbagai budaya dari belahan dunia sehingga menambah wawasan kita. Namun disisi lain terdapat dampak negatif globalisasi, misalnya anak lebih suka meniru cara berpakaian dari negara lain, lebih mencintai produk luar negeri dibandingkan dengan produk dalam negeri, kurangnya sopan santun yang menjadi ciri khas budaya indonesia, sikap apatis atau acuh tak acuh yang dimiliki siswa dengan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Dampak negatif globalisasi tersebut jika dibiarkan akan menghilangkan kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita harus membentengi diri dengan rasa cinta tanah air. Penanaman rasa cinta tanah air ini dapat kita antisipasi dengan cara mengenalkan budaya-budaya bangsa, seperti tarian adat, rumah adat, baju adat,


(19)

2

keragaman suku bangsa, dan bahasa, yang memuat nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Hal ini sejalan dengan yang pernyataan dari Anies Baswedan, hari Sabtu, 2 Mei 2015 pada Suara Pembaharuan ia menyatakan bahwa menanamkan kesadaran orang Indonesia dan juga warga dunia, maka bekali mereka dengan semua pengetahuan. Kalau mereka percaya negeri yang hebat, mereka juga akan jadi anak yang hebat kepribadian dan karakter kita sebagai bangsa Indonesia akan tumbuh. Artinya warga Indonesia baik itu tua maupun muda harus dibekali pengetahuan. Pengetahuan ini tidak hanya pelajaran akan tetapi kearifan budaya Indonesia sangat beragam dari pulau, suku maupun bahasa. Terutama pada generasi muda dan anak-anak di tengah situasi globalisasi dengan tidak boleh meninggalkan dan melupakan kearifan lokal budaya dan seni. Oleh karena itu kita harus mencintai budaya kita dengan rasa nasionalisme atau cinta tanah air kita sehingga tercipta rasa bangga terhadap bangsa Indonesia.

Rasa cinta tanah air ini dapat ditanamkan dalam sebuah karakter. Penanaman karakter dapat dilakukan salah satunya melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan keterampilan siswa.


(20)

3

Keterampilan siswa tidak hanya berupa sebuah bakat bisa juga karakter yang tertanam pada diri siswa. Tujuan yang diharapkan oleh pemerintah melalui pendidikan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari semua pihak, baik dari sekolah, guru, orangtua dan siswa. Pemerintah sudah mengimplementasikan pembelajaran dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satunya yaitu dengan membuat kurikulum. Kurikulum ini memuat apa saja yang yang akan dicapai oleh siswa, dengan kata lain terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Dari indikator-indikator yang telah dibuat, maka terbentuklah suatu materi yang dapat dipelajari oleh siswa. Pada kurikulum 2006 atau KTSP, pemerintah memberikan materi Memahami Sumpah Pemuda di kelas III Tema Kegiatan Sehari Hari. Pada materi ini dikenalkan makna sumpah pemuda yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Satu nusa artinya beribu pulau yang ada di Indonesia tetapi semua berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Satu bangsa artinya Indonesia memiliki banyak keragaman suku dan budaya dari suku Jawa, suku Asmat, suku Dayak dan lain sebagainya. Satu bahasa artinya Indonesia memiliki banyak bahasa, dan disatukan oleh bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia. Selain kurikulum, pendidikan juga harus memiliki sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses pembelajaran. Salah satu sarana yang mendukung adalah media yang digunakan pada saat proses pembelajaran.

Usaha sadar yang dilakukan pemerintah sudah cukup baik dalam proses pendidikan. Akan tetapi terkadang masih ada yang kurang sesuai pada proses pembelajaran seperti sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Sarana prasarana itu meliputi media pembelajaran, bahan ajar, alat peraga, dan lain


(21)

4

sebagainya. Bahan ajar dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran sehingga guru dapat menyampaikan materi dengan terarah dan dipahami oleh siswa. Bahan ajar yang digunakan sebaiknya menarik agar siswa termotivasi dan senang mempelajari materi tersebut. Selain itu bahan ajar juga harus interaktif agar siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang interaktif ini dapat membantu siswa dalam memahami materi dengan mudah karena menarik dan melibatkan kegiatan siswa.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 1 November 2016 di kelas IIIA di SD Negeri Tukangan diketahui bahwa di SD N Tukangan sudah terdapat sarana prasarana yang menunjang seperti LCD, proyektor, papan tulis whiteboard, dan buku paket. Namun, buku paket yang digunakan masih berdasarkan mata pelajaran tertentu, seperti PKn, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kelas III seharusnya merupakan kelas rendah yang menggunakan tematik. Bahan ajar yang digunakan banyak tulisan sehingga siswa merasa bosan. bahan ajar Selain itu bahan ajar yang digunakan belum ada yang menekankan pada karakter cinta tanah air. Pada Tema Kehidupan Sehari-hari juga terdapat materi Memahami Sumpah Pemuda. Akan tetapi materi tersebut sangat detail dan banyak, sehingga siswa kesulitan dalam mempelajari, seperti pulau-pulau, dan pakaian adat. Kondisi di kelas III A juga tidak ada gambar tokoh pahlawan nasional dan peta Indonesia sehingga ketika siswa diberi pertanyaan tentang tokoh/pahlawan nasional dan pulau-pulau di Indonesia banyak siswa yang belum mengetahui. Siswa lebih mengenal dan mengidolakan tokoh kartun dan artis yang sering muncul di televisi. Hal tersebut mencerminkan kurangnya pengetahuan siswa tentang Pahlawan


(22)

5

Nasional dan wilayah tanah air Indonesia. Kemudian saat siswa berbicara pada guru menggunakan bahasa Indonesia yang masih bercampur dengan Bahasa Jawa. Hal ini menunjukkan siswa belum menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu siswa juga belum begitu mengetahui tentang hari-hari besar nasional seperti Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Kesaktian Pancasila, dan lain sebagainya.

Melihat fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengembangkan dan membuat suatu produk bahan ajar interaktif dalam bentuk hardware yang bertujuan untuk memahami Tema Kehidupan Sehari-hari dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Karakter Cinta Tanah Air Pada Tema Kegiatan Sehari-hari untuk Kelas III SD Negeri Tukangan. Bahan Ajar ini diharapkan mampu untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan menumbuhkan karakter berupa rasa cinta tanah air. Pemilihan bahan ajar cetak ini berdasarkan pernyataan Agus Zaelain F (2012:34) bahwa proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan, prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik, bukan oleh guru. Salah satu penunjang terlaksananya proses pendidikan secara aktif dan menyenangkan yaitu melalui bahan ajar. Pada bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti menerapkan bahan ajar interaktif. Bahan ajar interaktif yang dimaksud adalah bahan ajar yang menggunakan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, membuat anak bergerak dan bermain, membuat aktivitas berkelompok, dan membuat anak merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Dengan bahan ajar yang interaktif ini siswa dapat secara aktif mengalami pengalaman langsung membaca jam, mengetahui


(23)

6

pengetahuan tentang tokoh nasional, suku daerah, lagu dareah, dan beberapa budaya di Indonesia dengan permainan, dan beberapa informasi tentang Indonesia yang sesuai dengan karakter cinta tanah air.

Seperti kita ketahui bahwa secara psikologis, anak usia SD sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara intelektual, emosional, sosial, kepribadian, maupun fisik. Piaget, melalui Slameto (2003 : 13) menyatakan bahwa ada tiga tahap perkembangan yaitu : 1) berpikir secara intuitif ± 4 tahun, 2) beroperasi secara konkret ± 7 tahun, dan 3) beroperasi secara formal ± 11 tahun. Berdasarkan teori tersebut, maka salah satu perkembangan siswa yaitu beroperasi secara konkret, artinya siswa akan lebih memahami materi apabila dikaitkan dengan kenyataan, atau dengan kata lain siswa harus mengalami proses itu sendiri. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Desmita (2009 : 35) bahwa anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, sen ang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Berdasarkan teori tersebut maka pengembangan bahan ajar ini dibuat dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, berua permainan dan peraga agar siswa dapat merasakan dan melakukan secara langsug. Dengan demikian penanaman karakter pada usia ini sangat penting sebagai pengalaman dan bekal di masa yang akan datang. Oleh karena itu, bahan ajar ini akan sangat membantu memudahkan siswa dalam memahami materi dan mencerminkan setiap karakter yang ditanamkan pada setiap materi pelajaran.


(24)

7 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Terdapat dampak negatif dari globalisasi sehingga diperlukan adanya penanaman nasionalisme.

2. Bahan ajar yang digunakan masih menggunakan bahan ajar buku paket dan LKS yang banyak tulisannya sehingga kurang menarik.

3. Guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang variatif, yaitu dengan ceramah sehingga siswa merasa bosan.

4. Siswa tidak suka membaca karena bahan ajar yang digunakan kurang menarik. 5. Buku paket yang tersedia lebih banyak tulisannya, sedangkan anak lebih suka

dengan gambar-gambar.

6. Masih banyak siswa yang kurang mengerti tentang tokoh-tokoh Nasional dan hari besar Nasional.

7. Penggunaan bahasa Indonesia yang belum lancar. C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan yang teridentifikasi tidak semua diteliti. Agar terfokus dan mendalam maka penelitian ini dibatasi pada “Terbatasnya bahan ajar yang bisa digunakan oleh guru dalam penyampaian tema kehidupan sehari-hari pada siswa kelas III SD Negeri Tukangan”.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana menghasilkan bahan ajar cetak berbasis karakter cinta tanah


(25)

8

air pada tema Kehidupan Sehari-hari yang layak digunakan untuk SD Kelas III SD N Tukangan?”

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Bahan Ajar Cetak Berbasis Karakter Cinta Tanah Air pada Tema Kehidupan Sehari-Hari yang layak digunakan untuk Kelas III SD Negeri Tukangan.

F. Manfaat Pengembangan

Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis a. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan ajar untuk mendukung pembelajaran di sekolah.

b. Guru

Penelitian ini dapat membantu mempermudah pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat pembelajaran pada tema kehidupan sehari-hari.

c. Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru dan melibatkan siswa secara aktif pada saat pembelajaran.

G. Spesifikasi Bahan Ajar

Produk bahan ajar berbasis karakter pada tema Kehidupan Sehari-Hari ini mengintegrasikan mata pelajaran PKn, Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPS. Bahan ajar baik digunakan secara individu maupun kelompok. Pada bahan ajar ini


(26)

9

tidak hanya terdapat tulisan seperti bahan ajar yang sering kita jumpai karena digunakan bagi siswa kelas III. Bahan ajar ini dikombinasi dengan gambar-gambar, tulisan yang dapat di tempel, dan peraga jam agar bahan ajar lebih interaktif. 1. Tulisan

Tulisan pada bahan ajar ini menggunakan font Arial dengan ukuran 12. 2. Kertas

Kertas yang digunakan untuk cover yaitu jenis kertas ivory 230gr. Kertas yang digunakan untuk isi materi menggunakan kertas HVS ukuran B5 70gr, kertas ivory 230gr, mika, dan kertas cromo.

3. Gambar

Gambar yang disediakan berupa gambar peta Indonesia, pakaian adat, tarian daerah, rumah adat, gambar tokoh, dan beberapa gambar ilustrasi. Gambar peta Indonesia disesuaikan warnanya menurut pembagian waktu dan merah utih sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gambar pakaian adat, tarian daeah, dan rumah adat digunakan untuk ditempel pada peta jelajah budaya. Gambar tokoh digunakan untuk memperjelas informasi yang ada di pojok berita, yaitu gambar Moh. Yamin. Gambar ilustrasi berupa gambar Rara dengan Ibunya untuk menggambarkan percakapan pada teks Rara Berlibur. Gambar dektektif anak digunakan pada setiap informasi yang ditulis pada pojok berita. Gambar ikon kegiatan digunakan untuk menarik perhatian siswa pada setiap kegiatan. Ikon kegiatan disesuaikan pada kegiatan. Gambar ilustrasi untuk pengantar materi lagu daerah dan sumpah pemuda.


(27)

10 4. Tulisan warna

Tulisan pada bahan ajar tidak semua berwarna hitam dan putih. Warna yang digunakan sesuai dengan kekontrasan warna pada halaman.

5. Cek List Kegiatan

Daftar cek list ini digunakan untuk memberikan kegiatan kepada siswa di sekolah maupun di rumah yang sesuai dengan karakter yang akan dikembangkan yaitu cinta tanah air.

6. Peraga Jam

Peraga jam digunakan oleh siswa untuk mempelajari cara membaca jam. Peraga jam dapat digerakkan oleh siswa sendiri sehingga dapat membantu siswa memahami cara membaca jam dan menunjukkan jam.

7. Peta Jelajah Budaya

Peta jelajah budaya dimaksudkan untuk mengenal budaya-budaya yang ada di Indonesia seperti pakaian adat, rumah adat, tarian daerah, alat musik, dan suku. Gambar-gambar yang disediakan sudah mewakili setiap pulau.

8. Menempelkan Lagu

Pada kegiatan ini siswa diminta untuk menempelkan sendiri potongan lagu dengan asalnya sesuai dengan warna masing-masing. Pada kegiatan ini sekaligus membantu siswa untuk melakukan kegiatan dengan siswa lain sehingga terjadi interaksi sosial dan membuat siswa berkompetisi.


(28)

11 9. Mengurutkan Kalimat

Pada kegiatan mengurutkan kalimat siswa diminta untuk menempelkan potongan kalimat yang masih acak untuk diurutkan dengan cara dimasukkan pada lubang yang telah disediakan. Mengurutkan kalimat juga mampu membantu siswa melakukan aktivitas bersama dengan siswa lain dan membuat siswa berkompetisi. 10. Pojok Berita

Pojok berita merupakan kolom untuk memberikan informasi seputar Indonesia yang sudah dikenal di dunia agar siswa mengetahui dan bangga akan prestasi, budaya, dan karya yang telah diraih oleh negara Indonesia.


(29)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang sangat penting bagi proses pembelajaran. Penggunaan bahan ajar pada saat pembelajaran bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memperoleh suatu materi yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini dipertegas dalam Sungkono, dkk 2003 : 1 yang menyatakan bahwa bahan ajar adalah suatu perangkat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu bahan ajar memuat isi atau isi pelajaran berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah, atau teori yang tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran. Dengan demikian, maka suatu bahan ajar memuat: Tujuan Pembelajaran Umum (TPU), Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), kegiatan pembelajaran, materi pelajaran, latihan atau tugas, evaluasi, dan umpan balik.

Dikmenjur mengemukakan pengertian secara lebih detail bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Ida Malati Sadjati melalui Andi Prastowo dalam bukunya Pengembangan Bahan Ajar Tematik (2014:138) menyatakan bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.


(30)

13

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan semua bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang disusun secara sistematis dan menampilkan kompetensi dasar secara utuh agar dikuasai oleh peserta didik dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran pada proses pembelajaran.

2. Peran dan Kedudukan Bahan Ajar dalam Pembelajaran

Seorang siswa pasti memerlukan bahan ajar untuk penunjang proses belajar. Proses belajar yang baik tidak hanya dilakukan dengan mendengarkan ceramah dari guru dan mencatat tulisan di papan tulis. Akan lebih baik jika keduanya dilengkapi dengan proses melihat, membaca, kemudian mengerjakan latihan soal. Hal ini akan memperkuat daya ingat dan pemahaman siswa dalam memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Ketika proses pembelajaran ini mengacu pada bahan ajar maka akan lebih tertata dan terarah, karena materi yang dituliskan sudah diurutkan oleh penulis.

Sungkono dkk (2003 : 2) menyatakan bahwa banyak siswa yang tidak dapat mengikuti uraian dari guru di dalam kelas, sehingga catatan (note taking) yang mereka buat tidak teratur dan tidak lengkap. Dengan demikian, bahan ajar mempunyai kedudukan sebagai pendukung bagi para siswa untuk belajar dengan lebih baik. Lebih jauh lagi bahan ajar berkedudukan sebagai pengganti buku-buku bila buku-buku tersebut tidak ada. Kalau pun ada jumlahnya sangat sedikit, sehingga tidak mencukupi untuk seluruh siswa.

Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa peran dan kedudukan bahan ajar dalam proses pembelajaran adalah untuk melengkapi buku-buku bila tidak ada. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran


(31)

14

karena siswa akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi ketika guru sangat cepat dan kurang jelas pada saat pembelajaran. Oleh sebab itu, bahan ajar dapat dimanfaat baik guru oleh guru maupun siswa untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Fungsi Bahan Ajar

Keberadaan bahan ajar memiliki sejumlah fungsi dalam proses pembelajaran. Andi Prastowo (2014 : 139) menyatakan ada dua klasifikasi utama pembagian fungsi bahan ajar, yaitu: pertama, menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar, dan kedua, menurut strategi pembelajaran yang digunakan. Pertama, menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi pendidik dan fungsi bagi peserta didik.

a) Fungsi bahan ajar bagi pendidik:

1. Menghemat waktu pendidik dalam mengajar.

2. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. 3. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. 4. Pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.

5. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. b) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik:

1. Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain.


(32)

15

3. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. 4. Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.

5. Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri.

6. Pedoman bagi peserta didik yang akan mengerahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai.

Kedua, menurut strategi pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: dalam pembelajaran klasikal, individual, dan kelompok.

a) Fungsi bahan ajar dalam pembelaaran klasikal:

1. Sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengawas serta pengendali proses pembelajaran. Peserta didik pasif dan belajar sesuai dengan kecepatan pendidik dalam mengajar.

2. Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan. b) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual:

1. Media utama dalam proses pembelajaran.

2. Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik memperoleh informasi.

3. Penunjang media pembelajaran individual lainnya. c) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok:

1. Bersifat sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi


(33)

16

tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompok sendiri.

2. Sebagai bahan pendukung bahan ajar utama serta dan jika dirancang sedemikian rupa dapat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, fungsi bahan ajar tidak hanya didapatkan oleh satu pihak saja, akan tetapi didapatkan oleh kedua belah pihak yang saling bersangkutan dalam hal ini yaitu pendidik dan peserta didik. Bagi pendidik bahan ajar dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif karena materi yang disampaikan sudah terdapat pada bahan ajar, sehingga pendidik hanya perlu menambahkan hal-hal yang belum diketahui siswa atau membantu siswa yang belum bisa. Pembelajaran menggunakan bahan ajar juga dapat digunakan secara klasikal (menyeluruh), individual, maupun kelompok. Dengan demikian akan tercipta suasana belajar yang interaktif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar

Andi Prastowo (2014 : 142) menyatakan beberapa karakteristik bahan ajar tematik,yaitu:

1. Menstimulasi siswa agar aktif.

2. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning). 3. Menyuguhkan pengetahuan yang holistik (tematik).

4. Memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada siswa.

Dari berbagai pendapat tentang karakteristik pembelajaran tematik dari berbagai pendapat, Andi Prastowo (2014 : 100) memberikan kesimpulan yang


(34)

17

menyatakan bahwa ada 18 macam karakteristik bahan ajar yaitu: a) adanya efesiensi, b) kontekstual, c) student centered (berpusat pada siswa), d) memberikan pengalaman langsung, e) pemisahan mata pelajaran yang kabur, f) holistik, g) fleksibel, h) hasil pembelajaran berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa, i) kegiatan belajarnya sangat relevan dengan kebutuhan siswa SD/MI, j) kegiatan yang dipilih bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, k) kegiatan belajar akan lebih bermakna, l) mengembangkan keterampilan berpikir (metakognisi) siswa, m) menyajikan kegiatan belajar mengajar pragmatis yang sesuai dengan permasalahan, n) mengembangkan keterampilan sosial siswa, o) aktif, p) menggunakan prinsip bermain sambil belajar, q) mengembangkan komunikasi siswa, dan r) lebih menekankan proses ketimbang hasil.

Dari karakteristik yang telah disebutkan menjelaskan bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang dapat memberikan pengetahun kepada peserta didik baik pengalaman langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung yang dimaksud adalah kegiatan yang langsung dilakukan oleh peserta didik seperti bereksperimen. Kegiatan yang memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dapat membantu mempermudah pemahaman dan daya ingat peserta didik. Sedangkan pengalaman tidak langsung misalnya siswa membaca, dengan membaca siswa akan membayangkan isi dari bacaan tersebut. Hal ini termasuk pengalaman tidak langsung karena siswa hanya dapat membayangkan saja. Pengalaman tidak langsung dan pengalaman langsung ini dapat dipadukan sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya secara teori akan tetapi juga praktik. Dengan


(35)

18

demikian akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar.

Selain karakteristik, bahan ajar juga memiliki prinsip. Prinsip ini yang dijadikan sebagai pedoman pembuatan bahan ajar agar sesuai dengan kebutuhan. Depdiknas (2008 : 10) menyatakan bahwa terdapat enam prinsip pengembangan bahan ajar yaitu:

a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.

b. Pengulangan memperkuat pemahaman.

c. Umpan balik positif memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. d. Motivasi yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar, e. Mencapai tujuan.

f. Mengetahui hasil yang dicapai.

Berdasarkan prinsip tersebut dapat diketahui bahwa pembuatan pengembangan bahan ajar harus benar-benar memperhatikan perkembangan siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pemahan siswa terhadap materi yang terdapat pada bahan ajar. Selain itu bahan ajar yang baik juga harus menciptakan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran sehingga anak menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

5. Kriteria Buku Ajar

Menurut Azhar Arsyad (2009 : 88-90) menyatakan beberapa kriteria media berbasis cetak, yaitu: konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, ruang (spasi) kosong.


(36)

19 a. Konsistensi

1) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf.

2) Usahakan untuk konsistensi dalam jarak spasi. Jarak sasi antara judul dan baris pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama.spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karena itu tidak memerlukan perhatian sungguh-sungguh.

b. Format

1) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai, sebaliknya jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.

2) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

3) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilebel secara visual.

c. Organisasi

1) Upayakan untuk selalu menginformasikan siswa/pembaca mengenai di mana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca. Jika memungkinkan, siapkan piranti yang memberikan orientasi kepada siswa tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan.

2) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. 3) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-nagian dari teks.


(37)

20 d. Daya tarik

Perkenalan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus.

e. Ukuran huruf

1) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau buku penuntun) adalah 12 poin.

2) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit.

f. Ruang (spasi) kosong

Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan siswa/pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya bergerak meyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk:

1. Ruangan sekitar judul.

2. Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa/pembaca untuk masuk ke tengah-tengah halaman.

3. Spasi antar-kolom; semakin lebar kolom semakin luas spasi diantaranya. 4. Permulaan paragraf diidentasi.

5. Penyesuaian spasi antar baris atau antarparagraf.

a. Sesuaikan spasi antarbaris untuk meningkatkan pilihan dan tingkat keterbacaan.


(38)

21 B. Bahan Ajar Cetak

Andi Prastowo (2014 : 187) bahan ajar cetak (printed) adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.

1. Keunggulan dan Kelemahan Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang dikemukaan oleh Steffen Peter Ballstedt dalam Andi Prastowo (2014 : 188) antara lain:

Keunggulan Kelemahan

1. Bahan ajar tertulis biasanya menampilkan daftar isi sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang sedang dipelajari.

2. Biaya penggandaannya relatif sedikit.

3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah didistribuskan.

4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.

1. Untuk mencetak bahan ajar cetak memakan waktu cukup lama.

2. Mencetak gambar atau berwarna biayanya mahal. 3. Sukar menampilkan gerak di

bahan ajar cetak.

4. Pelajaran yang terlalu banyak disajikan dengan media cetak, cenderung mematikan minat dan menyebabkan kebosanan. 5. Tanpa perawatan yang baik,

bahan ajar cetak akan cepat rusak, hilanh, atau musnah.


(39)

22 5. Bahan tertulis relatif ringan dan

dapat dibaca dimana saja. 6. Memotivasi pembaca untuk

melakukan aktivitas.

7. Dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar. 8. Pembaca dapat mengatur

tempo secara mandiri.

Pada tabel tersebut dapat diketahui kelebihan dan kelemahan bahan ajar. Dari kelebihan dan kelemahan tersebut dapat dikategorikan dalam proses produksi, pemanfaatan, perawatan, dan distribusi. Sehingga kita harus memperhatikan beberapa hal untuk menyusun bahan ajar cetak agar penyusunannya lebih baik dan meminimalisir kelemahan.

2. Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Berikut hal-hal yang dapat diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar cetak menurut Depdiknas (2008 : 18), antata lain:

1. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca. 2. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat,

jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.

3. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.


(40)

23

4. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.

5. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.

6. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

Keenam hal tersebut lebih dominan atau lebih memperhatikan pada isi bahan ajar cetak agar lebih dipahami oleh siswa. akan tetapi bahan ajar cetak tidak hanya tentang isi, juga memperhatikan halaman, penataan, dan keutuhan. Ronald H. Anderson melalui Andi Prastowo (2014 : 193) menyatakan empat hal yang harus diperhatikan dalam teknis penataan halaman yaitu sebagai berikut:

1. Keragaman (variety). Penataan halaman hendaknya menggunakan variasi antara narasi deskriptif dan ilustrasi (foto atau gambar kartun atau bagan) sehingga dapat mempertahankan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Keseimbangan (balance). Keseimbangan di sini merupakan keseimbangan formal yang ditandai dengan adanya garis tak terlihat di tengah halaman. Penataan seperti ini akan menghasilkan “gambar kaca” (yakni, satu sisi halaman terlihat sama dengan sisi lainnya). Dengan cara ini kita bisa membangkitkan perhatian siswa dan menghilangkan kebosanan mereka. 3. Kesederhanaan (simplicity). Kesederhanaan merupakan kunci lain bagi


(41)

24

pertama, gunakanlah jenis huruf yang bersih, jelas, dan rata kegelapannya (ketebalannya). Kedua, gunakanlah foto cetak yang bersih, jelas, dan tajam (sedapat mungkin gunakanlah foto hitam putih yang mrngilap). Ketiga, jika perlu gunakanlah gambar dan satu warna. Sedapat mungkin jangan menggunakan gambar yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut. Guntingan gambar yang tidak ada hak ciptanya sering kali digunakan untuk penataan yang bagus dan biayanya relatif murah.

4. Jangan. Maksudnya, ada tiga hal yang terlarang penataan komposisi, yaitu: pertama, menjejali halaman dengan gaya huruf yang berbagai jenis dengan banyak gambar (sisakanlah ruangan kosong secukupnya). Kedua, mencampuradukkan gaya huruf, kecuali untuk tujuan memberikan penekanan. Ketiga, membuat judul terlalu tebal sehingga menghilangkan isi naskah. 3. Macam-Macam Bahan Ajar Cetak

a. Handout

1) Pengertian Handout

Menurut Echols dan Shadily dalam Andi Prastowo (2014:194) menyatakan bahwa handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara menurut Depdiknas (2008:18) menyatakan bahwa Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Adapun dalam Kamus Oxford, handout dimaknai sebagai “is prepered statement given” atau pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi


(42)

25

yang akan ditulis dan diajarkan pada handout tersebut untuk mempermudah penguasaan materi siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa handout merupakan beberapa lembar kertas yang disusun untuk mempermudah penguasaan materi dan berisi tentang materi pelajaran, tugas, maupun tes yang akan diberikan kepada siswa.

2) Fungsi, Tujuan, dan Kegunaannya

Steffen-Peter Ballstaedt dan Durri Andriani melalui Andi Prastowo (2014 : 195) mengemukakan tujuh fungsi handout, yaitu:

a) Guna membantu siswa agar tidak perlu mencatat, b) Sebagai pendamping penjelasan guru,

c) Sebagai bahan rujukan siswa, d) Memotivasi siswa lebih giat belajar,

e) Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan, f) Memberi umpan balik, dan

g) Menilai hasil belajar.

Selain fungsi terdapat tujuan pembuatan handout yang meliputi tiga macam yaitu:

1) Untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pelajaran sebagai pegangan bagi siswa,

2) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, dan


(43)

26 b. Modul

1) Pengertian modul

Depdiknas (2008 : 20) menyatakan bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran. Sedangkan menurut Prastowo (2014:209) menyatakan bahwa modul merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari guru.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar yang disusun berdasarkan pokok-pokok bahasan untuk membantu mempermudah pemahaman siswa dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar (berupa nilai) dan disusun sesuai dengan perkembangan siswa.

2) Fungsi, Tujuan, dan Kegunaanya

Prastowo dalam buku Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (2012 : 107-108) menyatakan bahwa empat fungsi modul yaitu:

a) Bahan ajar mandiri,


(44)

27 c) Sebagai alat evaluasi, dan

d) Sebagai bahan rujukan bagi siswa.

Penyusunan modul juga memiliki lima tujuan yaitu:

a) Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik,

b) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran,

c) Melatih kejujuran siswa,

d) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa, dan

e) Agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Selain fungsi dan tujuan, modul juga memiliki kegunaan. Berikut empat kegunaan penyusunan modul:

a) Modul sebagai penyedia informasi dasar,

b) Modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi siswa,

c) Modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif, dan

d) Modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik dan menjadi bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan penilaian seniri (self-assesment). c. Buku

1) Pengertian Buku

Depdiknas (2008:19) menyatakan bahwa sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika


(45)

28

seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Majid melalui Prastowo (2014 : 243) menyatakan bahwa buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa buku merupakan lembaran kertas berbentuk tulisan yang dijadikan satu, didalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan kurikulum (kompetensi dan indikator) sehingga memiliki makna dalam membantu proses pembelajaran.

2) Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Buku Ajar

Nasution dalam Prastowo (2014 : 244) menyatakan fungsi, tujuan, dan kegunaan. Buku ajar memiliki 5 fungsi yaitu : pertama, buku ajar sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh siswa. Kedua, buku ajar sebagai bahan evaluasi. Ketiga, buku ajar sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum. Keempat, buku ajar sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunaan pendidik. Dan kelima, buku ajar sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan.

Selain itu, buku ajar juga memiliki sejumlah tujuan, sebagai berikut: pertama, memudahkan pendidik dalam menyampaikann materi pembelajaran; kedua, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau memberi


(46)

29

pelajaran baru; dan ketiga, buku ajar menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi siswa.

Adapun kegunaan buku ajar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: pertama, buku ajar membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kedua, buku ajar menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran. Ketiga, buku ajar memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru. Keempat, buku ajar menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan pangkat dan golongan. Kelima, buku ajar menjadi sumber penghasilan, jika diterbitkan.

3) Karakteristik dan Unsur-Unsur Buku Ajar

Setiap bahan ajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal tersebut bertujuan untuk membedakan dengan bahan ajar yang lain. Terdapat empat karakteristik buku ajar, yaitu:

a) Secara formal, buku ajar diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN. b) Penyusunan buku ajar juga memiliki dua misi utama, yaitu optimalisasi

pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, dan pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah.

c) Buku ajar dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku dengan senantiasa mengacu pada apa yang sedang diprogramkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada tiga ketentuan penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan buku ajar, yaitu:


(47)

30 d) kurikulum pendidikan nasional yang berlaku,

e) berorientasi pada keterampilan proses menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi dan masyarakat, serta demonstrasi dan eksperimen, dan

f) Memberi gambaran secara jelas tentang keterpaduannya atau keterkaitannya dengan disiplin imlu lainnya.

Buku ajar memiliki tujuh keuntungan, sebagai berikut: a) buku ajar membantu guru melaksanakan kurikulum,

b) buku ajar juga merupakan pegangan dalam menentukan metode pengajaran, c) buku ajar memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau

mempelajari pelajaran baru,

d) buku pelajaran dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya dan jika direvisi dapat bertahan dalam waktu lama,

e) buku ajar yang uniform memberi kesamaan mengenai bahan dan standar pengajaran,

f) buku ajar memberi kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan, sekalipun pendidik berganti, dan

g) buku ajar memberi pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap jika guru menggunakannya dari tahun ke tahun.

Setiap bahan ajar memilliki unsur masing-masing. Seperti halnya dengan buku ajar memiliki empat unsur utama yaitu judul, kompetensi atau materi pokok, latihan, dan penilaian.


(48)

31 4. Langkah-Langkah Membuat Buku Ajar

Depdiknas (2008 : 20) menyatakan delapan langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya.

2. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.

3. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.

4. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

5. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.

6. Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.

7. Memperbaiki tulisan.

8. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

DePorter dalam Prastowo (2008: 253) menyatakan dua strategi yang bisa digunakan untuk mengatur gagasan yang akan dituliskan ke dalam buku ajar yaitu peta pikirna dan kerangka.


(49)

32 1. Peta Pikiran

Peta pikiran digunakan untuk menata dan menghubungkan apa yang ingin kita tuliskan. Membuat peta pikiran dimulai dengan menelusuri dan mengidentifikasi berbagai materi pokok dan materi-materi penjelas yang akan ditulis. Dimulai dari ide utama, membuat cabang, ide tambahan, detail, dan contoh.

2. Kerangka

Strategi kerangka membantu kita membangun ide paragraf kuat yang tersusun secara rapi membangun ide kita dan menuntun pembaca (siswa) untuk memahami tulisan kita.

d. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Depdiknas (2008: 230) Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Andi Prastowo (2014: 269) menyatakan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa baik bersifat teoritis dan atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Wynne (1991) dalam buku Manajemen Pendidikan Karakter yang ditulis oleh Mulyasa (2011: 3) menyatakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to work” (manandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan


(50)

nilai-33

nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Menurut Gaffar dalam Muhammad dan Lilif M (2013: 22) menyatakan bahwa pendidikan karakter ialah suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Sedangkan menurut Narwati menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu pembentuk perilaku dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang berkembang menjadi kepribadian seseorang dalam hubungannya dengan diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Narwati (2011: 16) pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan YME berdasarkan Pancasila. Mulyasa (2011: 9) menyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.


(51)

34

Kesuma dkk, (2011: 9) mengemukakan tiga tujuan pendidikan karakter khususnya dalam setting sekolah, sebagai berikut:

a) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak berkesesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c) Membangun koneksi yang harmonis denga keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan karakter yaitu untuk membangun dan menguatkan nilai-nilai kehidupan dalam diri seseorang sehingga menjadi pribadi yang lebih baik dari aspek religius, sosial, dan ilmu pengetahuan dalam bermasyarakat.

3. Nilai-nilai Pembentuk Karakter

Keosoema dalam Fadila dan Lilif M (2013: 35), menyebutkan bahwa ada delapan nilai pendidikan karakter, sebagai berikut:

a) Nilai keutamaan

Manusia dikatakan memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan yang utama dan membawa kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain.

b) Nilai keindahan

Melalui pendidikan karakter ini akan tercermin pada peserta didik untuk mengembangkan nilai estetik di tempat mana pun ia berada.


(52)

35 c) Nilai kerja

Menjadi manusia yang bekerja keras dan tidak mengenal putus asa. Ia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan bersungguh-sungguh penuh ketekunan serta bersabar dalam memperoleh hasil.

d) Nilai cinta tanah air

Pendidikan karakter yang diterapkan salah satu tujuannya yaitu untuk menanamkan kembali kepada generasi muda tentang pentingnya cinta tanah air agar rela melakukan apapun, bekorban segenap jiwa dan raga serta seluruh harta bendanya untuk membela negara Indonesia.

e) Nilai demokrasi

Peserta didik diajarkan bagaimana untuk menghargai dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat dan mengeluarkan seluruh aspirasinya tanpa paksaan.

f) Nilai kesatuan

Menanamkan pada peserta didik tentang pentingnya rasa persatuan yang akhir-akhir ini mulai memudar. Dengan persatuan dan kesatuan bangsa akan menjadi kuat dan mandiri, serta tidak mudah tergoyahkan oleh negara lain.

g) Nilai moral

Nilai moral yang mulai luntur harus ditanamkan kembali melalui pendidikan karakter. Moral berkaitan dengan baik dan buruk. Dalam pendidikan karakter ini diharapkan peserta didik mampu membedakan mana perbuatan yang baik dan yang buruk.


(53)

36 h) Nilai kemanusiaan

Peserta didik diberikan suatu pelajaran untuk selalu mementingkan rasa kemanusiaan dengan cara menanamkan rasa empati, senasib sepenangungan, tolong menolong, dan lain sebagainya.

Kemendikbud (2010: 25) menyatakan bahwa terdapat delapan belas karakter yang di terapkan dalam sekolah dasar, yaitu: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan sudah melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menanamkan karakter baik pada siswa. Nilai-nilai tesebut sudah mencakup pada semua aspek religius, sosial, dan budaya. Penerapan pendidikan karakter ini tidak hanya diterapkan di sekolah saja, akan tetapi juga diterapkan disetiap kehidupan masyarakat. Selain itu, pendidikan karakter yang telah diterapkan tersebut juga dijadikan sebagai bekal bagi siswa untuk kehidupan dimasa yang akan datang.

D. Cinta Tanah Air

1. Kriteria Cinta Tanah Air

Kemendikbud (2010: 27) menyatakan bahwa cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik, budaya, ekonomi, dan


(54)

37

politik bangsa. Rasa cinta tanah air dapat ditanamkan sejak dini oleh guru kepada siswa di sekolah. Berikut indikator cinta tanah air menurut Kemendikbud (2010: 27):

Indikator di sekolah Indikator di kelas 1. Menggunakan produk buatan

dalam negeri.

2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3. Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.

1. Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.

2. Menggambar produk buatan dalam negeri.

Agus Zaenal F (2012: 42) menyatakan beberapa indikator keberhasilan karakter cinta tanah air sebagai berikut:

1) Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. 2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

3) Memajang bendera Indonesia, Pancasila, gambar presiden serta simbol-simbol negara lainnya.

4) Bangga dengan karya bangsa.

5) Melestarikan seni dan budaya bangsa.

Dari beberapa pernyataan tersebut, karakter cinta tanah air sangat perlu ditanamkan sejak dini. Penanaman ini dimulai dari hal yang terkecil, seperti


(55)

38

mengenal simbol-simbol negara, mengenalkan tokoh/pahlawan nasional, mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar, mengenal dan mempelajari budaya bangsa, serta mengenalkan dan menggunakan produk-produk dalam negeri. Dengan demikian, karakter cinta tanah air yang semula hanya mengenalkan, dapat berlanjut hingga mempelajari, menggunakan, hingga melestarikan sehingga penanaman karakter cinta tanah air pada sejak dini dapat dijadikan bekal dikemudian hari.

2. Kajian Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Karakter merupakan sifat yang dimiliki oleh seseorang. Karakter dapat dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan yang sudah melekat pada diri seseorang. Salah satu cara untuk menanamkan karakter yaitu melalui pendidikan. Istilah pendidikan karakter sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan. Hal tersebut sudah mulai diterapkan dalam pelajaran melalui kegiatan pembelajaran secara tidak langsung. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa pendidikan karakter merupakan suatu proses mentransformasi atau perubahan perilaku seseorang oleh komponen nilai-nilai karakter itu sendiri. Komponen ini meliputi pengetahuan, kesadaran, dan tindakan.

Dari beberapa karakter yang diterapkan di sekolah, cinta tanah air merupakan salah satu karakter tersebut. Cinta tanah air merupakan cara berpikir, sikap, dan perbuatan yang menunjukkan kesetiaan terhadap tanah air, yaitu bangsa dan negara. Jika dihubungkan dengan pendidikan karakter, cinta tanah air memenuhi komponen pendidikan karakter yaitu pengetahuan, kesadaran, dan tindakan.


(56)

39

1) Pengetahuan: dalam hal ini, pengetahuan mencakup informasi-informasi atau materi yang terkait dengan tanah air. Seperti pengetahuan tentang sejarah kemerdekaan, tokoh-tokoh yang ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan, mengetahui keberagaman budaya, mengetahui wilayah-wilayah Indonesia, dan lain sebagainya.

2) Kesadaran: setelah memperoleh pengetahuan, kesadaran akan muncul dan berpengaruh terhadap rasa bangga terhadap tanah air Indonesia pada diri seseorang. Misalnya setelah mengetahui perjuangan kemerdekaan Indonesia siswa merasakan kerja keras yang dilakukan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan. Selanjutnya akan berdampak pada nomor tiga.

3) Tindakan: tindakan merupakan komponen pendidikan karakter yang paling akhir. Setelah adanya pengetahuan dan kesadaran, maka akan muncul suatu tindakan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan kesadaran tersebut. Misalnya, setelah siswa merasakan kerja keras para pejuang dalam merebut kemerdekaan, muncul tindakan dari siswa yaitu siswa menjadi rajin belajar, tidak bercanda dalam melaksanakan upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh rasa bangga, dan lain sebagainya. Selain itu, setelah siswa sadar dengan keberagaman budaya, siswa akan berusaha melestarikan budaya tersebut dengan cara mempelajari dan berlatih dengan sungguh-sungguh.

Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa pendidikan karakter cinta tanah air merupakan suatu cara untuk menanamkan rasa cinta tanah air melalui pendidikan yang telah dirancang dengan baik. Tujuan pendidikan karakter cinta


(57)

40

tanah air yaitu untuk mengenalkan, memberikan kesadaran, dan tindakan untuk mencintai tanah air Indonesia dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter cinta tanah air dapat dilakukan dengan cara mengenalkan simbol-simbol negara, mengenal tokoh pahlawan nasional, mengenal dan memperlajari budaya Indonesia, dan lain sebagainya.

E. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Rohinah (2012: 21) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara. Urgensi pendidikan karakter dikembangkan karena salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah pembangunan karakter bangsa. Makna Pendidikan menurut Rohinah (2012: 28) menyatakan bahwa pendidikan atau mendidik sesungguhnya tidak hanya sebatas mentrasnfer ilmu (transfer of knowledge), namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah mentransfer nilai (transfer of value), dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika, estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar sangatlah penting untuk menanamkan karakter. Indikator karakter yang ditanamkan pada siswa itu sendiri meliputi : 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) demokratis, 5) rasa ingin tahu, 6) semangat kebangsaan, 7) cinta tanah air, 8) gemar membaca, 9) peduli lingkungan, dan 10) peduli sosial.


(58)

41

F. Perkembangan dan Karakteristik Peserta Didik Kelas III SD

Desmita (2009: 35) menjelaskan anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda. Anak-anak usia sekolah dasar cenderung lebih senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan melakukan sesuatu secara langsung.

Havighurst (Desmita, 2009: 35) menyebutkan bahwa tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi.

1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

2. Membina hidup sehat.

3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

6. Memperoleh konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif. 7. Mengembangkan kata hati.

8. Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, Desmita (2009: 36) menyebutkan bahwa guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa.

1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik. 2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk belajar bergaul dan bekerja sama dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang.


(59)

42

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman konkret atau langsung dalam membangun konsep.

4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga peserta didik mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

Piaget (Rita Eka I, 2013: 104) menjelaskan usia anak sekolah dasar berada dalam masa kanak-kanak akhir dan dalam tahap operasional konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Anak mampu menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah yang aktual dan konkret serta mampu berpikir secara logis. Hal ini berarti bahwa anak usia sekolah dasar sudah mampu berpikir melalui urutan sebab-akibat dan mengenali banyak cara yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan masalah. Masa anak-anak akhir dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah yang berlangsung usia 6-9 tahun yaitu peserta didik kelas 1-3 SD dan masa kelas tinggi yang berlangsung usia 10-12 tahun yaitu peserta didik kelas 4-6 SD

Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah menurut Rita Eka I, dkk (2013: 115) adalah:

1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri.

3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaannya akan dianggap tidak penting.

4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal tersebut menguntungkan dirinya.


(60)

43

Berikut akan dijelaskan karakteristik peserta didik kelas III SD berdasarkan perkembangannya, meliputi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial.

1. Perkembangan Kognitif

Menurut teori kognitif yang dikembangkan oleh Piaget, masa kanak-kanak akhir mampu berfikir secara induktif, dari hal yang khusus ke umum. Pemahamannya tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi dan penjumlahan lebih baik. Budiningsih (2005: 38) menjelaskan dalam masa kanak-kanak akhir, anak mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, ditandai adanya revesible dan kekekalan. Anak memiliki kecakapan logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.

Dalam pembelajaran, guru sebaiknya memahami perkembangan kogntif peserta didik dengan baik, agar dapat diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Marsh (Rita Eka I, dkk. 2008: 118) menyebutkan strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir adalah:

a. Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/benda konkret. b. Gunakan alat visual, misalnya OHP, transparan.

c. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks.

d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisir dengan baik, misalnya menggunakan angka kecil dari butir-butir kunci.

e. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki, dan curah pendapat.


(61)

44 2. Perkembangan Emosional

Emosi anak tidak bisa disamakan dengan emosi orang dewasa. Rita Eka I, dkk (2008: 112-113), mendeskripsikan ciri-ciri emosi pada anak adalah sebagai berikut: a. Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat (sebentar), hanya berlangsung

beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba.

b. Emosi anak kuat atau hebat, yakni menampakkan emosi yang cenderung heboh, atau berlebihan.

c. Emosi anak mudah berubah, maksudnya adalah cepatnya pergantian atau perubahan emosi pada anak, misal anak sedang menagis, dari menangis tiba-tiba berbuah menjadi tersenyum dan tertawa.

d. Emosi anak nampak berulang-berulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan kearah dewasa.

e. Respon emosi anak berbeda-beda.

f. Emosi anak dapat diketahui dari gejala tingkah lakunya. g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. 3. Perkembangan Sosial

Kegiatan sosial di lingkungan sekitar tidak bisa dihindari, bahkan keadaan sosial berperan serta dalam perkembangan anak. Selain itu, perkembangan emosional tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut dengan perkembangan tingkah laku sosial. Sejak awal kehidupan anak, kehidupan sosial dan emosi selalu terlibat setiap kali anak berinteraksi dengan orang lain. Rita Eka I, dkk. (2008: 114) menyebutkan bahwa perkembangan sosial anak dapat


(62)

45

dilihat dari cara mereka bermain, dan bergaul dengan teman sebaya, yakni sebagai berikut:

1) Kegiatan bermain: anak pada masa kanak-kanak akhir sudah masuk sekolah, sehingga waktu bermain lebih berkurang. Bermain sangat penting bagi anak, karena akan memberikan sebuah pengalaman sosial, yakni berinteraksi dengan berbagai karakter anak lainnya. Pada masa ini, anak-anak cenderung menyukai permainan yang berkelompok, bermain yang sifatnya menjelajah serta permainan yang sifatnya konstruktif.

2) Teman sebaya: pengaruh teman sebaya sangat besar bagi perkembangan sosial anak, baik bersifat positif atau negatif. Pengaruh positif yang diperlihatkan, teman sebaya akan memberikan pelajaran bagaimana cara bergaul dimasyarakat. Sebaliknya teman sebaya juga memungkinkan membawa pengaruh negatif, seperti membolos sekolah, mencuri, dan sebagainya. Ada kecenderungan bahwa anak laki-laki memiliki teman sebaya yang lebih luas daripada anak perempuan. Pada masa ini, kegiatan kelompok sebaya mulai timbul.

Perkembangan kognitif, emosional, dan sosial merupakan perkembangan yang akan menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan produk. Hal tersebut bertujuan agar produk yang digunakan dapat berdampak positif sesuai dengan perkembangan peserta didik. Pada perkembangan kognitif, konten produk harus ditekankan pada materi dari sederhana ke yang bersifat kompleks, penyajian konten singkat dan terorganisir dengan baik, dan berikan latihan-latihan soal yang mudah dipahami siswa. Pada perkembangan emosional, konten produk harus menggunakan bahasa yang komunikatif, hal ini dilakukan untuk menjaga emosi


(63)

46

senang atau bahagia dalam belajar. Sedangkan pada perkembangan sosial, konten produk diselingi dengan penugasan yang melibatkan dua peserta didik atau lebih dan permainan, yang bertujuan untuk melatih peserta didik berinteraksi atau bersosialisasi.

G. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, peneliti memiliki salah contoh skripsi dari penelitian lain yang digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam menyusun skripsi. Skripsi yang digunakan sebagai acuan berjudul Pengembangan Bahan Ajar Cetak IPA Berbasis Komunikasi Visual untuk SD Kelas V Semester 1 yang ditulis oleh Saputri pada tahun 2015. Namun dalam penyusunan skripsi itu sendiri peneliti memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan pada skripsi ini yaitu sama-sama mengembangkan Bahan Ajar. Pemilihan Bahan Ajar yaitu karena belum banyak guru yang mengembangkan dan masih banyak terdapat kelemahan dari segi bahasa dan desain. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Perbedaan pada skripsi ini adalah materi yang dikembangkan, skripsi yang relevan materi tentang IPA sedangkan peneliti ini materi Tematik. Penggunaan metode penelitian menggunakan 4-D, sedangkan peneliti menggunakan metode dari Borg and Gall. Berikut data skripsi yang relevan:

Judul, Nama,

Jurnal/Prosiding/Skripsi, dan Tahun

Intisari

Pengembangan Bahan Ajar Cetak IPA Berbasis Komunikasi Visual

Langkah-langkah pengembangan bahan ajar ini menggunakan model


(64)

47 untuk SD Kelas V Semester 1/

Rahmad Yusuf Saputro/Skripsi/2015

desain pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974:5). Model desain pengembangan 4-D terdiri dari empat tahap utama yaitu: Define, Design, Develop, dan Desseminate. Namun pada penelitian ini 4-D dimodifikasi menjadi tiga langkah (3-D) yaitu, Define, Design, dan Develop.

H. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran di kelas tidak lepas dari permasalahan-permasalahan, baik dari siswa, guru, sumber belajar, dan lain sebagainya. Permasalahan yang terjadi di siswa yaitu, siswa kurang mengenal budaya dan produk dalam negeri. Permasalahan dari guru yaitu, guru masih menggunakan metode ceramah, guru jarang menggunakan media untuk mendukung proses pembelajaran, dan belum terdapat guru yang mengembangkan bahan ajar. Permasalahan dari sumber belajar yaitu, tampilan bahan ajar yang digunakan kurang menarik, terlalu banyak tulisan, kurang komunikatif, buku kurang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah, dan belum terdapat buku paket tematik untuk kelas III di SD N Tukangan, anak-anak belum mengenal tokoh-tokoh pahlawan, tokoh idola anak-anak adalah artis atau tokoh dalam tv.


(65)

48

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada penulis memberikan analisis bahwa pada SD N Tukangan membutuhkan bahan ajar yang menarik, sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah, bahasa dan tampilan komunikatif sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Untuk itu, penulis mencoba untuk mengembangkan bahan ajar cetak berbasis karakter untuk kelas III Tema Kehidupan Sehari-Hari SD N Tukangan. Karakter pada bahan ajar ini dikhususkan untuk karakter cinta tanah air. Bahan ajar cetak ini harus melalui validasi ahli sebagai acuan bahwa bahan ajar ini layak dan lebih baik untuk digunakan dalam mendukung proses pembelajaran. Apabila pada proses ujicoba bahan ajar dapat memotivasi siswa dan menjadi bahan ajar yang komunikatif sehingga siswa senang dalam proses pembelajaran maka bahan ajar ini dikatakan layak. Uraian tersebut dapat diringkas dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut:


(66)

49

 belum terdapat guru yang mengembangkan bahan ajar

 materi yang terdapat dalam buku kurang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah

 efeknya tampilan kurang menarik pembaca (siswa)

 tampilan bahan ajar yang digunakan kurang menarik

 kelemahan dari buku teks terlalu banyak tulisan dan kurang komunikatif

 belum ada buku paket tematik untuk kelas III

 siswa kurang mengenal budaya dalam negeri

 guru menggunakan metode ceramah sehingga siswa bosan

 guru jarang menggunakan media

 tokoh idola anak adalah artis dan tokoh film

Kebutuhan bahan ajar cetak yang menarik, sesuai dengan karakteristik anak kelas rendah, bahasa dan tampilan komunikatif sehingga suasana

pembelajaran menjadi menyenangkan

Pengembangan bahan ajar cetak berbasis karakter pada tema kegiatan sehari-hari untuk kelas III SD Negeri Tukangan

Bahan ajar cetak mendapat kriteria layak dari para ahli untuk digunakan sebagai bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran

Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran dan semakin memahami materi

Bahan ajar cetak layak untuk digunakan sebagai bahan ajar berbasis karakter di Sekolah Dasar


(67)

50 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D). Borg & Gall (Punaji Setyosari, 2012: 194) menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang dimaksud dapat berupa bahan ajar, contohnya modul, bahan ajar bergambar, bahan ajar interaktif, bahan ajar online dan produk dalam bidang media pembelajaran. Dalam penelitian ini, produk yang dikembangkan adalah bahan ajar berupa bahan ajar berbasis karakter. Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar berbasis karakter untuk tema kegiatan sehari-hari kelas III Sekolah dasar yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa sekolah dasar, maka diperlukan langkah-langkah prosedural yang sesuai. Prosedur yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini merupakan prosedur dari Borg and Gall. Punaji (2012: 228-229) menyatakan bahwa dalam prosedur pengembangan dari Borg and Gall terdapat sepuluh langkah. Dari sepuluh langkah yang ada, penelitian ini hanya dilakukan sampai pada langkah kesembilan, kegiatan desiminasi tidak dilakukan karena keterbatasan sumber daya dan kemampuan peneliti. Adapun untuk uji coba produk atau tahap evaluasi produk


(1)

Lampiran 8. Hasil Uji Coba Lapangan

No Nama Indikator Jumlah

Skor

Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 RQN 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

2 PDR 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

3 FAP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

4 POS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

5 AAY 5 3 3 4 4 5 3 4 5 3 3 5 5 5 4 61 4.067

6 BTM 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74 4.93

7 RDH 5 3 4 2 4 3 4 3 4 5 5 3 4 4 4 57 3.8

8 SGW 4 5 5 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 3 5 67 4.47

9 AFM 5 5 5 2 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 69 4.6

10 ADR 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

Jumlah 49 46 46 42 47 46 45 46 49 47 48 48 49 47 48 703 46.86 Rata-rata 4.9 4.6 4.6 4.2 4.7 4.6 4.5 4.6 4.9 4.7 4.8 4.8 4.9 4.7 4.8 70.3 4.68


(2)

Lampiran 9. Hasil Uji Coba Lapangan Operasional

No. Nama Indikator Jumlah

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. AK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

2. OMS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

3. RA 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 73 4,86

4. Y 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

5. A 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

6. KYK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

7. SBJ 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

8. AV 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

9. NGS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

10. HS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

11. AG 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

12. AL 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 69 4,6

13. RRR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 62 4,13

14. AK 4 2 3 2 4 4 3 5 4 2 5 5 4 4 4 55 3,67

15. OP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 4

16. YI 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 70 4,67

17. F 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 4,06

18. P 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5

19. GC 5 5 3 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 66 4,4

Jumlah 92 89 86 84 90 89 86 90 90 88 92 92 91 91 91 1341 89,4 Rata-rata 4,8 4,7 4,5 4,4 4,7 4,7 4,5 4,7 4,7 4,6 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 70,58 4,7


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 13. Dokumentasi

Uji Coba Lapangan Awal

Uji Coba Lapangan