Koherensi La Cohérence

b Hubungan makna sebab

Hubungan makna sebab adalah hubungan yang menyatakan sebab terjadinya suatu peristiwa dalam suatu wacana atau tuturan. Dalam bahasa Prancis penanda hubungan makna sebab antara lain parce que, car, puisque, comme, etant donné que, en effet, à cause de, en raison de, grace à, etc. Contoh : 39 Ils sont évacués à cause de la tempête Charaudeau, 1992 : 386 « Mereka dievakuasi karena adanya badai » Terjemahan dari penulis Pada contoh 39 hubungan penanda makna sebab ditandai dengan konjungsi à cause de ‘karena’, sehingga penyebab terjadinya peristiwa evakuasi ils sont évecués adalah karena adanya badai la tempête.

c Hubungan makna akibat

Hubungan makna akibat adalah hubungan yang meyatakan suatu akibat dari suatu tuturan atau peristiwa yang terdapat dalam wacana. Dalam bahasa Prancis penanda hubungan makna akibat antara lain si bien que ‘oleh karena itu’, de sorte que ‘maka’, à telle point que ‘sedemikian rupa sehingga’, c’est pourquoi ‘maka dari itu’, de telle sorte que ‘sehingga’, donc ‘jadi’, alors ‘maka’, etc. Contoh : 40 Paul n’arrivait pas. Alors on est parti sans lui. Monnerie, 1987 : 176 « Paul tidak datang, sehingga kami pergi tanpanya» Terjemahan dari penulis Pada contoh 40 kalimat on est partir sans lui merupakan akibat dari kalimat Paul n’arrivait pas. Satuan lingual alors merupakan penanda makna akibat. d Hubungan makna perbandingan Hubungan makna perbandingan terjadi jika salah satu kalimat atau tuturan menyatakan perbandingan dengan kalimat atau tuturan lain. Penanda hubungan makna perbandingan antara lain plus…que, plus de…que ‘lebih dari’, moins…que, moins de…que ‘kurang dari’, aussi…que ‘begitu juga’, lela même…que ‘sama dengan’, autant…que, autant de… que ‘sama dengan’ etc Contoh : 41 Patrick a travaillé plus longtemps que Sylvie Monnerie, 1987 : 194 « Patrick bekerja lebih lama daripada Sylvie » Terjemahan dari penulis Pada contoh 41 merupakan hubungan makna perbandingan yang membandingan antara Patrick dan Sylvie.

e Hubungan makna penambahan

Hubungan makna penambahan muncul karena adanya informasi atau tuturan tambahan dalam suatu wacana. Hubungan makna penambahan ini biasanya ditandai dengan kata et, aussi, avec, par example, ni, surtout, encore, etc Charaudeau, 1992 : 497-503. Contoh : 42 Paris a dix millions d’habitants et 20 de la population française Charaudeau, 1992 : 503 Paris memiliki sepuluh juta penduduk dan mengisi 20 dari total penduduk Prancis Terjemahan dari penulis Pada contoh 42 kata hubung et berfungsi sebagai penanda makna penambahan dalam wacana tersebut. Frasa 20 de la population française merupakan tambahan informasi dari klausa sebelumya.

f Hubungan makna tujuan

Hubungan makna tujuan terjadi apabila salah satu bagian dalam wacana atau tuturan menyatakan tujuan dari suatu peristiwa. Hubungan makna tujuan ditandai dengan afin que, de façon quede manière que, de peur de, de crainte de, de façon à, pour que, etc. Contoh : 43 J’ai mis la radio plus fort pour que Monique puisse entendre Monnerie, 1987 : 178 « Saya menyalakan radio lebih keras agar Monique bisa mendengar» Terjemahan dari penulis Pada contoh 43 anak kalimat pour que Monique puisse entendre ‘Monique bisa mendengar’ merupakan tujuan dari induk kalimat J’ai mis la radio plus fort‘ Saya menyalakan radio lebih keras’. Hal ini ditandai dengan penanda hubungan makna tujuan pour que. g Hubungan makna pertentangan Hubungan makna pertentangan terjadi apabila salah satu klausa atau kalimat menyatakan pertentangan terhadap peristiwa pada klausa atau kalimat lain dalam suatu wacana. Penanda hubungan makna pertentangan antara lain tandis que ‘sementara itu’, alors que ‘sedangkan’, mais ‘tetapi’, malgé que ‘sayangnya’, par contre ‘sebaliknya’, cependant ‘walaupun’,certes ‘meskipun’ etc. Contoh : 44 J’ai 26 ans. Tout le monde dit que je suis jolie et très intelligente. Je fais beaucoup de rencontres mais tous mes petits amis me quittent au bout de 15 jours. Girardet dan Pécheur, 23 « Saya berusia 26 tahun. Semua orang bilang saya cantik dan pandai. Saya kenal dengan banyak orang tetapi semua pacar saya hanya bertahan dengan saya selama 15 hari » Terjemahan dari penulis. Penanda hubungan makna pertentangan yang digunakan pada contoh 44 di atas adalah mais, yang menandai pertentangan makna antara kalimat Tout le monde dit que je suis jolie et très intelligente dan tous mes petits amis me quittent au bout de 15 jours.

h Hubungan makna penjelasan

Hubungan makna penjelasan bertujan untuk menyatakan penjelasan dalam suatu wacana. Dalam bahasa Prancis, hubungan makna penjelasan ditandai dengan que, qui, où etc. Contoh : 45 Charlotte a 20 ans. Elle vit depuis 6 mois avec Antoine qui est artiste Girardet dan Pécheur « Charlotte berusia 20 tahun. Sejak 6 bulan yang lalu dia tinggal bersana Antoine, seorang artis » Terjemahan dari penulis Pada contoh 45 penanda hubungan makna penjelasan ditandai dengan penggunaan pronom relative qui pada frasa qui est artiste yang menjelaskan tentang Antoine.

D. PENDEKATAN MAKROSTRUKTURAL

Secara makrostruktural, analisis wacana menitik beratkan pada garis besar susunan wacana secara global untuk memahami seluruh teks dalam sebuah wacana. Jika dalam pendekatan mikrostruktural konteks yang dimaksud berupa konteks linguistik maka dalam pendekatan makrostruktural konteks yang dimaksud adalah konteks situasi ataupun kultural Sumarlam, 2003 : 47 Selain pemahaman konteks, inferensi juga merupakan faktor penting untuk memahami wacana, dengan kata lain konteks wacana merupakan dasar inferensi pengambilan kesimpulan.

1. Konteks situasi dan budaya

Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana memiliki beberapa prinsip, yaitu prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip penafsiran temporal dan prinsip analogi Sumarlam, 2003: 47.

a. Prinsip penafsiran personal

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan partisipan dalam suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa mitra tutur sangat menentukan makna suatu tuturan Sumarlam, 2003: 48. Contoh : 46 “Aku bisa bikin nasi goreng sendiri” Sumarlam, 2003 : 48 Pada contoh 46 penutur menjadi kunci pokok bagi pendengar atau pembaca untuk memahami makna dan dampak dari tuturan tersebut, apabila penuturnya adalah seorang anak berumur 5 tahun, maka tuturan tersebut menjadi luar biasa bagi pendengarnya. Seorang anak yang berusia 5 tahun sudah bisa masak nasi goreng sendiri merupakan suatu hal yang luar biasa bagi pelakunya sekaligus sebagai hal yang mengejutkan bagi mitra tuturnya. Namun apabila hal tersebut dituturkan oleh seseorang yang berusia 25 tahun maka makna dan dampak dari tuturan tersebut akan biasa-biasa saja. 47 “Je voudrais qu’on se marie”Girardet dan Pécheur, 23 “Aku ingin kita menikah” Terjemahan dari penulis Yang menjadi kunci utama dalam contoh 47 adalah mitra tutur. Variasi makna yang mungkin terjadi dari tuturan tersebut tergantung pada siapa yang diajak bicara. Apabila tuturan tersebut diucapkan oleh seseorang kepada kekasihnya, maka hal tersebut menjadi wajar. Namun akan berbeda maknanya apabila tuturan tersebut diucapkan kepada seseorang yang baru saja dikenal.

b. Prinsip penafsiran lokasional

Prinsip penafsiran loksional berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu hal peristiwa, keadaan, dan proses dalam rangka memahami wacana Sumarlam, 2003: 49.