2. I11 5201
5 Près de cinquante chefs d’Etats
et de gouvernements étaient aussi présents
« Hampir 50 Kepala Negara dan Pemerintahan juga hadir»
√ √
Terdapat kohesi gramatikal berupa konjungsi aditif et
dan koherensi hubungan makna penambahan
Keterangan : 1
: No urut data I
: Artikel ke- 1 1
: Halaman ke-1 3
: Paragraf ke-3 2015
: Tahun cetakan
Tabel. 2 Klasifiksi data berdasarkan análisis makrostruktural
No Kode
Data Data
Konteks Situasi dan Budaya Keterangan
1. I142015 C’est cette colère contre la bêtise, « contre la connerie » clamait une
pancarte, qui était palpable, dès le mercredi soir, quand des foules se sont
spontanement
réunies. Partout
en France.
Inilah kemarahan melawan kebodohan, « contre la connerie » tulisan pada
sebuah papan yang terpampang sejak Rabu malam ketika banyak orang secara
spontan berkumpul. Di mana-mana di Prancis.
Prinsip penafsiran personal PPP dalam data tersebut adalah des foules ‘kerumunan orang’
sekerumunan orang yang berkumpul untuk menyampaikan kemarahan mereka.
Prinsip Penafsiran Lokasional PPL yaitu di berbagai tempat di Prancis.
Prinsip Penafsiran Temporal PPT terjadi dalam beberapa hari sejak hari Rabu.
Prinsip Analogi PA « contre la connerie » clamait
une pancarte.
Plakart-plakart bertuliskan « contre la connerie » memiliki
makna tuntutan untuk melawan kebodohon, kebodohan yang di maksud dalam hal ini
adalah sikap barbar yang ditunjukan dalam aksi penyerangan di Kantor berita Charlie
Hebdo. Sedangkan plakart-plakart merupakan salah satu sarana yang biasa dibawa oleh
demonstran untuk menyuarakan tuntutan mereka.
Kalimat tersebut menjelaskan tentang kemarahan banyak orang
akibat kejadian penembakan yang menewaskan beberapa orang di
kantor berita Charlie Hebdo. Kemarahan tersebut diwujudkan
dalam
aksi demo
dengan membawa
papan bertuliskan
« contre la connerie ».
Keterangan : 1
: No urut data I
: Artikel ke-1 1
: Halaman ke-1 4
: Paragraf ke-4 2015: Tahun cetakan
E. Instrumen Pelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah manusia Human Instrument yaitu peneliti itu sendiri dengan berdasarkan pada pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh peneliti Moleong, 2006: 170. Dalam hal ini, pengetahuan yang dimaksud adalah pemahaman peneliti tentang kohesi,
koherensi dan konteks situasi yang terdapat di dalam artikel yang diteliti. Selain pengetahuan, peneliti juga menggunakan tabel klasifikasi dalam proses
pencatatan dengan tujuan untuk mempermudah proses pengklasifikasian data antara kohesi, koherensi dan konteks situasi maupun budaya.
F. Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung di dalam data Sudaryanto, 1993: 6. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode agih, digunakan untuk menganalisis kohesi dan koherensi yang terdapat dalam artikel De « Charlie » à Charlie dan
metode padan digunakan untuk menganalisis konteks yang terdapat di dalam kedua artikel tersebut.
Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1993: 15. Dalam penelitian ini,
alat penentunya adalah kohesi dan koherensi yang terdapat dalam artikel De « Charlie » à Charlie. Sementara itu, teknik dasar yang digunakan adalah
teknik bagi unsur langsung BUL. Peneliti membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian yang dipandang sebagai bagian yang langsung
membentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik lanjutan yang digunakan penelitian ini adalah teknik ganti, teknik perluasan dan teknik baca markah.
Teknik ganti adalah teknik analisis yang berupa penggantian unsur satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain, tujuan dari teknik ganti ini
adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur yang diganti dengan kategori unsur yang menggantikannya Sudaryanto, 1993: 48.
Contoh :
56 Le pays a été bombardé d’émotion forte et contracdictoire. Il s’est senti meurtri . . .
« Negara diliputi dengan perasaan yang kuat dan kontradiktif. Dia merasa terluka. . . » Terjemahan dari penulis.
Contoh 56 merupakan data dengan pengacuan persona yang ditandai dengan Pronomina ketiga tunggal ‘il’ dia. Untuk menjalin kepaduan antar kalimat,
dilakukan penggantian unsur pada pronomina ‘il’ menjadi unsur lain yaitu kata le pays, sehingga menghasilkan kalimat pada contoh 56 a berikut:
56 a Le pays a été bombardé d’émotion forte et contracdictoire. Le pays s’est senti meurtri . . .
« Negara diliputi dengan perasaan yang kuat dan kontradiktif. Negara merasa terluka. . . » Terjemahan dari penulis.
Pergantian unsur ‘il’ dia dengan kata Le pays tidak akan mengubah
makna dari kalimat tersebut karena kedua unsur tersebut memiliki referen yang sama. Namun perubahan unsur tersebut akan menimbulkan pengulangan
pada unsur le pays. Teknik perluasan adalah teknik analisis yang berupa perluasan unsur
satuan lingual data Sudaryanto, 1993: 55.