Hubungan antara Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Lansia

seorang lansia maka semakin tinggi juga konsep dirinya. Dalam hal ini tingkat kemampuan perawatan diri lansia mempunyai kekuatan hubungan yang sedang r = 0,571 dengan perubahan konsep diri lansia. Tabel 5.5 :Hasil analisa pengaruh tingkat kemampuan perawatan diri lansia terhadap perubahan konsep diri lansia n=50 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan Variabel Koefisien korelasi Taraf signifikan Kemampuan perawatan diri Activity daily Livings 0,571 0,000 Konsep Diri α = 0,01 2 tailed

2. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti mengidentifikasi hubungan antara tingkat kemampuan perawatan diri lansia dengan perubahan konsep diri lansia pada tingkat kemampuan perawatan diri mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, dan ketergantungan total dengan menggunakan desain penelitian deskripsi korelasi.

2.1. Kemampuan Perawatan diri

Berdasarkan hasil penelitian yang memuat karakteristik demografi responden didapatkan bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan memiliki tingkat ketergantungan yang lebih dibandingkan dengan lansia dengan jenis kelamin laki- laki. Mayoritas lansia yang menjadi responden berada pada rentang usia 60 – 74 tahun. Hal ini sesuai dengan angka harapan hidup lansia Indonesia yaitu 70,7 tahun menurut Menkokesra RI 2010. Pada usia 65- 74 tahun, perubahan- perubahan fisik dan psikis lansia semakin meningkat sehingga mempengaruhi kemampuan perawatan diri dan konsep dirinya Drakeiron, 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38 responden mampu berpindah dari tidur ke duduk secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Sekitar 32 dari responden mandiri dalam melakukan mobilisasi, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Muzahar Zaini 2010 tentang tingkat kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas sehari-hari yang menyatakan bahwa sebagian besar lansia 68,6 mandiri dalam melakukan perpindahan. Namun 34 responden membutuhkan bantuan satu orang lain atau harus memakai walker dalam melakukan mobilisasi. Sammy 2008 menyatakan bahwa penggunaan walker pada lansia bisa terjadi karena adanya gangguan fisik misalnya gangguan sendi dan tulang, atau penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang yang tentu akan menghambat pergerakan mobilisasi. Sebagian responden 50 dapat pergi ke toilet dan menyiram BAB dan BAK tanpa bantuan orang lain. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Muzahar Zaini 2010 tentang tingkat kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari yang menyatakan bahwa sebanyak 68,6 lansia melakukan toileting dengan mandiri. Kuntjoro 2002 menyatakan bahwa lansia yang memiliki tingkat kemampuan perawatan diri yang mandiri sering menolak pertolongan atau bantuan dari orang lain. Lansia dengan tipe mandiri selalu mengandalkan dirinya sendiri agar dapat mengatasi kesulitan yang mereka alami dalam beraktivitas. Sebagian besar responden dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti membersihkan diri seperti menggosok dan melap badan 58, mandi 68, dan berpakaian meliputi mengenakan pakaian atas dan pakaian bawah 60 dengan