Koefisien Penyebaran Analisis Dampak Penyebaran

antarsektor karena peranan permintaan akhir pada setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata- rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata–rata dampak dari keseluruhan sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran, dengan menggunakan analisis ini dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input. Dampak penyebaran terbagi menjadi dua yaitu koefisen penyebaran dan kepekaan penyebaran.

5.3.1 Koefisien Penyebaran

Koefisien penyebaran adalah keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara suatu sektor dengan semua sektor perekonomian yang ada. Koefisien penyebaran dapat juga dikatakan sebagai efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu memiliki arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya, sedangkan nilai koefisen penyebaran yang kurang dari satu diartikan bahwa sektor tersebut kurang mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa sektor listrik gas dan air bersih 2,48855, sektor bangunan 1,62249 serta sektor pengangkutan dan komunikasi 1,12692 memiliki nilai koefisien penyebaran lebih dari satu sedangkan sektor industri pengolahan memiliki nilai kurang dari satu yaitu sebesar 0,07157. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan kurang mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 5.11 Koefiesien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang Sektor Koefisien Penyebaran 1 Pertanian 0,95557 2 Pertambangan dan Penggalian 0,75097 3 Industri Pengolahan 0,07157 4 Listrik Gas dan Air Bersih 2,48855 5 Bangunan 1,62249 6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 0,94462 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,12692 8 Keuangan, Pebankan dan Jasa Perusahaan 0,93907 9 Jasa-Jasa Lainnya 0,09214 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 9 Sektor diolah Tabel 5.12 Koefiesien Penyebaran Subsektor Industri Pengolahan Kota Bontang Sektor Koefisien Penyebaran 1 Industri Pengilangan Minyak 0,00000 2 Industri Gas Alam Cair 0,02962 3 Industri Makanan dan Minuman 1,98313 4 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,43551 5 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,66205 6 Industri Kertas dan Barang Cetakan 1,86805 7 Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet 0,24842 8 Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam 1,48586 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 1,41118 10 Industri Barang Lainnya 1,29886 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor diolah Untuk koefisien penyebaran pada subsektor pembentuk sektor industri pengolahan yang memiliki nilai koefisien terbesar yaitu subsektor industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar 1,98313. Hal ini berarti bahwa subsektor industri makanan dan minuman memiliki keterkaitan yang lebih kuat terhadap sektor hulunya dan lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan sektor hilirnya. 5.3.2 Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran merupakan indeks yang menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output sektor-sektor perekonomian lain yang menggunakan output dari sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran ini adalah keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung keseluruhan sektor ekonomi. Tabel 5.13 Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang Sektor Kepekaan Penyebaran 1 Pertanian 0,49786 2 Pertambangan dan Penggalian 2,42015 3 Industri Pengolahan 0,00819 4 Listrik Gas dan Air Bersih 1,66774 5 Bangunan 0,12061 6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 0,95150 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,55530 8 Keuangan, Pebankan dan Jasa Perusahaan 1,68404 9 Jasa-Jasa Lainnya 0,09462 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 9 Sektor diolah Nilai kepekaan penyebaran masing-masing sektor perekonomian Kota Bontang klasifikasi 9 sektor yang ditunjukkan oleh tabel 5.13 diatas. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu sebesar 0,00819. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor industri pengolahan belum mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya. Karena, nilai kepekaan penyebaran yang suatu sektor yang lebih besar dari satu mengandung arti bahwa sektor-sektor tersebut mampu mendorong sektor hilirnya, sedangkan jika nilai kepekaan penyebaran suatu sektor kurang dari satu diartikan bahwa sektor tersebut belum mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya. Tabel 5.14 Kepekaan Penyebaran Subsektor Industri Pengolahan Kota Bontang Sektor Kepekaan Penyebaran 1 Industri Pengilangan Minyak 0,00000 2 Industri Gas Alam Cair 0,00000 3 Industri Makanan dan Minuman 0,47518 4 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,41022 5 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1,92127 6 Industri Kertas dan Barang Cetakan 1,31628 7 Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet 0,06913 8 Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam 1,72349 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0,33860 10 Industri Barang Lainnya 0,78872 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor diolah Dari tabel 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa dari kesepuluh subsektor pembentuk sektor industri pengolahan yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang terbesar adalah subsektor industri kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai sebesar 1,92127. Hal ini dapat diartikan bahwa subsektor tersebut memiliki keterkaitan yang lebih kuat terhadap sektor hilirnya dan lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan sektor hulunya.

5.4 Analisis Pengganda