Pengertian Biomassa dan Karbon Dalam Hutan

kematangan gambut. Makin tinggi kadar abu, menunjukkan makin tingginya bahan mineral yang terkandung pada gambut. Semakin dalam ketebalan gambut, maka kadar abu akan semakin rendah Noor 2001. Andriesse 2007 menyebutkan bahwa kandungan karbon organik gambut dapat bervariasi dari 12-60. Kisaran yang besar tersebut menunjukkan jenis bahan organik, tahap dekomposisi. Sedangkan untuk kadar abu pada gambut yang berkualitas baik adalah 1-7. Hasil penelitian Kanapathy 1976, diacu dalam Andriesse 2007 menunjukkan bahwa tanah-tanah gambut di Malaysia memiliki nilai berkisar 58 di tanah permukaan sampai 25 di tanah lapisan bawah, kandungan karbon yang lebih tinggi di sampel permukaan juga menunjukkan dekomposisi, sedangkan hasil penelitian Lim et al. 1991 di Serawak menunjukkan suatu kisaran sebesar 20-38 sedangkan nilai 50 diberikan untuk Indonesia. Dari kedua penelitian tersebut menunjukkan kandungan karbon organik yang lebih tinggi di horizon permukaan tanah gambut dalam dibandingkan yang di tanah gambut dangkal.

2.3 Pengertian Biomassa dan Karbon Dalam Hutan

Biomassa adalah berat kering atau berat basah dari bagian-bagian yang hidup dari organisme, populasi atau komunitas per satuan luas tertentu. Biasanya biomassa dinyatakan dalam berat kering. Biomassa tumbuhan adalah jumlah berat kering dari seluruh bagian yang hidup dari tumbuhan dan untuk memudahkannya dibagi menjadi biomassa di atas permukaan tanah daun, buah, ranting, cabang, batang dan biomassa di bawah permukaan tanah akar Anwar et al. 1984. Sedangkan menurut Chapman 1976 biomassa adalah berat bahan organik suatu organism per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa umumnya dinyatakan dengan satuan berat kering dry weight atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu ash free dry weight. Biomassa antara lain digunakan sebagai dasar perhitungan bagi kegiatan pengelolaan hutan, karena hutan dapat dianggap sebagai sumber dan rosot sink dari karbon. Jumlah stok biomassa tergantung pada terganggu atau tidaknya hutan, ada atau tidaknya permudaan alam, dan peruntukkan hutan IPCC 1995. Dury et al. 2002, diacu dalam Ginoga 2004 menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan karbon antara lain adalah iklim, topografi, karakteristik tanah, spesies dan komposisi umur pohon, serta tahap pertumbuhan pohon. Tingkat serapan karbon yang tinggi umumnya terjadi pada lokasi lahan dengan kesuburan yang tinggi dan tingkat curah hujan cukup, dan pada tanaman yang cepat tumbuh walaupun tingkat dekomposisi yang juga cukup tinggi pada lokasi tersebut. Pengelolaan hutan yang baik seperti pengaturan penjarangan dan rotasi pohon juga mempengaruhi tingkat serapan karbon. Biomassa hutan dinyatakan dalam satuan berat kering oven persatuan luas yang terdiri dari berat daun, bunga, buah, cabang, ranting, batang, akar serta pohon mati. Besarnya biomassa hutan tanaman ditentukan oleh umur tanaman, diameter, tinggi, kesuburan tanah serta sistem silvikultur yang diterapkan. Pendugaan biomassa hutan tanaman tropis sangat diperlukan karena berpengaruh pada siklus karbon Morikawa 2002, diacu dalam Heriyanto dan Siregar 2007. Informasi besarnya biomassa pohon di atas dan di dalam tanah sangat diperlukan untuk mempelajari cadangan karbon dan hara lainnya dalam suatu ekosistem. Berat kering rata-rata biomassa pohon di atas permukaan tanah dari berbagai jenis pohon dalam hutan sekunder di Jambi berkisar antara 13 kgpohon diameter 12 cm sampai 1800 kgpohon diameter 24 cm Ketterings 1999, diacu dalam Noordwijk et al. 2006. Hairiah dan Rahayu 2007 menyebutkan bahwa berdasarkan keberadaannya di alam maka tiga komponen karbon Biomassa, nekromassa dan bahan organik tanah dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : 1 Karbon di atas permukaan tanah meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah, nekromassa dan seresah; dan 2 Karbon di dalam tanah meliputi biomassa akar dan bahan organik tanah. Di daerah tropika basah, karbon tersimpan dalam akar sering diabaikan walaupun jumlahnya cukup besar. Hal ini disebabkan oleh sulitnya pengukuran akar di lapangan karena melibatkan perusakan lahan, dan membutuhkan waktu serta tenaga yang banyak. Suhendang 2002 menyatakan bahwa diperkirakan hutan Indonesia dengan luas 120,4 juta hektar mampu menyimpan karbon sekitar 15,05 milyar ton karbon. Sedangkan Murdiyarso et al. 1994 menyatakan bahwa hutan tropis di Indonesia diperkirakan memiliki cadangan karbon berkisar antara 161-300 ton Cha.

2.4 Acacia crassicarpa Cunn. Ex Benth