gas. Bakteri metanogen adalah bakteri mesofilik yang aktivitas optimum pada suhu 30
o
C-40
o
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Najiyati et al. 2005 yaitu makin matang gambut, semakin besar bulk density nya. Selain itu, gambut memiliki
daya dukung atau daya tumpu yang rendah karena memiliki ruang pori besar sehingga kerapatan tanahnya rendah dan bobot ringan.
C.
5.16 Kadar Abu dan C-organik
Kadar abu merupakan petunjuk yang tepat untuk mengetahui keadaan tingkat kesuburan alami gambut, dimana semakin tinggi kadar abu semakin tinggi kandungan
mineralnya, yang memberikan indikasi semkain tinggi tingkat kesuburannya. Komposisi utama bahan penyusun gambut adalah lignin, selulosa dan
hemiselulosa. Kandungan lignin yang tinggi terdapat pada bahan penyusun gambut yang berasal dari vegetasi kayu seperti gambut Indonesia. Kandungan lignin yang
tinggi memiliki daya tahan terhadap proses dekomposisi dibandingkan dengan selulosa dan hemiselulosa, sehingga mempunyai stabilitas yang tinggi Sollins et al., 1976.
Keadaan tersebut sangat mempengaruhi jumlah atau ketersediaan C dalam tanah khususnya dalam bentuk C-organik.
Hasil analisis laboratorium pada kadar abu dan C-organik ditunjukkan pada Gambar 16 dan 17. Rata-rata kadar abu pada kelas umur 3 tahun lebih rendah daripada
kelas umur lain yaitu 2,79 kematangan fibrik memiliki kisaran 1,84-2,96 tetapi memiliki rata-rata kadar karbon lebih tinggi daripada kelas umur lainnya yaitu 53,50
kematangan fibrik dengan kisaran 53,92-55,18. Sedangkan untuk kelas umur 0 tahun memiliki kadar abu lebih tinggi yaitu 4,24 kematangan fibrik memiliki kisaran
3,67-4,21 dengan rata-rata kadar karbon lebih rendah daripada kelas umur lain yaitu 50,64 kematangan fibrik dengan kisaran 49,65-51,88. Hasil penelitian ini sama
seperti yang ditulis Noor 2001 makin tinggi kadar abu maka makin tinggi mineral yang terkandung pada gambut dan makin dalam kedalaman gambut maka makin rendah
kadar abunya. Kelas umur 3 tahun memiliki rata-rata kedalaman 3,68 m, lebih dalam daripada kelas umur lain sehingga memiliki rata-rata kadar karbon lebih tinggi yaitu
53,50. Kelas umur 0 tahun dominan memiliki kematangan saprik sehingga kadar
karbon yang dimiliki lebih rendah, disamping itu rata-rata kedalaman gambut juga lebih
rendah yaitu 2,60 m. Hal ini disebabkan karena pada kematangan saprik memiliki tingkat dekomposisi lebih lanjut sehingga laju mineralisasi C organik menjadi lebih
cepat, dimana bahan gambut dapat menghasilkan CO
2
Menurut Noor 2001 gambut dalam tebal 2-3 m yang berada di sekitar kubah gambut relatif kurang subur dibandingkan dengan gambut tipis yang berada di
pinggiran. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan hara lapisan atas dari gambut dalam lebih miskin akibat akar vegetasi yang tumbuh di atasnya tidak dapat mencapai
lapisan tanah mineral di bawahnya. . Hasil penelitian tersebut sama
seperti yang ditulis oleh Murdiyarso et al. 2004 yang menyatakan bahwa kadar C- organik dalam tanah gambut tergantung tingkat dekomposisinya. Umumnya pada
tingkat dekomposisi lanjut seperti hemik dan saprik, maka kadar C-organik lebih rendah dibanding dengan fibrik. Proses dekomposisi menyebabkan berkurangnya kadar
C-organik dalam tanah gambut.
Gambar 16 Rata-rata kadar abu
Gambar 17 Rata-rata kadar karbon gambut
5.17 Potensi Massa Cadangan Karbon di Lahan Gambut