asam nitrat pekat, setelah itu dicampurkan kedua pereaksi larutan vanadat dan larutan molibdat dan diencerkan sampai volume 1 liter dengan akuades.
Pembuatan larutan standar, sebanyak 3,834 g KH
2
PO
4
dilarutkan dengan menggunakan akuades sampai 1000 ml, kemudian diambil 25 ml larutan tersebut
dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan diencerkan sampai tanda tera. Konsentrasi ini kemudian diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi standar
fosfor yaitu 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,8; 1 dan 2 ppm. Larutan sampel hasil pengabuan basah diambil sebanyak 10 ml, kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Sebanyak 40 ml akuades dan 25 ml pereaksi vanadat molibdat ditambahkan ke dalam sampel tersebut. Kemudian
diencerkan dengan akuades sampai tanda tera. Selanjutnya sampel didiamkan selama 10 menit, diukur absorpbansi sampel pada panjang gelombang 400 nm.
c. Pengujian iodium Raghuramulu
et al. 1983 diacu dalam Irawan 2006
Prinsip penetapan iodium, yaitu penetapan kuantitatif sejumlah iodin dalam sampel berdasarkan reduksi katalis ion ceri Ce
4+
menjadi ion cero Ce
3+
oleh iodin. Sebanyak 2 g sampel ditimbang, kemudian ditambahkan larutan campuran
natrium karbonat 0,5 ml. Campuran sampel kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110
C selama 2 jam. Sampel tersebut kemudian dipindahkan ke dalam tanur, kemudian suhu dinaikkan secara perlahan sampai suhu 500
C selama 4-6 jam. Hasil pengabuan tersebut kemudian didinginkan dan ditambahkan
10 ml larutan arsenat, kemudian sampel disentrifuse pada kecepatan 2000 rpm selama 20 menit.
Sebanyak 1,308 g KI dilarutkan dengan menggunakan akuades sampai dengan 1000 ml, untuk mendapatkan konsentrasi iodium 1000 ppm. Hasil
konsentrasi ini kemudian diencerkan dengan menggunakan akuades untuk mendapatkan konsentrasi standar yaitu 0; 0,5; 1; 2; 4; ppm.
Sebanyak 9 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian direndam dalam penangas air bersuhu 37
C. setelah itu ke dalam supernatant tersebut ditambahkan larutan ceri ammonium sulfat 1 ml. selanjutnya diukur
reduksi ceri Ce
4+
menjadi cero Ce
3+
oleh iodin pada kisaran panjang gelombang 420 nm.
Kadar iodium di dalam bahan dihitung dengan rumus: 1 µg 100g =
B x
V x
C 100
Keterangan: C = konsentrasi larutan sampel yang terbaca dari kurva standar
V = volume sampel ml B = berat sampel g
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Udang Ronggeng Harpiosquilla raphidea
Udang ronggeng yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pasar Ikan Muara Angke, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Jakarta. Udang
ronggeng ini merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan Tangerang, Banten pada kedalaman + 15 meter. Udang ini ditangkap dengan menggunakan alat
tangkap berupa jaring rampus drift gillnet yaitu alat tangkap dengan ukuran mata jaring 6 cm yang biasanya digunakan untuk menangkap kepiting dan ikan.
Udang ronggeng yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang baku rata-rata 24,63 cm, panjang total rata-rata 30,08 cm, dan bobot rata-rata
sebesar 206,08 g. Rata-rata panjang total, panjang baku, lebar badan, dan panjang bagian tubuh lain dari udang ronggeng disajikan pada Tabel 4. Data pengukuran
panjang, dan berat udang ronggeng dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 4. Ukuran panjang dan bobot udang ronggeng Harpiosquilla raphidea
No. Parameter
Satuan Nilai
1. Panjang total
cm 30,08±1,59
2. Panjang baku
cm 24,63±1,68
3. Panjang toraks
cm 5,09±0,54
4. Panjang abdomen
cm 10,95±0,61
5. Panjang kepala
cm 6,18±0,83
6. Panjang ekor telson
cm 4,00±0,67
7. Lebar badan
cm 5,53±0,63
8. Lebar toraks
cm 3,11±0,34
9. Lebar kepala
cm 3,93±0,50
10. Panjang uropod
cm 6,20±0,53
11. Panjang thoracopod 1
cm 6,44±0,96
12. Panjang thoracopod 2
cm 18,86±1,21
13. Panjang thoracopod 3-5
cm 6,44±0,50
14. Panjang kaki jalan
cm 4,95±0,38
15. Panjang kaki renang
cm 3,31±0,51
16. Panjang gill
cm 0,91±0,17
17. Panjang gigi
cm 1,28±0,24
18. Panjang antena 1tidak bercabang
cm 4,93±0,26
19. Panjang antena 2 bercabang
cm 8,65±0,23
20. Panjang antena scale
cm 3,98±0,21
21. Bobot
g 206,08±12,80
Keterangan: menggunakan sampel 20 ekor udang ronggeng