16 masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia Puskur Balitbang Depdiknas,
2003: 2. Begitu juga menurut Hidayati 2002: 22 tujuan pembelajaran IPS
adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungan dan melatih anak
didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.
Sementara itu tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS menurut Zainal Abidin 1980: 51 disebutkan bahwa pengetahuan sosial pada umumnya
dititikberatkan pada
penyampaian pengetahuan
dan pengertian,
pembentukan nilai sikap, melatih ketrampilan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tercermin di dalam tujuan
kurikuler pengetahuan sosial pada setiap jenis sekolah. Tujuan dari pembelajaran IPS pada penelitian ini sendiri yaitu siswa
diharapkan mengetahui, memahami, dan mampu mengimplementasikan teori serta konsep yang berkaitan dengan pendidikan IPS khususnya pada
materi tokoh-tokoh kemerdekaan yang ditekankan pada aspek kognitif dan afektif.
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar
Menurut Rudy Gunawan 2011:39 ruang lingkup mata pelajaran IPS
secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1 Manusia, tempat, dan lingkungan.
2 Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
3 Sistem sosial dan budaya.
4 Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
17 5
IPS SD sebagai Pendidikan Global global education. Di dalam Lampiran I Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang
lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1
Manusia, tempat, dan lingkungan. 2
Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3
Sistem sosial dan budaya. 4
Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Materi pelajaran IPS kelas V dalam KTSP terbagi dalam dua
semester. Untuk semester ganjil materi pokok meliputi peninggalan sejarah dan tokoh-tokoh masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan
alam dan buatan, dan keragaman suku bangsa dan budaya. Sedangkan, untuk semester genap materi pokoknya meliputi penjajahan Belanda dan
Jepang, persiapan kemerdekaan, proklamasi kemerdekaan, dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Peneliti memilih materi proklamasi
kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai materi dalam penelitian.
Menurut peneliti terdapat masalah pada hasil belajar IPS materi tokoh- tokoh kemerdekaan. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti
menggunakan metode role playing. Alasan peneliti menggunakan metode role playing
karena metode pembelajaran ini sesuai dengan materi. Kesesuaian tersebut yaitu materi bersifat abstrak tentang sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, maka dengan memerankan secara langsung siswa akan mampu memahami materi secara lebih mudah dan selalu ingat jika
dibandingkan dengan metode yang lainnya.
18
B. Metode Role Playing
1. Pengertian Metode Role Playing
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris 2009:224, metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
yang diajar. Menurut B. Suryosubroto 2002:149 metode pembelajaran adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sebagai sebuah cara atau alat, maka akan sangat tergantung kepada
keterampilan pemakainnya serta kondisi dan keadaan yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan tertentu, maka sebuah alat harus difungsikan dengan baik oleh
pemakainya. Dalam hal ini guru sebagai orang yang menggunakan alat atau metode dalam mengajar harus memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.
Salah satu metode dalam proses belajar mengajar adalah bermain peran role playing
. Role playing sebagai suatu metode mengajar merupakan tindakan yang
dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa
mengenali tokohnya Ismail Andang, 2006:15. Sementara itu menurut Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah
2009:77 bermain peran memiliki empat macam arti, yaitu : a.
Sesuatu yang bersifat sandiwara, dimana pemain memainkan peranan tertentu, sesuai dengan lakon yang sudah ditulis, dan memainkannya
untuk tujuan hiburan.
b. Sesuatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan
oleh norma-norma sosial.