137
3. Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah Critical- Thinking and Problem-Solving Skills– mampu berfikir secara
kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah;
4. Kemampuan berkomunikasi
dan bekerjasama
Communication and Collaboration Skills -
mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan
berbagai pihak;
5. Kemampuan mencipta dan membaharui Creativity and Innovation Skills – mampu mengembangkan kreativitas yang
dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;
6. Literasi teknologi informasi dan komunikasi Information and Communications
Technology Literacy
– mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
7. Kemampuan belajar kontekstual Contextual Learning Skills
– mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi; dan
8. Kemampuan informasi dan literasi media Information and Media Literacy Skills – mampu memahami dan menggunakan
berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi
dengan beragam pihak. Selain kemampuan-kemampuan tersebut, BSNP 2010
juga menyampaikan definisi sejumlah aspek berbasis karakter dan perilaku yang dibutuhkan manusia abad XXI, yaitu:
138
1. Leadership – sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin
dan menjadi yang terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai terobosan-terobosan,
2. Personal Responsibility – sikap bertanggung jawab terhadap
seluruh perbuatan yang dilakukan sebagai seorang individu mandiri;
3. Ethics – menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan etika
dalam menjalankan kehidupan sosial bersama;
4. People Skills – memiliki sejumlah keahlian dasar yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi sebagai mahluk individu dan mahluk sosial;
5. Adaptability – mampu beradaptasi dan beradopsi dengan
berbagai perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan;
6. Self-Direction – memiliki arah serta prinsip yang jelas dalam
usahanya untuk mencapai cita-cita sebagai seorang individu.
7. Accountability – kondisi di mana seorang individu memiliki
alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan;
8. Social Responsibility – memiliki tanggung jawab terhadap
lingkungan kehidupan maupun komunitas yang ada di sekitarnya; dan
9. Personal Productivity – mampu meningkatkan kualitas
kemanusiaannya melalui berbagai aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.
Selain keahlian dan karakter tersebut, dibutuhkan pula kemampuan seorang individu untuk menghadapi permasalahan-
permasalahan sosial yang nyata berada di hadapan mereka pada
139 abad XXI, sebagaimana dikemukakan oleh Banks Tilaar, 1999
terutama terkait dengan:
1. Global awareness – kemampuan dalam melihat tren dan
tanda-tanda jaman terutama dalam kaitannya dengan akibat yang ditimbulkan oleh globalisasi;
2. Financial, economic, business and entrepreneurial literacy
– keahlian dalam mengelola berbagai sumber daya untuk meningkatkan kemandirian berusaha;
3. Civic literacy – kemampuan dalam menjalankan peran sebagai
warga negara dalam situasi dan konteks yang beragam; dan
4. Environmental awareness – kemauan dan keperdulian untuk
menjaga kelestarian alam lingkungan sekitar.
B. Model Pendidikan Abad XXI
Memasuki abad XXI, terasa benar bahwa hanya SDM yang memiliki keterampilan intelektual, berkarakter, dan memiliki
kemampuan memecahkan masalah sosial yang baik yang akan mampu bertahan “hidup” di abad XXI. Fakta ini menunjukkan bahwa
dunia pendidikan, dengan sendirinya, mendapat tantangan baru yang tidak ringan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan peran
strategisnya untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran yang mampu menghasilkan output yang mampu “hidup” di abad XXI.
Model pendidikan untuk menghasilkan SDM yang baik di Abad XXI juga mengalami transformasi. Model pendidikan di abad tersebut
ditandai oleh beberapa hal antara lain: 1 adanya pemanfaatan teknologi pendidikan, 2 peran strategis guru dan dosen, 3 Metode
140 belajar mengajar yang kreatif, 4 Materi ajar yang kontekstual, dan 5
struktur kurikulum mandiri berbasis individu BSNP, 2010. Dalam proses pendidikan di abad XXI guru atau dosen tidak
lagi merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa atau mahasiswa.
Kemajuan teknologi
komunikasi dan
informasi memungkinkan siswa dan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan
dari berbagai sumber. Dengan ditemukan dan dikembangkannya internet, semua data, informasi, maupun bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk belajar dapat ditemukan secara digital dan mandiri dengan biaya yang sangat murah dan dalam waktu yang sangat cepat melalui
internet tersebut. Bahkan seorang siswa maupun mahasiswa dapat juga dengan mudah mengakses situs repositori video untuk melihat
rekaman kuliah dosen dari berbagai universitas terkemuka di dunia atau mengikuti perkuliahan dari universitas lain melalui teleconference.
Model proses pendidikan dan pembelajaran yang demikian itu di abad XXI sangat dimungkinkan karena adanya kemajuan di bidang teknologi
komunikasi dan informasi yang mampu membuat bahan ajar dan proses interaksi berhasil “didigitalisasikan”.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan para siswa dan mahasiswa dapat memperoleh,
menemukan, atau membangun pengetahuannya sendiri tersebut melalui berbagai sumber tersebut, maka peran guru dan dosen dalam
proses pembelajaran pun menjadi berubah. Guru dan dosen lebih berperan dan berfungsi sebagai fasilitator, sebagai pelatih “coach”,
dan pendamping para siswa atau mahasiswa yang sedang mengalami proses pembelajaran. Bahkan secara ekstrim, tidak dapat disangkal
lagi bahwa dalam sejumlah konteks, guru dan murid atau dosen dan mahasiswa bersama-sama saling belajar dan membelajarkan melalui