Pembelajaran yang Memberdayakan Materi Pelatihan Pekerti.

189 sudah minggu ketujuh semester gasal, m masuk pada pokok bahasan ketujuh.” tentang bagaimana dosenyang selalu pokok bahasan dengan waktu yang ad dosen tersebut bukan hal yang salah, te hanya semata-mata mencapai target w melihat jauh ke depan tentang ap pembelajaran kaitannya dengan pemban maka akan sia-sia pembelajaran itu dilaku TIME BASED LEARNING OUTC Jika kita semua sepakat bahw wahana untuk menyiapkan generasi ba masa yang akan datang, maka semua harus lebih diorientasikan pada penguasa didik agar siap menjadi generasi yang mata mengejar target waktu kaitannya tertentu. Bila dalam suatu waktu terten aran yang Memberdayakan mestinya kita harus sudah .” Itulah gambaran sekilas lu mengingatkan capaian ada. Apa yang dilakukan tetapi jika orientasi dosen waktu dan materi tanpa apa sebenanrnya tujuan angunan generasi bangsa, kukan. TCOME BASED LEARNING hwa pembelajaran adalah bangsa yang produktif di ua aktivitas pembelajaran asaan kompetensi peserta g produktif. Tidak semata- a dengan pokok bahasan tentu peserta didik belum 190 menguasai kompetensi yang diharapkan, sudah selayaknya jika dosen tidak beralih pada pokok bahasan berikutnya. Kelemahan mendasar pembelajaran kita disebabkan kita tidak memiliki persepsi yang sama tentang outcome seperti apa yang kita harapkan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Apakah kita ingin mempertahankan negara agraris karena kesuburan tanah kita? Apakah kita ingin bergeser ke negara industri berbasis produk pertanian? Atau kita ingin negara industri maju berbasis teknologi tinggi? Pertanyaan itu semua tidak pernah terlintas dalam benak sebagian pendidik kita, sehingga pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan semata-mata hanya untuk menggugurkan kewajiban.

2. Textbook Driven – Research Driven

Pembelajaran yang terjadi di kelas lebih banyak di-drive oleh textbook. Sampai-sampai dalam sebuah pengembangan kurikulum seorang dosen bertahan untuk tidak menghapus suatu matakuliah hanya karena bukunya sudah ada., meskipun matakuliah tersebut sudah tidak sesuai dengan pengembangan kompetensi mahasiswa. Nama-nama matakuliahpun lebih disebabkan oleh judul buku yang sudah ada. Textbook sebagai salah satu sumber belajar memang tidak boleh diabaikan, tetapi jika proses pembelajaran hanya dikendalikan sepenuhnya oleh textbook, maka bukan tidak mungkin pembelajaran itu tidak akan memberi bekal apa-apa kepada mahasiswa. Bahkan bukan tidak mungkin ilmu yang dipelajarinya itu sudah usang. Sebagai contoh sekarang ini masih banyak tercatat dalam buku bahwa jumlah planet di tatasurya kita 191 ada sembilan. Padahal setelah dilun mendeteksi planit terluar, ternyata Plu termasuk kategori planet dalam tatasury planet di tatasurya kita hanya tinggal del teori dalam buku-buku yang digunakan tidak sesuai atau kurang relevan tidak ko kondisi kita. TEXT BOOK DRIVEN RE Pembelajaran yang memberdayak drive oleh research. Research dalam hal i yang luas. Temuan-temuan riset terkini ha memperdalam dan memperluas sajian dalam kelas. Bahkan bila perlu mahasi melakukan riset kecil untuk memperlu pemahamannya terhadap teori tertentu.

3. Passive Learning – Active Learning

Mahasiswa dalam proses pembela pasif. Mereka hanya mendengarkan cera uncurkan teknologi untuk luto planet terluar tidak surya kita. Sehingga jumlah elapan.Begitu juga banyak n sebagai referensi kuliah kontekstual dengan situasi RESEARCH DRIVEN yakan seharusnya lebih di- l ini tentu dalam pengertian i harus selalu diakses untuk an materi pembelajara di asiswa diberi tugas untuk erluas dan memperdalam . elajaran di kelas cenderung ramah dosen tanpa pernah 192 terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih disebabkan karena kemampuan dosen dalam pengelolaan kelas kurang baik. PASSIVE LEARNING ACTIVE LEARNING Sebaik-baik belajar adalah melakukan aktivitas. Sebagai contoh, “Mengapa balita pertumbuhan kemampaun kognitif, bahasa, motorik, dan kemampuan lainnya tumbuh pesat? Jawabnya adalah karena balita tidak pernah diam selalu beraktivitas. Ketika ada selembar kertas diberikan kepadanya, matanya langsung berfungsi untuk mengidentifikasi apa warna kerta itu, bentuknya seperti apa kertas itu. Tangannya dengan cepat akan menyambar kertas itu untuk dikoyak-koyak, diremas- remas, disobek, dilempar-lempar, bahkan dimakannya kertas itu. Itulah cara belajar balita, sehingga ketika dia diberikan kertas yang ketiga atau keempat kali tidak mungkin kertas itu dimakan lagi, karena dia telah belajar melalui aktivitas yang dilakukan bahwa kertas tidak enak. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di kelas, mahasiswa harus diupayakan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Bawalah problem-problem yang relevan di 193 dalam kelas kemudian ajaklah mahasiswa untuk mengidentifikasi problem tersebut, menemukan solusi terhadap problem tersebut. Atau ajaklah mahasiswa mendiskusikan topik aktual dengan perspektif prodi masing-masing. Melalui model pembelajaran seperti ini maka mahasiswa akan lebih berdaya dan pembelajaran akan lebih bermakna bagi hidup dan kehidupannya.

4. Classroom Centric – Global Classroom

Proses pembelajaran jangan berpusat dalam kelas. Kelas yang dibatasi empat dinding terlalu sempit bagi mahasiswa untuk memaknai arti hidup dan kehidupan. Ajaklah mahasiswa untuk memahami, mengkaji, menganalisis, dan mengevaluasi khasanah pengetahuan dalam perspektif global. Sesuatu yang mikro di dalam kelas harus berdampak makro dalam hidup dan kehidupan mahasiswa baik masa kini maupun masa yang akan datang. CLASSROOM CENTRIC GLOBAL CENTRIC 194

5. Dosen Pusat Atraksi –Dosen Fasilitator

Dosen sebagai desainer dan pembelajaran jangan menjadi pusat atraksi yang beratraksi, beraktivitas, mengamati, d membangun pengetahuannya sendiri. P sebagai fasilitator, motivator, provokator m yang baik, agar mahasiswa memiliki kem jawab yang tinggi dalam membangun penge TEACHER-CENTER OF ATTRACTION TEACH

6. DosenMenghadapi Mahasiswa – Dosen dan

obyek yang sama Pembelajaran masa lalu, antara pe didik selalu berhadap-hadapan. Maha memperhatikan dosennya secara seksama memperhatikan dosennya maka akan diper meskipun apa yang dibicarakan dosenn menarik. Ibarat kata mahasiswa adalah adalah hakimnya. n pengembang proses aksi. Biarkan mahasiswa i, dan menganalisis untuk Peran dosen hanyalah memprovokasi untuk hal emandirian dan tanggung getahuannya. CHER-A FACILITATOR n Mahasiswa Menghadapi pendidik dengan peserta hasiswa harus selalu ma. Jika mahasiswa tidak peringatkan dengan keras nnya tidak atau kurang ah terdakwa dan dosen 195 PENDIDIK MENGHADAPI PESERTA DIDIK PE ME Pembelajaran masa kini tidak har saat tertentu bisa saja antara dosen dan obyek yang sama. Mereka berdiskusi se obyek yang sama. Sehingga kedudukan pada saat tertentu setara, meskipun disa dosen memiliki kedudukan yang lebih ting

F. Jenis-jenis Model Pembelajaran yang M

Atas dasar uraian tentang memberdayakan maka diperlukan model pe yang memungkinkan mahasiswa membangun sehinga pembelajaran lebih memberdayakan d dan kehidupannya. Berikut ini akan diur pembelajaran yang memberdayakan.

1. PAKEM

PAKEM adalah singkatan dari Pe Efektif, dan Menyenangkan. Ada PENDIDIK PESERTA DIDIK MENGHADAPI OBYEK YANG SAMA arus demikian. Pada saat- an mahasiswa menghadapi si secara intensif terhadap an dosen dan mahasiswa disaat yang lain bisa saja nggi dari mahasiswa. Memberdayakan g pembelajaran yang pembelajaran yang inovatif un pengetahuannya sendiri n dan bermakna bagi hidup iuraikan beberapa model Pembelajaran Aktif, Kreatif, sebagian orang yang 196 menggunakan istilah PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Penulis dalam hal ini lebih memilih istilah PAKEM daripada PAIKEM. Sebab sifat inovatif sudah ada dalam diri orang yang kreatif. Makna Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran dosen harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga mahasiswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah dosen tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari mahasiswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar dosen menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan mahasiswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga mahasiswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya “time on task” tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai mahasiswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif