Latar Belakang Wajib Pajak

b. Pendidikan formal Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. c. Pendidikan non formal Pendidikan non formal sering disebut pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja, tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan non formal bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka. 2. Jenis Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Jenis pekerjaan dalam hal ini dibedakan menjadi beberapa jenis Biro Pusat Statistik, 1990: 18-20: a. Pekerjaan pokok Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. b. Pekerjaan sampingan atau sambilan Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. Sifat dari pekerjaan sambilan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok. Jenis pekerjaan dalam hal ini dibedakan berdasarkan pekerjaan pokok, yaitu jenis pekerjaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sifat dari pekerjaan ini adalah tetap. Pekerjaan dikelompokkan dalam 9 sembilan golongan dan disesuaikan dari pekerjaan terendah sampai tertinggi. Penggolongan pekerjaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut J. Spillane, 1982: 32: a. Golongan A Pensiunan, tidak mempunyai pekerjaan tetap. b. Golongan B Buruh tani, buruh nelayan, penebang kayu. c. Golongan C Buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang penarik becak. d. Golongan D Pembantu, penjual keliling, tukang cuci. e. Golongan E Artis atau seniman, montir, penjahit, supir bus atau colt, tukang listrik. f. Golongan F Pemilik bus atau colt, pengawas pengamanan, pemilik perusahaan atau toko, pegawai negeri sipil, ABRI, pedagang,dan pegawai kantor. g. Golongan G ABRI tamtama sampai dengan bintara, kepala kantor pos cabang, supervisor atau pengawas, pegawai negeri Gol. A-ID, pegawai badan hukum, manajer perusahaan kecil, guru SD. i. Golongan H Guru SMP, SMU, perwira ABRI Letda, Lettu, dan Kapten, pegawai negeri Gol. IIA-IID, wartawan, juru rawat, kepala sekolah. j. Golongan I Ahli hukum, ahli ilmu tanah, arsitek-dokter, dosenguru besar, kepala kantor pos pusat, pegawai negeri Gol. IV keatas, peneliti-walikota atau bupati, kontraktor besar, manajer perusahaan, gubernur, menteri, pengarang, penerbang, insinyur. 3. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun hasil sendiri dengan jalan dinilai sejumlah uang atau harga yang berlaku saat ini. Biro Pusat Statistik BPS merinci pendapatan dalam 2 kategori sebagai berikut Biro Pusat Statistik, 1990: 24-26: a. Pendapatan berupa uang Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterimanya biasanya sebagian balas jasa atau kontra prestasi. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan: 1 Gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur. 2 Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah. 3 Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. b. Pendapatan berupa barang Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa, tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang atau jasa. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa: 1 Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi. 2 Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati. Sikap yang terjadi berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, walaupun stimulusnya sama dan disampaikan oleh orang yang sama pula. Hal ini dapat terjadi karena tergantung dari individu itu sendiri, apa yang hendak dipersepsikan dan diinterprestasikan, tetapi hal ini tidak berarti sikap antara individu yang satu dengan individu yang lainnya tidak mungkin terjadi kesamaan. Hal ini lebih tergantung pada proses di dalam otak, dan faktor eksternal yang terjadi, seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

F. Penelitian yang Sesuai

Penelitian-penelitian sebelumnya yang sesuai dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Cornelio Purwantini dan Ignatius Bondan Suratno dengan judul “Analisis Perbedaan Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Self Assesment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Latar Belakang Wajib Pajak” dalam Antisipasi, tahun 2004, Vol. 8, No. 1 127-150. Dari penelitian ini ditunjukkan hasil sebagai berikut: Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan ada perbedaan atau tidak ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang diambil sebesar 250 orang di Kabupaten Sleman. Koesioner digunakan untuk mendapatkan data. Untuk menganalisis data digunakan metode Chi Square. Dari penelitian ini ditunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Sebaliknya, ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan berdasarkan jenis pekerjaan.

G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku. Sikap merupakan hasil proses belajar yang selalu berhubungan dengan suatu objek. Jadi secara definitif, sikap berarti suatu keadaan jiwa mental dan keadaan berpikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Secara keseluruhan sikap mempunyai tiga komponen yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Ketiga sikap ini konsisten satu sama lain. Jika kita mempengaruhi salah satu komponen maka komponen lainnya akan berubah. Masing-masing komponen mempunyai pengaruh yang berbeda-beda membentuk satu sikap menyeluruh sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang diterima. Demikian pula pengaruh sikap wajib pajak terhadap kualitas pelayanan Kantor Bersama Samsat. 1. Perbedaan sikap wajib pajak terhadap kualitas pelayanan Kantor Bersama Samsat berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan. Pendidikan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dan cara pandang seseorang terhadap suatu

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dan Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor Di Kantor Bersama Samsat Klaten.

0 5 9

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR BERSAMA SAMSAT UPPD DIPENDA PROPINSI JATENG KABUPATEN SRAGEN.

0 1 18

ANALISIS KEPUASAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA DI KANTOR SAMSAT PAYAKUMBUH.

0 0 8

TANGGAPAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA YOGYAKARTA.

0 0 9

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PAJAK, DAN KUALITAS PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus pada Kantor SAMSAT UPTD Batusangkar Provinsi Sumatera Barat)

0 2 41

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PAJAK, DAN KUALITAS PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus pada Kantor SAMSAT UPTD Batusangkar Provinsi Sumatera Barat)

0 0 9

PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PROGRAM SAMSAT CORNER TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

1 3 11

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR BERSAMA SAMSAT SURABAYA BARAT UPTD DISPENDA PROPINSI JATIM

0 0 11

Pengaruh pengetahuan pajak, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus dan sanksi administrasi pajak terhadap kepatuham wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Krian) - UWKS - Li

0 0 17

ANALISIS SIKAP WAJIB PAJAK TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KANTOR BERSAMA SAMSAT BERDASARKAN LATAR BELAKANG WAJIB PAJAK Studi Kasus Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Desa Botoreco, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah SKRIPSI Diajukan untuk M

0 0 143