Yayasan Sosial Soegijapranata YSS

maupun mental Berkowitz, 1995. Agresi dibagi menjadi dua jenis, yang terdiri dari agresi emosi dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain. Selain itu, agresi juga dibagi menjadi empat bentuk yang termanifestasi pada perilaku seseorang. Orang yang tidak memperoleh sesuatu yang diharapkan mengalami frustrasi yang dapat menimbulkan kecenderungan agresi.

D. Yayasan Sosial Soegijapranata YSS

Perkampungan Sosial Pingit PSP adalah sebuah komunitas yang bergerak dalam bidang community development di daerah Pingit, Yogyakarta. Gerakan ini dirintis mulai tahun 1965, oleh Benhard Kieser, seorang frater Yesuit Kolese St. Ignatius yang sekarang telah menjadi pastor. Tujuannya adalah memberi penghidupan layak sederhana bagi keluarga-keluarga tunawisma yang pada waktu krisis ekonomi berat pasca 1965 menjadi fenomena mencolok di Yogyakarta. Berkat bantuan Bapak Soebarjo, gerakan sederhana ini mendapat sebidang tanah di tepi Sungai Winongo yang terus digunakan sebagai pusat kegiatan PSP sampai saat ini. Pada tahun 1968, aktivitas sosial para frater Kolese St. Ignatius ini mendapat payung hukum oleh lembaga Yayasan Sosial Soegijapranata dari Komisi Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Semarang. Komunitas Pingit memanfaatkan ruangan-ruangan di Perkampungan Sosial Pingit untuk membuka sekolah informal bagi anak-anak di Kampung Pingit. Sekolah informal tersebut dibuka setiap hari Senin dan Kamis pada pukul 19.00 WIB, sedangkan hari Sabtu diadakan sekolah alam bagi anak-anak yang berminat. Kelas terdiri dari kelas TK, SD 1-3, SD 1-4, dan kelas khusus bagi anak-anak yang memiliki minat tertentu, seperti kelas manga. YSS Kampung Pingit mempunyai tiga divisi, yaitu divisi orangtua, divisi anak, dan remaja. Divisi orangtua mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan resosialisasi warga dampingan. Pengurus divisi orangtua bertugas mencari tuna wisma di sekitar Yogyakarta untuk diajak tinggal di Kampung Pingit selama dua tahun. Selama dua tahun, warga dampingan diberi tempat tinggal gratis dan kesempatan mengumpulkan uang. Divisi remaja baru saja dibentuk karena ada beberapa anak dampingan yang telah menjadi siswa SMP. Anak-anak SMP ini tidak dapat digabungkan dengan kelas SD besar mengingat materi pelajaran yang sangat berbeda. Sedangkan, divisi anak mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak. Selain prestasi akademik, divisi anak juga mengembangkan soft skill anak, seperti menggambar dan menjahit. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan-perubahan kecil di mana prioritas untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan living values kepada anak-anak dampingan menjadi yang utama.

E. Karakteristik Warga Kampung Pingit