Karakteristik Warga Kampung Pingit Dinamika Kebutuhan Anak Dampingan Yayasan Sosial Soegijapranata

pukul 19.00 WIB, sedangkan hari Sabtu diadakan sekolah alam bagi anak-anak yang berminat. Kelas terdiri dari kelas TK, SD 1-3, SD 1-4, dan kelas khusus bagi anak-anak yang memiliki minat tertentu, seperti kelas manga. YSS Kampung Pingit mempunyai tiga divisi, yaitu divisi orangtua, divisi anak, dan remaja. Divisi orangtua mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan resosialisasi warga dampingan. Pengurus divisi orangtua bertugas mencari tuna wisma di sekitar Yogyakarta untuk diajak tinggal di Kampung Pingit selama dua tahun. Selama dua tahun, warga dampingan diberi tempat tinggal gratis dan kesempatan mengumpulkan uang. Divisi remaja baru saja dibentuk karena ada beberapa anak dampingan yang telah menjadi siswa SMP. Anak-anak SMP ini tidak dapat digabungkan dengan kelas SD besar mengingat materi pelajaran yang sangat berbeda. Sedangkan, divisi anak mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak. Selain prestasi akademik, divisi anak juga mengembangkan soft skill anak, seperti menggambar dan menjahit. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan-perubahan kecil di mana prioritas untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan living values kepada anak-anak dampingan menjadi yang utama.

E. Karakteristik Warga Kampung Pingit

Kampung Pingit yang terletak di tepi Sungai Winongo ini terdiri dari keluarga kecil yang juga tinggal di rumah berlahan sempit. Warga Kampung Pingit tinggal di rumah petak kecil yang saling berdempetan. Rumah kecil dengan satu atau dua kamar diisi oleh lebih dari 4 orang. Tingkat pendidikan warga Kampung Pingit mayoritas rendah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan warga. Rata-rata kepala keluarga di Kampung Pingit mempunyai pekerjaan tidak tetap, seperti memulung ataupun mengamen. Sebagian besar warga Pingit bekerja dari pagi hingga sore hari. Anak-anak yang orangtuanya bekerja dan tidak ada di rumah, menghabiskan waktu mereka dari sepulang sekolah hingga sore hari dengan bermain bersama teman-teman sebaya di balai YSS. Ada sebagian kecil jumlah anak yang dipekerjakan oleh orangtuanya, maupun anak yang berinisiatif mencari uang sendiri karena tidak mempunyai orangtua sebagai pengamen dan pengemis. Sebagian besar warga Kampung Pingit bersaudara. Hal ini disebabkan karena pada masa-masa awal resosialisasi warga yang diadakan YSS di Kampung Pingit, ada beberapa warga yang sudah cukup berhasil mengumpulkan dana dapat membangun rumah di sekitar lahan YSS. Berpuluh- puluh tahun warga di Kampung Pingit menjalin relasi antar warga hingga mempunyai anak, seperti sekarang ini.

F. Dinamika Kebutuhan Anak Dampingan Yayasan Sosial Soegijapranata

YSS Kampung Pingit yang Memiliki Kecenderungan Berperilaku Agresif Setiap individu memiliki satu atau beberapa kebutuhan. Kebutuhan- kebutuhan yang dimiliki jika tidak dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasa tegang. Pemenuhan kebutuhan dilakukan dalam rangka untuk mengurangi ketegangan, mewujudkan kelangsungan hidup dan kesejahteraan diri. Menurut Murray, pemenuhan akan kebutuhan tertentu akan mereduksi tegangan akibat munculnya kebutuhan Hall Lindzey, 1993. Seseorang yang memiliki kebutuhan seringkali memiliki perilaku-perilaku yang efektif untuk menghasilkan keadaan akhir yang diinginkan Hall Lindzey, 1993. Perilaku-perilaku efektif ini melepaskan tegangan-tegangan yang terjadi akibat adanya kebutuhan dan pada akhirnya menghentikan perilaku tersebut Murray, 1938. Pemenuhan kebutuhan merupakan tujuan seseorang dalam usaha untuk mereduksi tegangan akibat munculnya kebutuhan. Apabila kebutuhan yang muncul tidak mendapatkan pemenuhan akan menimbulkan frustrasi akibat tidak tercapainya tujuan. Frustrasi yang muncul dapat menimbulkan suatu kecenderungan berperilaku, yaitu agresi Grey, Triggs, Haworth, 1989. Pernyataan di atas dapat dijelaskan oleh suatu kejadian yang pernah terjadi pada anak Kampung Pingit. Dua anak sedang berkelahi dan ketika ditanya lebih lanjut, peneliti mendapat keterangan bahwa kedua anak tersebut berebut makanan akibat lapar. Hal ini menegaskan bahwa adanya kebutuhan anak terhadap makanan yang ternyata tidak dapat terpenuhi sehingga anak menjadi frustrasi sehingga munculnya suatu kecenderungan berperilaku agresif, yaitu berkelahi. Perilaku agresif ini dilakukan untuk memperoleh makanan untuk mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan akan makanan. Sejauh pengamatan yang telah dilakukan, banyak sekali perilaku agresif yang telah dilakukan oleh sebagian anak dampingan YSS di Kampung Pingit. Sebagian anak cenderung melakukan agresi kepada teman sebaya maupun pendamping anak. Pada saat permainan, anak-anak kerap melakukan tindakan agresi secara fisik, seperti memukul, melempar batu, menusuk tubuh orang lain dengan pensil dan saling menabrakkan tubuh. Selain agresi secara fisik, anak- anak juga melakukan agresi verbal dengan mengumpat dan memaki orang lain. Berdasarkan rumusan yang telah diungkapkan, perilaku anak-anak yang agresif ini terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang terhambat pada proses pemenuhannya yang menimbulkan frustrasi. Keterangan: Adanya kebutuhan yang terpenuhi menimbulkan rasa puas sehingga cenderung tidak menimbulkan agresi, sedangkan kebutuhan yang tidak terpenuhi menimbulkan frustrasi yang menyebabkan kecenderungan untuk melakukan agresi. Terpenuhi Puas Cenderung tidak menimbulkan agresi Kebutuhan Tidak terpenuhi Frustrasi Cenderung Agresi 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Pemilihan metode penelitian yang tepat merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat naratif dengan tujuan menangkap kompleksitas permasalahan yang diteliti Poerwandari, 2001, sedangkan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Moleong, 2009. Peneliti mendeskripsikan dan memahami proses dinamis yang terjadi berkaitan dengan perilaku agresi yang didasari oleh kebutuhan anak. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin menggali informasi mengenai kebutuhan yang dimiliki oleh anak-anak dampingan YSS yang agresif. Penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk menerjemahkan realitas sosial yang sifatnya subjektif yang menciptakan rangkaian pemahaman makna kehidupan sosial. Penelitian kualitatif deskriptif menekankan pentingnya kedekatan peneliti dengan subjek penelitian yang bertujuan agar diperoleh pemahaman yang jelas tentang realitas yang nyata. Hal ini menjelaskan bahwa peneliti akan melakukan kontak langsung dengan subjek Poerwandari, 2005.