BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari istilah Latin yaitu Mathematica yang awalnya mengambil istilah Yunani yaitu Mathematike yang berarti relating to
learning yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata Yunani tersebut mempunyai akar kata Mathema yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu
atau pengetahuan knowledge yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi pengkajian matematika Haryono, 2014. Menurut Ibnu
Kaldun matematika merupakan bagian dari keempat macam ilmu pengetahuan yang dikemukakan oleh beliau, diantaranya ilmu logika ilmu
manthiq, ilmu alam yang objek kajiannya meliputi benda-benda yang dapat diindera oleh manusia yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, barang
tambang beserta apa saja yang ada dalam alam ini, selanjutnya ilmu metafisika, dan terakhir ilmu matematika Haryono, 2014. Menurut Reys
dkk., mengatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa,
dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis Runtukahu Kandou, 2014. Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas Abdurrahman, 2009.
Berdasarkan uraian diatas matematika adalah salah satu bagian ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hubungan-hubungan bilangan, geometri
berdasarkan pada logika. Matematika secara implisit merupakan ilmu pengetahuan, cara berpikir, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk
mempelajari tentang alam sekitar untuk dimodelkan sehingga dapat diselesaikan dengan menggunakan logika.
B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Menurut H.C. Witherington belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, atau suatu pengertian Aunurrahman, 2006. Menurut James O. Whittaker belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya Aunurrahman, 2006. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif Syah, 2008. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku,
sikap, dan
mengkokohkan kepribadian Suyono Hariyanto, 2011. Menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gagne belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman Susanto,
2013.
Berdasarkan uraian singkat di atas, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu terhadap lingkungannya melalui latihan
atau pengalaman untuk mencapai hasil belajar yaitu, suatu bentuk perubahan perilaku berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian,
atau suatu pengertian. Misalnya, seorang anak usia berusia 7 tahun sudah dapat membilang tetapi belum dapat menuliskan suatu bilangan yang
dimaksudkan. Pada awalnya ia hanya melihat representasi dari bilangan yang dimaksudkan, lama-kelamaan berdasarkan latihan dan pengalaman
berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan dapat menuliskan bilangan yang dimaksudkan dengan tepat.
2. Pembelajaran
Menurut Gagne pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa
Rusmono, 2012. Menurut Kemp pembelajaran merupakan proses yang kompleks, yang terdiri atas fungsi dan bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lain serta diselenggarakan secara logis untuk mencapai keberhasilan belajar Rusmono, 2012. Menurut Smith dan
Regan pembelajaran merupakan aktivitas penyampaian informasi dalam membantu siswa mencapai tujuan, khususnya tujuan-tujuan belajar,
tujuan siswa dalam belajar Rusmono, 2012. Pembelajaran merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau
bentuk-bentuk pengalaman lainnya Schunk, 2012. Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu Sagala, 2003. Berdasarkan uraian singkat diatas, pembelajaran adalah suatu
aktivitas yang bertujuan membantu proses belajar, yang berisi serangkaian kegiatan yang dirancang, disusun secara logis untuk
mencapai tujuan belajar. Rangkaian kegiatan tersebut berupaya untuk mengubah siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu,
menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran yang baik adalah siswa mengalami proses belajar dalam dirinya sendiri. Belajar
dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, akan tetapi belajar dengan pembelajaran hasilnya akan tampak jelas dengan aktivitas pembelajaran.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai
tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis
ataupun fisiologis dalam keseluruhan belajarnya Mulyadi, 2010. The Learning Disabilities Association of Canada mendefinisikan kesulitan
belajar mengacu pada sejumlah gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan,
organisasi, retensi, pemahaman atau penggunaan informasi verbal atau nonverbal. Kelainan ini mempengaruhi pembelajaran pada individu yang
sebaliknya menunjukkan kemampuan paling tidak rata-rata yang penting untuk pemikiran danatau penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan
belajar berbeda dari kekurangan intelektual global Jamaris, 2014. Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat disimpulkan kesulitan
belajar adalah suatu keadaan atau situasi dimana seseorang mengalami hambatan atau ketidakmampuan baik dalam hal sosial, psikologis,
ataupun fisiologis.
2. Patokan Gejala Kesulitan Belajar
Menurut Mulyadi 2010 untuk menandai individu yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan suatu patokan untuk
menetapkan gejala kesulitan belajar itu sendiri. Dengan patokan kriteria ini akan dapat ditentukan batas di mana individu dapat diperkirakan
mengalami kesulitan belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemajuan belajar individu dapat dilihat dari segi tujuan yang harus dicapai, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan potensinya,
kedudukannya dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama dan dapat diihat dari kepribadiannya. Berdasarkan hal ini patokan kesulitan
belajar dapat ditentukan seperti di bawah ini: a.
Tingkat pencapaian tujuan b.
Perbandingan antara potensi dengan prestasi c.
Kedudukan dalam kelompok d.
Tingkah laku yang nampak
3. Jenis-jenis atau macam-macam Kesulitan Belajar
Klasifikasi kesulitan belajar dalam pengertian yang lebih luas dan dalam adalah sebagai berikut:
a. Learning Disorder Gangguan Belajar
Gangguan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respons yang bertentangan dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan
lebih rendah dari potensi yang dimiliki Mulyadi, 2010. Pada kasus ini misalnya, seorang siswa memiliki prestasi yang baik
dalam kelas yaitu nilai selalu diatas KKM. Ketergantungan belajar yang dimaksudkan disini adalah siswa melakukan kegiatan lain
selama siswa tersebut belajar, ia belum dapat belajar secara efektif dan efisien tetapi selama belajar ia melakukan kegiatan lain
semisal, bermain handphone, membaca buku lain, belajar sambil menonton, dan lain sebagainya. Sebenarnya, ia dapat memiliki
prestasi yang lebih baik lagi akan tetapi terhambat dengan kegiatan lain saat belajar.
b. Learning Disabilities Ketidakmampuan Belajar
Ketidakmampuan belajar
adalah ketidakmampuan
seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya
dibawah potensi intelektualnya Mulyadi, 2010. Hal ini dapat terjadi pada beberapa siswa, ia cenderung malas untuk belajar
karena merasa belajar itu membosankan dan menjemukan. Siswa yang mengalami ketidakmampuan belajar cenderung memiliki
motivasi yang rendah dalam belajar, dan menganggap belajar sebagai hal yang belum menjadi prioritas.
c. Learning Disfunction Ketidakfungsian Belajar
Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda
subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis lainnya Mulyadi, 2010.
d. Under Achiever Pencapaian Rendah
Pencapaian rendah adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah Mulyadi, 2010. Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah hasil belajar. Hasil belajar yang
rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Johan B. Caroll Entang, 1984 faktor-faktor
tersebut adalah: a.
Waktu yang tersedia b.
Usaha individu c.
Bakat d.
Kualitas pengajaran e.
Kemampuan untuk mengikuti pengajaran e.
Slow Learner Lambat Belajar Lambat belajar adalah murid yang lambat dalam proses
belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual
yang sama Mulyadi, 2010. Jenis-jenis kesulitan belajar digolongkan dalam dua golongan
yaitu kesulitan belajar umum dan kesulitan belajar khusus. Jenis-jenis kesulitan belajar tersebut sebagai berikut:
a. Kesulitan Belajar Umum
1 Ranah Kognitif
2 Ranah Afektif
3 Ranah Psikomotorik
a Gangguan Penglihatan
b Gangguan Pendengaran Mulyadi, 2010
b. Kesulitan Belajar Khusus
Public law Hallahan Kauffman, 1978 menjelaskan kesulitan belajar khusus
yaitu “Sebagai gangguan pada suatu proses pada psikologis dasar atau yang lebih terlihat didalam
penggunaan Bahasa lisan dan tulis dangan wujud, seperti tidak kesempurnaan mendengar, memikirkan, membicarakan, membaca,
menulis, mengucapkan atau melakukan perhi tungan matematis”.
Menurut Krik dan Gallagher kesulitan belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar pra
akademik dan kesulitan belajar akademik. 1
Kesulitan Belajar Pra Akademik a
Gangguan Motorik dan Persepsi Gangguan
perkembangan motorik
sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah
overflow movements, kurang koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik fine-motor,
kurang dalam
penghayatan tubuh
body-image, kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau
arah dan bingung lateralitas confused laterality Abdurrahman, 2009.
Menurut Lerner persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan mengintepretasikan
informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh sebagian
indera Abdurrahman, 2009. b
Kesulitan Belajar Kognitif Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk
kesulitan belajar
yang bersifat
perkembangan developmental
learning atau
kesulitan belajar
preakademik preacademic
learning disabilities.
Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagaian besar dari belajar akademik terkait dangan ranah
kognitif Abdurrahman, 2009. c
Gangguan Perkembangan Bahasa Menurut Lerner bahasa merupakan salah satu
kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa
merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca, dan menulis
Abdurrahman, 2009. Gangguan kesulitan belajar bahasa dapat dikatakan sebagai kesulitan belajar siswa dalam
berkomunikasi bagi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
2 Kesulitan Belajar Akademik
Kesulitan belajar akademik merupakan kondisi-kondisi ysng secara signifikan terdapat pada proses belajar 1 membaca;
2 menulis; 3 matematika Runtukahu Kandou, 2014. Ketidakmampuan tersebut terdapat pada anak-anak yang
belajar di sekolah dengan pencapaian hasil belajar di bawah kemampuan akademik yang sebenarnya.
a Kesulitan Belajar Membaca Disleksia
Bond mengemukakan bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan
stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui
pengalaman yang telah dimiliki Abdurrahman, 2009. Snowling mendefinisikan disleksia adalah gangguan
kemampuan dan kesulitan yang memberikan efek terhadap proses belajar, diantaranya adalah gangguan dalam proses
membaca, mengucapkan, menulis dan terkadang sulit untuk memberikan kode pengkodean angka ataupun
huruf Mulyadi,
2010. Dengan
demikian dapat
disimpulkan kesulitan belajar membaca adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketidakmampuan
dalam membaca terhadap proses belajar sehingga hasil belajar belum tercapai.
b Kesulitan Belajar Menulis Disgrafia
Menurut Abdurrahman 2009:224 menulis adalah; i.
menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi,
ii. menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan,
dan ide-ide ke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis, dan
iii. menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan
komunikasi. Kesulitan belajar menulis menunjuk pada adanya
ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan
dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia karena kedua jenis kesulitan tersebut sesungguhnya saling terkait
Abdurrahman, 2009. Dengan demikian dapat disimpulkan kesulitan
belajar menulis sebagai suatu keadaaan dimana seseorang mengalami hambatan dalam menulis selama proses belajar,
dalam mencapai hasil belajar. c
Kesulitan Belajar Berhitung Diskalkulia Gangguan
matematika adalah
suatu ketidakmampuan dalam keterampilan matematika yang
diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan seseorang Mulyadi, 2010.
4. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Muhibbin Syah 2008 secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yakni:
a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang mucul
dari dalam diri siswa. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik, yakni;
1 Yang bersifat kognitif ranah cipta, antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektualintelegensi siswa. 2
Yang bersifat afektif ranah rasa, antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3 Yang bersifat psikomotor ranah karsa, antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran mata dan telinga.
b. Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang
dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Faktor lingkungan meliputi: 1
Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Lingkungan perkampunganmasyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh slum area, dan teman sepermainan peer group yang nakal.
3 Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor- faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa dikenal
sebagai faktor khusus meliputi: disleksia, disgrafia, dan diskalkulia. Syah, 2008
Krik dan Gallagher mengemukakan empat faktor penyebab kesulitan belajar sebagai berikut Runtukahu Kandou, 2014:
a. Faktor kondisi fisik. Kondisi fisik yang tidak menunjang anak
belajar, termasuk kurang penglihatan dan pendengaran, kurang dalam orientasi, dan terlalu aktif.
b. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak menunjang anak
dalam belajar, antara lain keadaan keluarga, masyarakat, dan pengajaran di sekolah yang tidak memadai. Kondisi lingkungan
yang mengganggu proses psikologis, misalnya kurang perhatian dalam belajar yang menyebabkan anak sulit dalam belajar.
c. Faktor motivasi dan sikap. Kurang motivasi belajar dapat
menyebabkan anak kurang percaya diri dan menimbulkan perasaan-perasaan negatif terhadap sekolah.
d. Faktor psikologis. Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan
lambat dalam bahasa, semuanya dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik.
D. Kesulitan Belajar Matematika
1. Pengertian
Kesulitan belajar
Matematika disebut
juga diskalkulia
dyscalculis. Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat.
Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Krik disebut akalkulia acalculia Abdurrahman, 2009. Gangguan matematika adalah suatu
ketidakmampuan dalam keterampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan seseorang Mulyadi, 2010.
Berdasarkan uraian di atas kesulitan belajar matematika sebagai suatu ketidakmampuan seseorang dalam keterampilan matematika
terhadap proses belajar sehingga hasil belajar belum dapat tercapai. 2.
Karakteristik Kesulitan Belajar Matematika
Menurut Lerner dalam Mulyadi 2010 ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu
a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti depan-belakang, puncak- dasar, atas-bawah, tinggi-rendah, awal-akhir dan jauh dekat
umumnya telah dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SD. Anak-anak telah memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam
berkomunikasi denan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan.
Tetapi sayanganya, anak berkesulitan belajar sering megalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering
tidak mendukung terselenggaranya suatu situasi yang kondusif bagi terjadinya komunikasi antar mereka. Adanya kondisi ekstinsik
beberapa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dan kondisi instrinsik yang diduga karena disfungsi otak
dapat menyebabkan anak mengalami ganguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu pemahaman
anak tentang sistem bilangan atau penggaris dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4, konsep dasar
tersebut adalah: 1 konsep keruangan, 2 konsep waktu, 3 konsep kuantitas, 4 konsep serbaneka.
b. Abnormalitas persepsi visual
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan
kelompok atau set. Kesulitan semacam itu merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Anak yang mengalami
keabnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-
masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu-persatu anggota tiap kelompok lebih
dahulu sebelum menjumlahkannya. Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering
tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur sangkar mungkin dilihat oleh anak sebagai empat garis yang
tidak saling terkait, mungkin sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya abnormalitas persepsi visual
semacam itu tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai simbol.
c. Asosiasi visual-motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan
bilangannya, “satu, dua, tiga, empat, lima, enam” anak mungkin baru memegang benda yang keempat tetapi telah mengucapkan
“enam” atau sebaliknya. Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan
mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya. d.
Perseverasi Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja
dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Anak demikian mungkin mulanya dapat
mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu, misalnya:
Angka 8 diulang beberapa kali tanpa memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang dihadapi.
e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol
matematika seperti dan sebagainya. Kesulitan semacam
ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
f. Gangguan penghayatan tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan adanya gangguan penghayatan tubuh body image. Anak demikian
merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. Jika anak diminta untuuk menggambarkan dengan bagian-
bagian tubuh yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, tangan diletakkan di kepala, leher
tidak nampak dan sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis. Oleh karena itu, kesulitan dalam Bahasa dapat berpengaruh terhadap
kemampuan anak di bidang matematika. Soal matemtika yang berbentuk
cerita menuntut
kemampuan membaca
untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitaan
membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.
h. Performa IQ jauh lebih rendah daripada skor Verbal IQ
Hasil tes intelegensi dengan menggunakan WISC Wechler Intelligence Scale for Childern menunjukkan bahwa anak
berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ Performance Intelligence Quotient yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ
Verbal Intelligence Quotient. Tes intelegensi ini memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja performance. Subtes verbal
mencakup: 1 informasi, 2 persamaan, 3 aritmatika, 4 pembendaharaan kata, 5 pemahaman. Subtes kinerja mencakup 1
melengkapi gambar, 2 menyusun gambar, 3 menyusun balok, 4 menyusun objek, 5 coding.
Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep
keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosisasi visual-motor.
1. Identitas Pythagoras
Gambar 2. 1 Segitga siku-siku
a. Pembuktian:
terbukti
Analog sehingga diperoleh b.
c. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Kesalahan-kesalahan Umum yang Dilakukan oleh Anak
Berkesulitan Belajar Matematika
Menurut Lerner dalam Mulyadi 2010 ada beberapa kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika adalah
kekurangan pemahaman tentang a.
Simbol Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami
simbol-simbol dalam matematika seperti , dan sebagainya.
b. Nilai tempat
Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami nilai tempat suatu bilangan, semisal satuan, puluhan, ratusan dan lain
sebagainya. c.
Penggunaan proses yang keliru Kesulitan belajar dalam penggunaan proses yang keliru yang
dimaksudkan adalah siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika keliru dalam menggunakan konsep atau aturan
matematika sehingga proses yang dilakukan tidak mencapai hasil yang benar dan tepat.
d. Perhitungan
Siswa pada
umumnya mengalami
kesulitan dalam
menghitung suatu bilangan, baik dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian ataupun pembagian.
e. Tulisan yang tidak terbaca
Keadaan ini biasa terjadi saat siswa tidak mampu membaca tulisan tangannya sendiri sehingga siswa mengalami kekeliruan
dalam proses belajar. Menurut Hadar, dkk. Putri, 2016 mengklasifikasikan kesalahan
sebagai berikut a.
Kesalahan data Kesalahan ini meliputi kesalahan yang dapat dihubungkan dengan
ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang dikutip oleh siswa dalam merangkum kesalahan-kesalahan berikut:
1. Menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal.
2. Mengabaikan data penting yang diberikan.
3. Menguraikan syarat-syarat yang sebenarnya tidak dibutuhkan
dalam masalah. 4.
Mengartikan informasi tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya.
5. Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang
tidak sesuai. 6.
Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel lain. 7.
Salah menyalin soal b.
Kesalahan mengintepratasikan bahasa Kategori ini meliputi kesalahan-kesalan sebagai berikut:
1. Mengubah bahasa sehari-hari ke bentuk persamaan matematika
dengan arti yang berbeda. 2.
Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang artinya berbeda.
3. Salah mengartikan grafik.
c. Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan.
Kategori ini
meliputi kesalahan-kesalahan
dalam menarik
kesimpulan di suatu in d.
Kesalahan menggunakan definisi atau teorema Kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan,
taorema, atau definisi yang pokok dan khas. e.
Penyelesaian tidak diperiksa kembali Kesalahan ini terjadi jika setiap langkah yang ditempuh oleh siswa
benar tetapi hasil akhir yang diberikan bukan penyelesaian dari soal yang dikerjakan.
f. Kesalahan teknis
Kategori ini meliputi kesalahan perhitungan missal ,
kesalahan penggalian data dai tabel, kesalahan dalam memanipulasi simbol aljabar dasar, dan kesalahan lainnya dalam membuat
algoritma biasanya dikuasai dalam matematika Sekolah Dasar SD atau Sekolah Menengah Pertama SMP.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh Lerner dan Hadar mengenai kesalahan-kesalahan tersebut, peneliti ingin menganalisis
kesalahan-kesalahan dalam tes diagnostik pada penelitian ini dengan menggunakan dengan menggunakan kesalahan-kesalahan berupa:
a. Kesalahan data
Kesalahan ini meliputi kesalahan menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal, mengabaikan data yang penting,
mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang tidak sesuai.
b. Kesalahan penggunaan proses yang keliru
Kesalahan dalam menggunakan konsep, aturan matematika dalam menyeselesaikan permasalahan matematika.
c. Kesalahan dalam menuliskan rumus
Kesalahan ini meliputi kesalahan dalam menggunakan definisi, teorema, konsep, aturan matematika dalam menyelesaikan
permasalahan matematika. d.
Kesalahan perhitungan Kesalahan dalam operasi perhitungan yang meliputi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, dan kesalahan dalam membuat algoritma.
e. Kesalahan simbol
Kesalahan dalam memanipulasi simbol aljabar seperti .
E. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Dalam dunia pendidikan “diagnosis” diartikan sebagi usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari
kesulitan belajar seorang murid Mulyadi, 2010. Menurut Entang 1984 diagnosis kesulitan belajar belajar merupakan segala usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor
yang menyebabkannya
serta cara
menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara pencegahan
preventif, secara penyembuhan kuratif, maupun secara pengembangan developmental berdasarkan data dan informasi yang seobyektif dan
selengkap mungkin.
2. Langah-langkah Diagnosis
Menurut Entang 1984 adapun langkah-langkah dalam diagnosis
sebagai berikut: a.
Mengidentifikasi
Tujuan mengidentifikasi dalam kasus ini adalah menemukan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Beberapa
langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1 Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok
yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik yang bersifat umum maupun khusus. Cara lainnya adalah dengan
membandingkan posisi atau kedudukan siswa dalam kriteria tingkat
ketuntasan penguasaan
yang telah
ditetapkan sebelumnya Penilaian Acuan Patokan
– PAP untuk suatu mata pelajaran atau suatu bahan tertentu.
2 Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain:
i. Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan
akademik kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas Penilaian Acuan Norma
– PAN atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang
dituntut PAP. Mempergunakan Penilaian Acuan Patokan PAP
dan dengan berasumsi bahwa instrument evaluasi atau
soal yang
akan dipergunakan
telah dikembangkan dengan memenuhi syarat, adapun
langkah-langkah sebagai berikut Entang, 1984: i
Tetapkan angka kualifikasi minimal yang dapat diterima sebagai batas lulus, atau jumlah
kesalahan minimal yang dapat ditafsirkan dalam suatu penilaiaan.
ii Kemudian bandingkan angka nilai prestasi
dari setiap siswa dengan nilai batas lulus tersebut.
iii Himpun semua siswa yang angka nilai
prestasinya berada di bawah batas lulus. Mempergunakan Penilaian Acuan Norma PAN
apabila angka nilai batas prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap angka
nilai murid bersifat individual. Adapun teknik pelaksanaannya adalah sebagai berikut Mulyadi,
2010: i
Mencari atau mengitung nilai rata-rata kelas atau
kelompok dengan
mengoperasikan formula yang telah dipelajari.
ii Menandai murid yang angka nilai prestasinya
berada di bawah rata-rata prestasi kelasnya. iii
Apabila akan diberikan prioritas layanan bimbangan, harus dibuat rangking.
ii. Menganalisa hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan
yang dibuatnya. iii.
Observasi pada siswa dalam proses belajar mengajar. iv.
Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.
v. Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan
sosial psikologis yang terdapat pada para siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Melokalisasi
Setelah ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar langkah selanjutnya adalah melokalisasi jenis dan sifat kesulitan
belajar. Beberapa langkah dalam melokalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar sebagai berikut:
1 Menentukan kesulitan belajar pada bidang tertentu.
2 Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang
lingkup bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi. 3
Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar.
c. Memperkirakan sebab-sebab kesulitan belajar
Guru setelah menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar dan melakukan lokakalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar,
maka langkah selanjutnya guru menentukan sebab-sebab atau faktor- faktor penyebab kesulitan belajar. Menurut Entang 1988, faktor
penyebab kesulitan belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa.
d. Proses Pemecahan Kesulitan Belajar
Menurut Mulyadi 2010 adapun langkah-langkah dalam proses pemecahan kesulitan belajar maliputi:
1 Memperkirakan kemungkinan bantuan
2 Menetapkan kemungkinan cara mengatasi
3 Tindak lanjut
F. Trigonometri
1. Fungsi-fungsi Kosinus, Sinus, dan Tangen
Diberikan suatu titik untuk memperlihatkan fungsi
kosinus, sinus, dan tangen berturut-turut terletak di kuadran I, II, III, dan IV sebagai berikut:
Gambar 2. 2 Sudut di Kuadran I
Gambar 2. 3 Sudut di Kuadran II
Gambar 2. 4 Sudut di Kuadran III
Gambar 2. 5 Sudut di Kuadran IV
Jika panjang dengan
, dan sudut antara dan
sumbu positif adalah , maka dapat didefinisikan Campbell,
1981: Kosinus
adalah
,
disingkat Sinus
adalah
,
disingkat Tangen
adalah
,
disingkat Tabel di bawah ini menunjukkan tanda
atau bagi kosinus,
sinus, dan tangen dari untuk berbagai letak titik
Kuadran I
II III
IV PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Grafik Fungsi Sinus, Cosinus, dan Tangen
a. Grafik fungsi sinus
Gambar 2. 6 Grafik
b. Grafik fungsi cosinus
Gambar 2. 7 Grafik
c. Grafik fungsi tangen
Gambar 2. 8 Grafik
3. Identitas Fungsi Genap dan Ganjil
a. Pembuktian:
Asumsikan dan
sehingga diperoleh
terbukti Analog sehingga diperoleh
b. c.
Analog Bittinger Beecher, 1989
4. Sudut-sudut berelasi
a. Pembuktian:
Sehingga terbukti bahwa Analog sehingga diperoleh
b.
c.
d. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Kerangka Berpikir
Matematika adalah salah satu bagian ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hubungan-hubungan bilangan, geometri berdasarkan logika.
Matematika sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika erat kaitanya dengan hal belajar. Belajar adalah suatu proses
terjadinya perubahan tingkah laku terhadap lingkungannya baik berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, atau suatu pengertian.
Belajar yang baik dapat memberikan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan membantu proses belajar, sehingga
pembelajaran yang baik adalah siswa mengalami proses belajar. Setiap siswa memiliki karakteristik yang beragam, baik dari segi
kognitif, sosial, maupun psikologis. Karakteristik yang beragam ini pula yang mengakibatkan bahwa setiap siswa memiliki keunikan masing-masing,
terutama dalam kemampuan memahami suatu pokok bahasan. Pada kondisi tersebut tidak jarang dijumpai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal yang berasal dari diri siswa sendiri
maupun faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Oleh karena itu, untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar diperlukan
identifikasi, lokalisasi jenis-jenis, faktor-faktor kesulitan belajar, dan diagnosis kesulitan belajar.
Gambar 2. 9 Bagan Kerangka Berpikir
Matematika
Belajar
Pembelajaran
Kesulitan
Diagnosis
.
Menentukan siswa yang
mengalami kesulitan
belajar
.
Meidentifikasi kesulitan
belajar siswa
.
Melokalisasi faktor
penyebab kesulitan
belajar siswa
Mendiagnosis kesulitan
belajar siswa
47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas XI MIA pada pokok bahasan Trigonometri
dan mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Biklen dalam
Emzir 2006 mendefinisikan penelitian kualitatif adalah deskriptif. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2008 mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Data
tersebut mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumen, dan rekaman-rekaman dalam penelitian.
Emzir, 2012 Moleong, 2008 Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Metode kuantitatif akan peneliti gunakan dalam tes diagnostik untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis. Sedangkan
metode kualitatif akan digunakan untuk menggali lebih dalam informasi dari permasalahan yang diteliti untuk kemudian dianalisis dan didiagnosis
kesulitan belajar siswa melalui wawancara.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebanyak 3 siswa yang berasal dari siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Magelang yang memperoleh nilai rendah pada