Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran

1. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran

Dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran, karena fungsi utama guru salahsatunya adalah sebagai seorang perencana pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Gage dan Berliner Suyono Hariyanto, 2011, hlm. 187 bahwa „Ada tiga fungsi utama guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana planner, pelaksana dan pengelola organizer, dan penilai evaluator .‟ Pembelajaran yang dilaksanakan selama tiga siklus pada aspek kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran meringkas isi buku menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang direncanakan dengan baik sekali. Untuk mencapai niali akhir baik sekali, terjadi perbaikan pada setiap siklusnya. Pada siklus satu guru membuat format pemetaan pikiran untuk diisi siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mudah dalam membuat peta pikirannya. Namun, hal ini tidak membuat siswa antusias sehingga skor pada aspek kesesuaian sumber belajar dengan karakteristik siswa hanya dua. Guru melakukan perbaikan pada siklus dua dengan membebaskan siswa membuat pemetaan pikiran sesuai dengan kreasinya agar siswa dapat memberikan gambar dan mewarnaninya agar lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Buzan 2004 bahwa gambar dapat memusatkan pikiran dan mengandung seribu kata, sedangkan warna dapat meningkatkan kreatifitas, membuat lebih hidup, dan lebih menyenangkan. Pada siklus dua, guru menyediakan media gambar contoh pemetaan pikaran. Media gambar akan membantu siswa mempermudah dalam membuat peta pikiran. Selain itu, media ini juga mampu meningkatkan ketertarikan siswa dengan adanya respon dari siswa dengan melihat gambar secara lebih dekat saat guru memajang gambar di depan kelas. Pembuatan media gambar ini didasari oleh pendapat Sudirman dalam Djuanda, 2014 bahwa salah satu ciri media gambar yang baik adalah dapat menyampaiakn ide tertentu, memberikan kesan, merangsang orang untuk melihat, menarik dan sesuai tujuan pembelajaran. Selain itu, pada siklus dua, guru menyiapkan kata utama pada setiap pembahasan dalam buku. Hal ini untuk meningkatkan penilaian aspek mengarahkan siswa agar melaksanakan tahap pangkas pada pelaksanaan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mudah menganalisis bacaan untuk menetapkan kata kunci dan menggaris bawahinya. Hal ini berdasarkan pendapat Olivia 2009, hlm. 64 yang mengemukakan tips menggarisbawahi kata kunci yaitu “Garis bawah yang dibuat harus merupakan prinsip dasar dan transisi dari analisismu sendiri dari buku pelajaran dan bentuknya juga harus diorganisasikan.” Guru juga membuat buku petunjuk tahap meringkas. Buku ini sebagai salah satu sumber belajar yang mempermudah untuk mengingatkan siswa bahwa ia sedang melaksanakan tahap meringkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana dalam Djuanda, 2014, 53 “Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar.” Pada siklus satu dan dua, aspek kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran selalu bernilai dua. Hal ini terjadi pemahaman yang berbeda antara guru pengamat dan guru praktikan. Guru pengamat beranggapan bahwa jumlah soal harus sama dengan jumlah tujuan. Beliau juga berpendapat bahwa bentuk soal uraian terlau sulit untuk siswa. Namun hal tersebut sudah diklarifikasi dengan berdiskusi dan menyampaikan expert opinion. Jumlah soal tidaklah harus sama dengan jumlah tujuan. Jika satu soal sudah dapat mencakup semua aspek tujuan, maka tidak perlu soal lain, hal ini dikhawatirkan akan terjadi ambiguitas. Seperti pada penelitian ini, tujuan menulis ringkasan terdiri dari tiga aspek, kelengkapan gagasan, panjang ringkasan, dan penggunaan huruf kapital serta tanda titik. Tiga aspek tersebut dijadikan satu soal saja dengan perintah buatlah sebuah ringkasan dari buku yang telah dipilih dengan gagasan yang lengkap, panjang ringkasan sesuai aturan, dan huruf kapital serta tanda titik yang benar. Soal uraian tersebut mampu dijawab siswa. Pada siklus tiga, guru praktikan merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan materi, memilih sumber belajar dan media pembelajaran, merencanakan skenario pembelajaran, dan merencanakan penilaian dengan baik sekali. Guru menyiapkan gambar peta pikiran sebagai contoh untuk diamati siswa, menyiapkan materi dengan bahasa yang mudah siswa pahami. Hal ini sesuai dengan implikasi teori belajar konstruktivisme yangi dikemukakan oleh Djuanda 2014 bahwa dalam merencanakan isi dan proses pembelajaran bahasa Indonesia, guru harus mempersiapkan materi konkret yang bisa diamati siswa, karakteristik materi, hubungan materi dengan lingkungan siswa, serta keterhubungan pembelajaran dengan kehidupan sosial siswa. Berikut ini diagram peningkatan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran. Diagram 4.1 Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran Pada siklus satu, jumlah skor keseluruhan adalah 31 dengan persentase pencapaian 86,11 dan mendapat kriteria baik sekaliPada siklus dua, jumlah skor keseluruhan adalah 35 dengan persentase 97,22 dan mendapat kriteria baik sekali. Hal ini dikarenakan dilaksanakannya perbaikan pada aspek pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan pada siklus tiga, jumlah skor keseluruhan adalah 36 dengan persentase 100 dengan interpretasi baik sekali. Hal ini dikarenakan dilaksanakannya perbaikan pada aspek penilaian hasil belajar. Pada siklus tiga, hasil penilaian perencanaan pembelajaran telah mencapai target penelitian dengan perolehan skor ideal 36 dengan persentase 100 dan kriteria baik sekali.

2. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran